Site icon nuga.co

Susah Tidur Itu Menyebalkan Kok!

Siapa bilang susah tidur malam tidak menyebalkan.

Nah, selain membuat Anda merasa lelah di pagi, sulit tidur dan insomnia juga menyebabkan stress,  serangan panik, serta gelisah berkepanjangan.

Sekelompok peneliti dari Brown University di Rhode Island, mencoba meneliti fenomena ini.

Para ahli mengamati beberapa orang lewat pencitraan fungsi saraf mutakhir atau dikenal dengan istilah MRI dan polisomnografi  atau PSG.

PSG merupakan pemeriksaan tidur standar yang dilakukan di rumah sakit atau instalasi kesehatan terkemuka di dunia.

Dari berbagai perekaman itu para ahli mendapatkan gambaran bagaimana seseorang tidur.

Parameter utama yang dilihat adalah tahap tidur dalam  yang dianggap sebagai tahap tidur yang paling memberikan kebugaran bagi tubuh.

Cukup mengejutkan, karena peneliti mendapati bahwa sisi kiri otak lebih terjaga dibanding sisi kanan saat pertama kali tidur di lokasi yang berbeda.

Kedua hemisfer otak didapati tidur tidak seimbang.

Parameter lain yang ditentukan lewat PSG adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi seseorang untuk jatuh tidur tau dikenal dengan istilah sleep onset.

Kelompok peneliti yang sama sebelas tahun silam pernah mendapati bahwa kedalaman tidur  didominasi oleh tahap tidur ringan.

Gelombang alpha yang merupakan pertanda dari tahap tidur N1 jadi menurun, dan berpindah ke theta yang merupakan petanda dari tahap tidur N2 yang lebih stabil.

Tahap tidur N1, adalah tahap tidur ringan dimana seseorang masih sangat mudah terbangun.

Adapun pada penelitian terbaru, Sasaki dan timnya mendapati bahwa mula tidur akan semakin lama seiring dengan semakin berbedanya aktivitas tidur di sisi kiri dan kanan otak.

Perbedaan aktivitas tidur pada hemisfer kiri dan kanan otak mengingatkan kita pada tidur beberapa mamalia. Lumba-lumba dan beberapa jenis burung, dapat tidur separuh otak saja.

Pada hewan-hewan ini, bisa didapati satu hemisfer tidur dalam sementara hemisfer satunya terjaga penuh.

Para ahli berasumsi bahwa tidur separuh otak ini dibutuhkan karena lumba-lumba merupakan mamalia laut yang harus terus berenang dan mengambil nafas.

Sehingga tak mungkin tidur penuh.  Demikian juga dengan burung yang sedang dalam masa migrasi yang harus terbang jarak jauh.

Walau belum terbukti, para ahli beranggapan bahwa proses tidur manusia masih berkaitan dengan tidur manusia di masa lalu.

Manusia gua, harus terus waspada terhadap hewan pemangsa. Sehingga ketika berada di tempat baru yang belum diketahui keamanannya, manusia gua tidur tidak dalam.

Otak manusia sangatlah fleksibel. Dengan mudah ia bisa menyesuaikan diri.

Contohnya, bagi mereka yang sering bepergian, efek malam pertama bisa hilang dengan sendirinya. Jadi walaupun sering berpindah lingkungan tidur, mereka akan dengan mudah jatuh tidur.

Sementara bagi kita yang jarang bepergian, EMP bisa jadi masalah.

Untuk mengatasinya, kita harus membuat lingkungan tidur yang baru senyaman dan sefamilier mungkin.

Mungkin dengan membawa sarung bantal dari rumah, selimut tipis serta beberapa pernik kecil seperti jam meja kecil, foto keluarga atau sekedar boneka.

Selain itu jaga waktu istirahat yang kurang lebih sama dengan kebiasaan di rumah.

Berkomunikasi dengan keluarga baik juga sebagai pengantar tidur.

Jika Anda bepergian melewati zona waktu, konsumsi melatonin satu jam sebelum tidur juga bisa membantu.

Jika Anda mengalami EMP, dan sulit jatuh tidur, jangan dipaksakan.

Keluar dari kamar tidur sejenak untuk menghirup udara yang lebih segar. Setelah merasa lebih tenang, baru kembali ke kamar tidur.

Di kamar, duduk dulu di sofa atau di kursi dengan santai. Nikmati musik sambil membaca majalah atau buku sejenak. Setelah rileks, baru naik ke tempat tidur.

Exit mobile version