Site icon nuga.co

Vinales Tak Boleh Finis di Posisi Dua

Pebalap Movistar Yamaha yang memenangkan lomba pembuka MotoGP di Losaik Circuit, Qatar, Maverik Vinales, sepertio dikatakan Kepala Mekaniknya, Ramon Forcada, tak boleh finis di posisi kedua pada setiap lomba.

Ia  mengakui bahwa kemenangan sang pebalap di Qatar berarti besar mengingat posisi di luar itu merupakan kegagalan.

Vinales yang tampil sensasional di masa pramusim berhasil melanjutkan tren sukses di seri perdana MotoGP di Qatar.

Meski sempat melakukan start yang kurang baik, Vinales mampu jadi pebalap pertama yang melintasi garis finis di Sirkuit Losail.

“Kami semua bisa merasakan atmosfer yang aneh ketika peringkat kedua untuk Vinales pun bakal dicap sebagai sebuah bencana.”

“Kami seperti tak punya pilihan selain menang dan hal lain di luar itu bakal dicap kegagalan. Ada tekanan besar dan hal itu masih ditambah kondisi balapan,” ucap Forcada seperti dikutip dari Motorsport.

Forcada memuji kesabaran Vinales sepanjang perlombaan di Qatar. Pebalap asal Spanyol itu tak kehilangan ketenangan meski posisinya sempat melorot usai memulai balapan.

“Maverick Vinales tidak mendapatkan start yang bagus dan Johann Zarco tampil lebih cepat. Namun Vinales tetap tenang ketika Andrea Iannone terjatguh di hadapannya.”

“Vinales juga tampil apik di lap terakhir saat ia sukses membuka jarak dengan Dovizioso. Hal itu adalah satu-satunya cara menang lawan Ducati yang memiliki akselerasi hebat ketika sudah masuk gigi keempat,” kata Forcada.

Tantangan Vinales untuk membuktikan konsistensinya musim ini bakal berlanjut di GP Argentina yang akan berlangsung pada 9 April mendatang

Pebalap Ducati Jorge Lorenzo menilai Maverick Vinales memiliki kemiripan dengan dirinya semasa baru saja terjun ke kelas MotoGP.

Vinales yang datang ke Yamaha untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh Lorenzo berhasil menarik perhatian banyak orang.

Sesi tes pramusim yang sempurna plus posisi podium pertama di GP Qatar membuat Vinales kini jadi favorit kuat juara MotoGP musim ini.

Sementara itu mantan pebalap Yamaha, yang kini hijrah ke Ducati, Lorenzo membuat pujian untuk  Vinales  dengan mengidentikkannya  dengan dirinya di masa muda.

“Determinasi yang ditunjukkan oleh Vinales mengingatkan saya pada diri saya sendiri dalam beberapa hal.”

“Saya juga memiliki kekuatan dan determinasi yang sama seperti yang ia tunjukkan saat ini,” kata Lorenzo seperti dikutip dari Tuttomotoriweb.

Lorenzo yang telah tiga kali meraih titel juara dunia MotoGP ini menganggap Vinales memiliki hasrat besar untuk memenangkan balapan.

“Keyakinan untuk menang yang dimiliki oleh Vinales sama seperti yang saya miliki,” ujar Lorenzo.

Setelah menang di GP Qatar, Vinales memang ada di atas angin dalam perburuan gelar musim ini.

Marc Marquez masih belum mendapatkan pengaturan motor yang pas, Valentino Rossi pun baru tampil meyakinkan di balapan Qatar.

Suzuki masih sulit berharap bisa jadi juara dunia musim ini sedangkan Lorenzo masih mengalami kesulitan adaptasi dengan Ducati.

Lorenzo yang sudah sembilan musim bersama Yamaha belum menemukan cara yang tepat untuk menarik keluar seluruh potensi motor Ducati.

Lorenzo hanya mampu finis di posisi kesebelas pada seri perdana di Sirkuit Losail, Qatar lalu

Jorge Lorenzo menegaskan dirinya tak akan pernah puas dengan koleksi gelar juara dunia meskipun saat ini ia sudah memiliki lima titel juara dunia.

“Ketika saya pertama kali meraih titel juara dunia, saya menduga saya sudah bisa mati dengan bahagia, namun ternyata titel juara dunia seperti obat-obatan terlarang.”

“Seorang pebalap tak akan bisa mengatakan cukup (terhadap titel juara dunia) dan akan selalu menginginkan gelar-gelar nlainnya,” tutur Lorenzo seperti dikutip dari Tuttomotoriweb.

Lorenzo menilai pencapaian kariernya sejauh ini terbilang bagus mengingat ia sudah tiga kali jadi juara dunia di kelas bergengsi dengan mengalahkan sejumlah pebalap top.

“Bila seorang pebalap sudah mencapai titik tertinggi dalam kariernya, maka ia tak akan bisa bersantai. Saya beruntung bisa berduel melawan pebalap seperti Valentino Rossi, Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Marc Marquez.”

“Dengan persaingan ketat seperti itu, saya bisa menjadi juara dunia dan hal itu jadi kebanggaan bagi saya. Saya bisa berkata bahwa saya pernah menang atas mereka yang merupakan empat pebalap yang masuk dalam jajaran terbaik,” kata juara dunia MotoGP

Lorenzo sendiri menunjuk Pedrosa sebagai rival yang paling sering bergulat dengan dirinya dalam kariernya sebagai seorang pebalap.

“Saya memiliki sejumlah masalah dengan Pedrosa karena dia sangat kuat dan selalu berkompetisi di kelas yang sama dengan saya sejak usia dini.”

“Sementara itu keberadaan Valentino Rossi dalam tim yang sama memberikan motivasi luar biasa bagi saya,” tutur Lorenzo

Exit mobile version