Site icon nuga.co

Johan Zarco Sedang Mengalami Kesulitan

Tida bisa dipungkiri bahwa Johann Zarco sedang kesulitan.

Meski demikian, rider Tech3 itu belum mau menyerah dalam memburu kemenangan pertamanya di kelas primer.

Zarco digadang-gadang akan mampu kembali mengusik dominasi pebalap-pebalap top setelah bersinar di tahun lalu, di mana dia finis kedua dua kali dan sekali finis ketiga.

Pebalap Prancis itu kemudian membuktikannya dengan awal yang menjanjikan di musim ini.

Setelah finis kedelapan di Qatar, Zarco berhasil dua kali naik podium kedua di tiga balapan berikutnya.

Akan tetapi, Zarco justru gagal di balapan kandangnya karena terpaksa retired di Le Mans, padahal start dari posisi terdepan.

Situasi berjalan semakin rumit bagi Zarco. Pebalap itu justru kemudian melempem, usai finis kesepuluh di Mugello.

Zarco lantas memperbaikinya di Catalunya dengan finis ketujuh, tapi dalam dua seri terakhir dia cuma bisa menempati peringkat kedelapan dan kesembilan di Belanda dan Jerman berturut-turut.

“Tidak, peluangnya masih ada,” Zarco mengungkapkan di Autosport.

“Mungkin sekarang seperti sebuah lorong di mana aku berada saat ini, tapi aku masih melihat ada cahaya dan aku tidak akan pernah mengatakan tidak, kemenangan, dan selama aku membalap aku akan terus mengingatnya.”

Zarco duduk di peringkat kelima klasemen dengan perolehan 88 poin, sama dengan Andrea Dovizioso di atasnya. Balapan MotoGP akan bergulir kembali di Brno, pada awal Agustus.

Performa rider Tech3 Johann Zarco belakangan melempem.

Bos tim, Herve Poncharal, mengungkapkan alasan di balik kesulitan yang dialami pebalapnya itu.

Zarco menjalani musim debut MotoGP yang impresif di tahun lalu

Pebalap Prancis itu sukses naik podium tiga kali sebelum finis keenam di klasemen akhir, lebih tinggi dari beberapa pebalap tim pabrikan seperti Jorge Lorenzo Ducati yang menunggangi Ducati.

Laju Zarco tampak menjanjikan di awal musim ini. Zarco dua kali finis runner-up dalam empat balapan pertama di Rio Hondo, Argentina dan Jerez, Spanyol.

Penurunan Zarco terjadi sejak balapan kandang di Le Mans, di mana dia out di lap-lap awal.

Setelah itu, Zarco paling bagus finis ketujuh dalam empat balapan terakhir, yakni di Catalunya.

Poncharal mengungkapkan, kesulitan Zarco salah satunya berkaitan dengan perbaikan (upadate) motor yang tidak diterima tim satelit.

“Saya ingin menjelaskan dan memahaminya. Ada sebuah keseimbangan tipis yang memastikan bahwa seorang pebalap dan timnya merasa nyaman dengan motor,” dia mengungkapkan kepada Speedweek, yang dilansir Tuttomotoriweb.

“Keseimbangan ini memungkinkan si pebalap mendapatkan kemampuan maksimal motornya. Segalanya tampak mudah di awal musim, lebih mudah daripada sekarang. Terkadang bahkan lebih mudah daripada rider-rider tim pabrikan. Tapi banyak hal menjadi lebih sulit sejak insiden di Le Mans,” sahut Poncharal.

“Kalau Anda melihat situasi pada musim lalu, hal serupa terjadi. Segalanya berjalan lancar sampai Le Mans, tapi banyak hal menjadi lebih sulit sejak Mugello”

“ Kami sedang mengalami tahap serupa seperti musim lalu. Namun pebalap, tim, dan fans bisa saja sedikit kecewa dengan hasil-hasil si awal musim tapi pada motor tim satelit yang tidak berkembang, kami berada di peringkat kelima klasemen.”

“Setiap pabrikan memberikan pembaruan sepanjang musim. Sedangkan motor kami tidak ada pembaruan dari Qatar sampai Valencia.

Memang bukan alasan sih, tapi memang begitu kenyataannya.

Zarco tidak khawatir seperti musim lalu saat masih rookie, tapi tahun ini dia bisa finis kedua di Jerez, target dia lebih tinggi.

Namun, dia akan mengatasinya dan belajar dari situ,” tutup Poncharal.

Bagaimanapun, Zarco sukses nangkring di peringkat kelima klasemen sementara

Exit mobile version