Site icon nuga.co

Tidur Larut Malam Bahayakan Kesehatan

Apakah Anda termask salah satu dari banyak orang yang selalu terlambat tidur di akhir pekan?

Nah, laman kesehatan terkenal “medical news today,” hari ini, 08 Juni,  menurunkan tulisan tentang seseorang yang seringkali di akhir pekan menghabiskan waktu terjaga hingga larut malam.

Ini kemudian mengakibatkan bangun lebih siang dari hari biasa, dan membuat ‘jet lag sosial’ yang memberi efek negatif pada tubuh.

Pada studi sebelumnya terungkap jet lag ini mengakibatkan gangguan kesehatan seperti obesitas, penyakit kardiovaskular atherosclerotic, dan diabetes.

Ternyata tidak hanya itu saja. Studi terbaru yang diterbitkan jurnal akademik Sleep mengungkapkan adanya gangguan kesehatan lain, yang mungkin lebih parah, yang ditimbulkan jika aktivitas ini terus dilakukan.

Penelitian yang diketuai Michael A Grandner, direktur program penelitian bidang kesehatan di University of Arizona melibatkan 984 orang dewasa usia 22 hingga 60 tahun. Hasilnya baru saja disampaikan pada pertemuan tahunan Associated Professional Sleep Societies, di Boston.

Dr. Grandner mengevaluasi jet lag sosial dengan menggunakan kuesioner Sleep Timing dan mengkalkulasi dengan penghitungan tidur di hari kerja dan akhir pekan.

Para peneliti juga menggunakan Insomnia Severity Index, di samping menghitung usia, jenis kelamin, ras dan etnisitas, pendidikan, status karyawan, pendapatan dan durasi tidur.

Partisipan mengurut skala dari ‘baik sekali’, ‘baik’ dan ‘buruk’.

Hasilnya menunjukkan ada keterkaitan antara tidur yang tak ‘sehat’ dan jet lag sosial ini.

Di antaranya terjadi perubahan mood yang jelek, kelelahan, dan gangguan kesehatan.

Lebih sepsfik lagi, setiap jam dari jet lag sosial terjadi peningkatan sebelas persen akan risiko terkena penyakit jantung.

Lebih jauh, hal tersebut juga meningkatkan potensi rentan akan penyakit lainnya.

Pada kesimpulan laporannya, peneltian ini menegaskan bahwa tidur rutin dan ‘cukup’ memegang peran penting bagi kesehatan.

Bahkan tidur yang ‘menyehatkan’ juga menjadi salah satu cara mudah, efektif serta murah dalam mencegah penyakit jantung serta penyakit lainnya.

Di samping itu, studi ini juga memperlihatkan bahwa lulusan sekolah menengah menderita jet lag sosial lebih banyak dibanding di usia kuliah.

Mereka yang berpendapatan tinggi juga lebih berisiko dibanding yang berpendapatan rendah.

American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan agar orang dewasa tidur setidaknya tujuh jam setiap malam untuk tubuh yang sehat dan jauh dari gangguan kesehatan.

Sebah penelitian lainnya mengungkapkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan peluang kematian akibat penyakit jantung atau stroke hingga dua kali lipat.

Peluang tersebut diketahui semakin besar pada orang dengan faktor risiko seperti diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, dan kolesterol.

Temuan tersebut diterbitkan dalam the Journal of the American Heart Association dan dilakukan dari penelitan terhadap orang  dewasa yang dipilih secara acak di Pennsylvania.

Responden berusia rata-rata empat pulhan di antara mereka adalah laki-laki.

Mereka diminta untuk menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan dan menghabiskan semalam tidur di laboratorium.

Lebih dari empat pulh persen dari respon memiliki setidaknya tiga faktor risiko dari penyakit jantung, yang dikategorikan sebagai penyakit metabolik.

Temuan ini termasuk indeks massa tubuh  yang lebih tinggi dari tiga pluh, angka kolesterol yang tinggi, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar trigliserida.

“Mereka yang kurang tidur dan dengan penyakit metabolik juga 1,99 kali lebih besar meninggal akibat penyakit lain dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki penyakit metabolik,” kata studi tersebut.

Peserta berisiko tinggi dan tidur lebih dari enam jam menghadapi risiko kematian 1,49 kali lebih tinggi dibanding mereka yang sehat.

Para ahli menyarankan agar orang dewasa tidur setidaknya tujuh hingga delapan jam per malam.

“Bila Anda memiliki sejumlah faktor risiko penyakit jantung, menjaga tidur Anda dan berkonsultasi dengan dokter jika memiliki gangguan tidur sangatlah penting bila Anda ingin menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung,” kata peneliti utama studi tersebut, Julio Fernandez-Mendoza dari Penn State College of Medicine.

Studi tersebut digambarkan sebagai yang pertama memastikan durasi tidur di laboratorium, bukan dari laporan pasien.

Peneliti mengatakan studi ini juga jadi yang pertama meneliti dampak durasi tidur terhadap risiko kematian pada mereka yang memiliki banyak faktor risiko penyakit jantung.

Namun, karena penelitian ini bersifat observatif, tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat di dalamnya.

“Uji coba klinis di masa depan diperlukan untuk menentukan apakah memperpanjang tidur, dikombinasikan dengan menurunkan tekanan darah dan glukosa, memperbaiki prediksi kematian orang dengan penyakit metabolik,” kata Fernandez-Mendoza.

Exit mobile version