Site icon nuga.co

Ubi Makanan Hebat Penurun Berat Badan

Ubi makanan “kampungan?”

Jangan dulu beri stempel ngenes begitu.

Menurut sebuah peneltian terbaru, ternyata ubi memiliki manfaat untuk menurunkan berat badan.

Ubi merupakan pilihan yang sehat sebagai camilan karena tidak mengandung gula tambahan dan kalorinya rendah.

Selain itu kita juga akan mendapatkan seratnya.

Meski rasanya manis, tetapi ubi memiliki kandungan yang dapat meningkatkan level adiponektin, hormon pengatur gula darah, dalam tubuh.

Ubi juga memiliki nilai indeks glikemik yang relatif rendah sehingga tidak membuat kadar gula darah meroket setelah makan.

Kadar gula darah yang terkontrol bisa membuat keinginan ngemil berkurang.

Alasan lain mengapa ubi membantu penurunan berat badan adalah kandungan seratnya. Serat telah terbukti membuat perut lebih lama kenyang.

Dalam satu buah ubi ukuran sekadang terkandung sekitar empat gram serat.

Manfaat lain dari konsumis ubi adalah adanya kandungan vitamin A yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan kesehatan mata serta kulit, dan juga mengandung antioksidan.

Selain ubi, brokoli juga merupakan makanan yang mampu menurunkan berat badan.

Sebuah studi baru dari Kanazawa University di Jepang menemukan bahwa tikus yang diberi diet tinggi lemak yang dilengkapi dengan sulforaphane, bahan kimia yang ditemukan di brokoli, tidak mengalami penambahan berat badan.

Studi yang dipublikasikan jurnal online Diabetes ini menguji dua kelompok tikus. Kelompok pertama diberi diet tinggi lemak plus sulforaphane. Kelompok kedua diberi diet yang sama tapi tanpa sulforaphane.

Hasilnya, kelompok pertama mengalami kenaikan berat badan lima belas persen lebih sedikit, memiliki dua puluhb persen lebih sedikit lemak di sekitar pinggang dan dada dan memiliki kadar glukosa darah lebih rendah dibanding tikus kelompok kedua.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sulforaphane menyebabkan tubuh membakar lebih banyak energi dan lemak, serta membantu menyeimbangkan jumlah bakteri baik di dalam usus.

Semuanya ini dapat membantu mencapai berat badan yang sehat, bahkan jika pola makan kita tinggi lemak.

Tim peneliti percaya, suatu saat nanti, sulforaphane dapat dijadikan suplemen diet untuk pencegahan obesitas.

Sulforaphane adalah senyawa yang ditemukan dalam tanaman seperti kecambah brokoli dan kubis brussel.

Selain membantu menurunkan berat badan, penelitian ini juga menemukan bahwa sulforaphane dapat membantu mengurangi peradangan pada resistensi hati dan insulin.

Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa sulforaphane memiliki sifat antikanker.

Studi dari Oregon State University dua tahun lalu menemukan, bahwa sulforaphane mampu dengan selektif membunuh sel kanker dan dengan demikian mencegah kanker menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Jika pencegahan kanker dan penurunan berat badan tidak cukup untuk membuat Anda suka brokoli, Anda harus tahu bahwa sayuran ini juga mampu menjaga kesehatan hati.

Sebuah studi dari University of Illinois College of Agricultural Consumer and Environmental Sciences dua tahun silam menemukan bahwa tikus yang diberi brokoli memiliki fungsi hati yang lebih baik secara keseluruhan dibandingkan tikus yang tidak diberi brokoli.

Cara terbaik untuk mengonsumsi brokoli dan sayuran sejenisnya adalah dengan mengukusnya, supaya kadar sulforaphane-nya tetap tinggi.

Kita sering disarankan berolahraga, terutama lari untuk mengikis lemak di perut kita.

Lantas bagaimana dengan lari sebagai upaya penurunan berat badan?

 

Kebanyakan orang merasa sudah membakar banyak kalori setelah lari, sehingga tidak merasa bersalah ketika menyantap lebih banyak makanan dari biasanya.

 

Padahal tiga puluh menit berlari tidak sebanding dengan cheeseburger, minuman soda dan sebungkus kentang goreng.

“Inilah kesalahannya. Saat melihat jumlah kalori yang terbakar di mesin treadmill atau aplikasi, kita merasa berhak mengembalikan jumlah yang sama lewat makanan,” ujar terapis diet Kim Feeney. “Selain itu, latihan kardio membuat kita kelaparan, sehingga tanpa sadar makanan yang kita santap melebihi yang kita bakar.”

Tubuh kita perlu pemulihan setelah olahraga. Namun beberapa orang mengambil waktu istirahat terlalu panjang dengan tidak melakukan apapun. Seseorang misalnya berlari pada hari Sabtu, lalu bermalas-malasan sepanjang akhir pekan.

Hal lain yang membuat tujuan lebih sulit dicapai adalah karena tubuh kita mudah beradaptasi sehingga membuat usaha kita lebih ringan.

Mungkin pada minggu pertama berlari, tubuh masih kaget dan membutuhkan lebih banyak energi untuk menyelesaikan kegiatan itu.

Namun di minggu-minggu berikutnya, tubuh sudah menyesuaikan diri sehingga aktivitas berlari tidak seberat sebelumnya.

Secara biologis tubuh kita memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap gerakan yang dilakukan berulang sehingga jumlah kalori yang terbakar untuk sebuah usaha akan semakin kecil.

Jadi jika anda rutin berlari, maka kalori yang dibakar tubuh akan semakin sedikit dari waktu ke waktu.

Untunglah cara mengakalinya cukup sederhana.

 

Kita cukup memodifikasi latihan sehingga tubuh dipaksa untuk bekerja lebih keras dan menghadapi tantangan yang berbeda.

 

Misalnya hari ini kita berlatih lari jarak jauh dengan kecepatan rendah, pada latihan berikutnya cobalah latihan lari cepat atau lari di medan menanjak. Intinya ubahlah kecepatan, jarak, dan medan setiap kali latihan agar tubuh kita  mendapat tantangan berbeda.

Exit mobile version