Site icon nuga.co

Genderang Perang Google Untuk Apple

Harian paling prestesius Inggris “the guardian,” hari ini, Kamis, 05 Oktober, menulis dengan tajam tentang  telah ditabuhnya genderang perang antara Google dengan Apple menyangkut penggunaan kecerdasan buatan atau dikenal dengan artificial intelegence lewat kehadiran pnsel Pixsel.

Kecerdasan ini digunakan untuk mengintegrasikan kemampuan hardware dan software perangkat agar bisa beroperasi dengan mulus.

Selain itu, menariknya AI ini digunakan untuk mengoptimalkan fitur kamera yang disebut Lens. AI ini bisa digunakan untuk menampilkan efek bokeh saat mengambil foto potrait, menampilkan efek AR saat mendeteksi landmark, juga mendeteksi sampul buku.

AI ini dibekali sistem depth sensing yang bisa mengidentifikasi latar dan fokus objek hanya dengan satu kamera pada mode potrait.

Dengan demikian, hasil jepretan kamera bisa memburamkan latar foto sehingga foto mirip dengan hasil jepretan kamera DSLR. Biasanya kemampuan ini hanya dimiliki ponsel dengan kamera ganda.

Hal ini dimungkinkan lantaran adanya sistem sensor piksel ganda yang disematkan. Kabar baiknya, efek bokeh ini tak hanya digunakan pada kamera utama saja, tapi bisa diter

apkan juga untuk kamera selfie.

Pengguna Pixel mengambil foto dua kali lebih banyak dari pengguna iPhone dan mereka menyimpan dua puluh gigabyte foto tahun ini.

“Jika Anda menggunakan iCloud Apple, setelah beberapa bulan aka nada saatnya Anda harus membayar iCloud. Namun dengan Google Photos di Pixel, Anda mendapatkan backup penyimpanan tak terbatas,” tambah Rakowski

Selain punya Lens, Google juga sesumbar bahwa Pixel 2 yang memiliki kamera utama dua belas mega pixel yang merupakan “kamera terbaik”.

Google memperbaiki versi HDR teknik fotografi komputasional yang diklaim mampu membuat foto yang diambil dengan cepat menjadi lebih baik.

Selain itu, AI pada dua perangkat Google ini juga digunakan untuk mengembangkan kecerdasan tanpa bergantung pada sistem cloud.

Sehingga, tidak dibutuhkan internet agar Pixel tetap cerdas. Selama ini, AI seperti Siri atau Google Now banyak mengandalkan kecerdasannya pada sistem cloud yang membutuhkan sambungan internet.

Salah satu fitur yang dibuat berdasarkan sistem ini adalah opsi untuk meminta ponsel mendengarkan lagu dan mengidentifikasi lagu apa yang sedang dia dengarkan.

“Cara kerja Now Playing adalah dengan menggunakan model mesin pembelajaran menakjubkan dan sebuah database yang menyimpan seratus  ribu judul lagu yang diperbarui setiap pekan, dikostumisasi tergantung daerah yang akan cook dengan musik yang bermain di latar dan memberikan sedikit notifikasi apa judul lagu dan siapa penyanyinya di layar,” terang VP Manager Google Brian Rakowski.

Meski pendayagunaan perangkat dioptimalkan, tak berarti Google berhenti memperbaiki sistem awannya. Quieroz berharap bahwa di masa, pengguna akan bisa merasakan kombinasi dari kecerdasan berbasis awan dan perangkat.

“Kadang karena ingin cepat, kita ingin melakukan banyak hal dari perangkat saja. Namun karena alasan keamanan, beberapa hal lebih enak dilakukan di awan untuk pengalaman yang terbaik, pungkasnya.

Meluncurnya dua ponsel Pixel ini membuat Google sesumbar bisa menjadi saingan berat iPhone di Amerika dan dunia.

Selain mengunggulkan kemampuan kamera, Google juga mengawinkan spesifikasi tinggi dan sistem operasi untuk menyaingi kemulusan pengoperasian Apple.

Google mengklaim peranti lunak dan keras Google di duo Pixel terbaru ini punya fitur eksklusif yang tidak dimiliki pabrikan ponsel lain.

Pixel 2 dan 2 XL menggunakan prosesor terbaru dari Qualcomm yaitu Snapdragon 835 dengan penyimpanan 64GB. Ponsel ini juga tahan air dengan standar IP67.

Speaker ponsel juga sengaja dihadapkan ke bagian depan ponsel.

Pixel 2 dan Pixel 2 XL dibedakan hanya dari segi ukuran layar. Pixel 2 berlayar 5 inci, sedangkan Pixel 2 XL membawa layar 6 inci.

“Kami tidak menyimpan fitur keren hanya untuk perangkat dengan layar besar saja. Anda akan bisa merasakan kebaikan di kedua ponsel, jadi yang membedakan hanyalah piihan ukuran sesuai keinginan Anda,” sindir VP Manajer Produk, Mario Quiroz.

Ucapan Quiroz itu langsung menyindir Apple yang dari tahun ke tahun memberikan fitur berbeda untuk berbagai model iPhone yang diperkenalkannya. Biasanya, iPhone den

Exit mobile version