Site icon nuga.co

“Perang Terbuka” Honda dengan Rossi

Dua hari menjelang balapan di MotoGP Jerman, Sachsenring Circuit, Minggu, 12 Juli 2015, Tim Repsol Honda, Kamis, 09 Juli 2015, melancarkan “perang terbuka” dengan Movistar Yamaha, dengan menuduh Valentino Rossi sengaja memotong tikungan di balapan Assen yang menyebabkan Marc Marquez terdepak ke posisi kedua.

Insiden senggolan yang telah dipeti-eskan” oleh otoritas MotoGP itu, yang melibatkan Valentino Rossi dan Marc Marquez di Sirkuit Assen, ditanggapi kembali oleh team principal Repsol Honda, Livio Suppo, yang seharusnya tidak membuat Rossi memotong jalan.

“Valentino adalah pembalap juara yang langsung memacu lurus motornya ketika ia melihat Marquez mendekat,” ujarnya mengutip Autosport, Kamis, 09 Juli 2015.

“Dia tidak disenggol dengan keras, itu hanyalah kontak biasa saja, jadi Valentino tidak masuk akal jika mengatakan senggolan itu membuatnya harus memotong jalan. Dia melakukannya dengan sengaja,” jelasnya.

Suppo juga menyebutkan hal seperti itu tidak dilakukan sekali oleh Rossi. Ia menyebut insiden yang terjadi di Laguna Seca pada 2008. Saat itu Rossi secara ekstrim melakukan manuver menyalip Casey Stoner yang masih membela Ducati.

Pada balapan di Assen, Marquez memang menyenggol Rossi setelah mencoba untuk menyalip dari bagian dalam. Akibat dari senggolan tersebut Rossi terpaksa memacu motornya hingga memotong lintasan.

Cara The Doctor finis pertama dengan cara menyalip Marc Marquez lalu memotong jalur sirkuit dikritik habis-habisan beberapa pihak, termasuk Repsol Honda.

Marquez dan Honda menilai apa yang dilakukan Rossi layak diberi hukuman. Namun menurut Direktur Balapan MotoGP, cara The Doctor menyalip dan memotong Baby Alien masih dalam kategori normal.

Akibat kasus Assen itu, perseteruan Valentino Rossi dan Marc Marquez, menurut crash, tampaknya akan berlangsung lama.

Setelah kemenangan juara dunia sembilan kali itu di GP Belanda terus dipertanyakan pihak Repsol Honda, Marquez juga melancarkan kritik terhadap Bridgestone.

Marquez berkata bahwa dirinya tidak menyukai pasokan ban selama menjalani balapan seri kedelapan di Sirkuit Assen. Menurutnya, ada bagian kompon yang sedikit kurang nyaman digunakan.

“Saya tidak mengerti mengapa campuran ban di Assen berubah lagi. Tahun ini kami menerima senyawa lebih lembut dari 2014.”

“ Kami tidak tahu mengapa. Menawarkan sedikit kurang grip. Jorge memiliki masalah karena itu lebih besar, karena dia tidak bisa bermanuver dengan kecepatannya. Saya juga akan memastikan bahwa kita memiliki seluruh campuran ban kompon yang sama,” keluh Marquez.

Sementara itu, Rossi justru tidak terlalu mempermasalahkan perubahan yang terjadi pada ban Bridgestone.

“Pada beberapa rute, ban sedikit berbeda. Kadang-kadang bahu ban sedikit lebih lembut. Namun demikian, ini adalah keputusan Bridgestone, yang dibuat atas dasar suhu dan data beberapa tahun terakhir. Namun, saya tidak merasakan perbedaan besar,” jelas Rossi.

“Saya tidak tahu apa yang dirasakan oleh pembalap lain, tapi saya tidak punya masalah dengan itu. Bagi saya ban ini sangat mirip seperti sebelumnya,” imbuh The Doctor.

Sementara itu, Jorge Lorenzo tak mempermasalahkan kasus Assen. Dia lebih fokus dengan pernyataan menarik terkait rekan setimnya, Valentino Rossi yang sedang mengejar juara untuk kesepuluh kalinya.

Lorenzo beranggapan jika The Doctor sanggup meraih gelar juara musim ini, otomatis akan membuat malu rider muda seperti dirinya, Marc Marquez, dan Casey Stoner.

Wajar jika X-Fuera –julukan Lorenzo– berpendapat demikian. Dengan usianya yang masih muda, tentu cukup mengherankan jika Marquez dan Lorenzo finis di bawah The Doctor.

. Namun dengan usia yang mencapai kepala tiga, tentu membuat kondisi fisik tujuh kali juara MotoGP itu tak sehebat pada masa jaya di era 2000.

Saat ini rider kelahiran Urbino, Italia, menduduki posisi puncak klasemen MotoGP 2015 dengan raihan 163 poin. Pembalap yang berencana melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat berhasil mengungguli Lorenzo yang berada di posisi dua dan Marquez di tangga keempat.

“Jika Valentino Rossi berhasil merebut gelar juara, bisa dibilang telah menjatuhkan karier pembalap top seperti saya, Stoner, dan Marquez,” jelas Lorenzo, mengutip dari Gazzeta dello Sport.

Exit mobile version