Site icon nuga.co

Ubah Perilaku, Dapatkan Hidup Sehat

Perilaku! Itu kata kunci ketika kita dihadapkan pada keinginan untuk berubah. Banyak oaring yang gagal me\raih keinginan untuk berubah karena did era oleh perilaku yang tidak mau “change.”

Dengarlah keluhan seorang suami ketika puluhan kali sang istri mengeluh tentalingkar pinggang dan asam lambungnya meninggi. Saat mengeluh ketika celana dan bajunya tidak bisa dipakai lagi ia berjanji untuk menghentikan mengasup gorengan, lemak dan makanan yang menyebabkan ia bisa gembur.

Dan pada kesempatan lain ketika perutnya melilit bak di iris-iris sembilu yang menyumpahi tidak akan mengasup mangga, atau asinan yang asam-asam.

Tapi tahukah Anda setelah celana dan bajunya sudah muali longgar dan perutnya tidak lagi melilit! Kebiasaan lama datang lagi. Gorengan, makanan bersantan atau pun asinan yang setiap kali dibawanya pulang dari tempat kerja.

Itulah sejarah yang terus berulang, dan berulang serta berulang. Tidak ada kata insaf. Yang ada kata jera. Dan sumpah serapah kalau tubuhnya mulai melar lagi dan olahraga ditinggalkan karena alasan, capek.

Padahal kebiasaan dan perilaku ini menentukan kualitas hidup sehat. Untuk itu atur dan seleksilah makanan yang Anda konsumsi sehari-hari. Perilaku sederhana di rumah, yang sehat, juga akan menghasilkan makanan yang aman dan sehat.

Perubahan perilaku lebih menentukan kualitas makanan ketimbang kekhawatiran cemaran bahan kimia seperti boraks di dalam bahan pangan.

Persepsi masyarakat soal keamanan pangan masih terkait kimia padahal tantangannya terletak pada perilaku. Masyarakat perlu mendapatkan edukasi terkait perubahan perilaku dalam pengolahan makanan.
Sebabnya, cara mengolah makanan yang tidak tepat berisiko menyebabkan kontaminasi silang dari bahan tidak aman, dari lingkungan, peralatan masak yang kurang sesuai fungsi, juga dari manusia itu sendiri.

Kontaminasi silang juga bisa terjadi akibat perilaku manusia. Perilaku Hidup Bersih Sehat seperti Cuci Tangan Pakai Sabun misalnya, juga punya dampak pada kemanan pangan. Jika makanannya sudah baik tapi CTPS tidak dijalankan sebelum makan, makanan juga jadi tidak aman.

Dengan lebih menerapkan perilaku sehat dalam pengelolaan makanan, cemaran mikroba pada makanan saat kontaminasi silang terjadi juga bisa dihindari.

Data keracunan pangan pada 2012 paling banyak terjadi pada pangan jajanan, pangan jasa boga dan masakan rumah tangga. Sumber makanan yang disebut BPOM sebagai Pangan Tidak

Memenuhi Syarat ini kebanyakan tercemar mikroba, dari 66 persen pada 2012 dan mengalami peningkatan menjadi 76 persen pada 2013. Pangan TMS karena pencemaran bahan kimia seperti boraks justru kecil presentasenya.

Exit mobile version