Site icon nuga.co

AI Bisa Picu Terjadinya Perang Dunia Ketiga

Pernyataan pemimpin Rusia Vladimir Putin mengenai masa depan kecerdasan buatan atau AI menuai kontroversi.

Putin  berkomentar dengan menyebutkan bahwa AI bakal memiliki implikasi besar bagi umat manusia.

“AI menawarkan peluang yang sangat besar, tapi juga ancaman yang sulit diprediksi. Negara manapun yang memimpin dalam hal pengembangan AI bakal menguasai dunia,” sebut Putin dalam sebuah siaran kepada mahasiswa Rusia, pekan lalu.

Pernyataan Vladimir Putin memancing reaksi dari Elon Musk, tokoh teknologi yang dikenal memiliki kekhawatiran bahwa pengembangan AI yang tak terkendali bisa membawa akibat buruk bagi masa depan dunia.

Hal yang terburuk, Musk memprediksi AI bisa menjadi pemicu dimulainya perang dunia ketiga.

Sosok fenomenal itu mengungkapnya dalam cuitan yang menekankan kekuatan ilmu komputer yang justru dianggap disalahgunakan oleh negara sebesar China dan Rusia.

“Kompetisi diantara negara superior berpotensi memicu perang dunia ketiga,” tulisnya.

Kekhawatirannya itu bukan hanya pada masyarakat di satu daerah tertentu, tapi juga terkait kepentingan publik.

Bukan hanya ucapan Putin, Musk mengaku khawatir dengan ambisi Korea Utara yang belakangan kian aktif dengan proyek ambisius nuklir.

Menurut pandangan Musk, AI lebih berbahaya dari pola pikir pemimpin Korut Kim Jong-un.

“Sekali dikembangkan dan berada di tangan yang salah, besar kemungkinan AI akan menjadi senjata berbahaya yang mematikan. “

“AI bisa menjadi senjata untuk teror yang digunakan untuk melawan orang-orang yang tidak tahu apa-apa, bisa juga menjadi senjata untuk meretas dengan cara-cara yang tidak dibenarnkan,” imbuhnya seperti dilansir The Guardian.

Dalam sebuah tweet, Elon Musk, sang pendiri Tesla dan Space X, memprediksi bahwa negara-negara adidaya akan terlibat perlombaan memuat AI. Menurut dia, hal tersebut bisa memicu perang besar.

“Sudah dimulai. China, Rusia, negara-negara dengan kemampuan tinggi soal ilmu komputer. Kompetisi membuat AI yang superior di taraf nasional kemungkinan besar bisa memicu perang dunia 3,” kicau Elon Musk, seperti ditulis TechCrunch, Selasa , 05 September.

Elon Musk mengatakan, nantinya pemincu perang dunia ketiga  bukanlah negara-negara pembuat AI, melainkan program AI itu sendiri.

Macam di film Terminator, AI bisa saja memutuskan untuk menyerang negara lain, setidaknya begitu menurut Elon Musk.

Pihak pemerintah pun, lanjut Elon Musk, tidak perlu merasa tertinggal karena AI kebanyakan dikembangkan perusahaan swasta seperti Google dan Facebook. Ini karena perusahaan-perusahaan itu bisa saja dipaksa menyerahkan teknologinya ke pemerintah apabila dirasa perlu dan mendesak.

Di dunia teknologi, Elon Musk dikenal sebagai sosok yang menentang pengembangan AI secara serampangan dan tak teregulasi.

Dia, misalnya, mendesak agar pemerintah AS menerapkan aturan-aturan untuk “melindungi publik” dari potensi ancaman AI bagi kehidupan manusia.

Elon Musk menjalankan inisiatif OpenAI yang mendorong pengembangan AI secara terbuka agar dapat diawasi publik.

Dia juga memiliki Neuralink yang mencari cara untuk menggabungkan AI dengan otak manusia, agar manusia tetap kompetitif di tengah pengembangan AI yang semakin maju.

Sikap Elon Musk boleh dibilang berseberangan dengan sejumlah tokoh teknologi lain yang mendukung pengembangan AI, seperti misalnya pendiri Facebook Mark Zuckerberg yang pernah menyebut Elon Musk “tidak bertanggung jawab” karena terus menerus menakut-nakuti publik soal AI.

Sebelumnya Musk sudah mengeluarkan pernyataan bahwa AI lebih berbahaya dari Korea Utara.

Di banding AI Korea Utara nggak  ada apa-apanya

“Kalau Anda tak risau soal keamanan AI, seharusnya Anda merasa demikian. Jauh lebih berisiko dibandingkan Korea Utara,” kicau sang pendiri Tesla dan SpaceX tersebut di Twitter, akhir pekan lalu

Elon Musk turut mencantumkan gambar berupa foto seorang perempuan yang tampak khawatir.

Di foto itu ada caption berbunyi “Pada akhirnya, mesin yang akan menang,” seolah mengingatkan pada seri film Terminator, di mana robot-robot pembunuh yang dikomandoi AI jahat menguasai dunia.

Elon Musk tidak sepenuhnya anti terhadap AI.

Dia sendiri mendanai perusahaan startup bernama OpenAI yang bertujuan mendorong pengembangan AI secara bertanggung jawab.

Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari Fortune,, OpenAI baru saja memamerkan AI yang sanggup mempelajari game komputer populer Dota 2 dan mengalahkan seorang pemain profesional di permainan tersebut.

“Tidak ada orang yang senang diatur, tapi apapun yang berbahaya bagi publik harus diatur. Begitu juga dengan AI,” lanjut Musk, kembali menekankan pandangannya soal perlunya peraturan menyangkut pengembangan AI supaya tak ngawur dan akhirnya malah mengancam manusia.

“Hambatan terbesar soal mengenali bahaya AI adalah mereka yang terlalu merasa pintar sehingga tak bisa membayangkan orang lain melakukan apa yang tidak bisa mereka lakukan,” pungkasnya.

Exit mobile version