Site icon nuga.co

Stres dan Polusi Bisa Bikin Kolesterol Jahat Meningkat

Stres, polusi dan kolesterol jahat!! Apa hubungannya? Ternyata ketiganya berhubungan. Saling berkait dan saling memicu. Stres dan polusi adalah dua dari banyak factor yang bisa menambah berbiaknya  “koleksi” kolesterol jahat di tubuh.

Kita mengenal stres sebagai penyebab penyakit memang, so sudah pasti. Tak terbantahkan. Juga sudah dikenal lama. Dan temuan terbaru menyatakan stres yang diakibatkan pekerjaan dapat mengubah cara tubuh mencerna lemak.

Kondisi ini dapat memicu peningkatkan kadar kolesterol “jahat” atau low density lipoprotein (LDL) dan menimbulkan risiko penyakit jantung. Sebuah penelitian para ahli di Spanyol menemukan, situasi stres dapat mempengaruhi cara tubuh memetabolisme lemak, yang berakhir pada melonjaknya kadar kolesterol LDL.

Riset para ahli sebelumnya mengatakan, stres emosional berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang merupakan akibat dari kebiasaan tidak sehat seperti merokok, pola makan yang tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, dan faktor lain.

Namun hasil studi baru ini menunjukkan bahwa stres dapat memicu dislipidemia, yaitu gangguan pengalihan kadar lemak dan lipoprotein dalam darah.Para peneliti dari Virgen de la Victoria Hospital di Malaga dan Santiago de Compostela University menganalisa hubungan antara stres bekerja dan parameter lainnya yang berhubungan dengan bagaimana asam lemak dimetabolisme oleh tubuh.

Studi yang dipublikasi dalam Scandinavian Journal of Public Health ini melakukan analisa pada sebuah populasi yang terdiri lebih dari 90.000 pekerja yang melakukan pemeriksaan medis.

Salah seorang peneliti Carlos Catalina, yang juga pskilog klinis dan ahli di bidang stres pekerjaan mengatakan, para pekerja yang memiliki kesulitan dalam pekerjaannya selama 12 bulan terakhir memiliki risiko lebih tinggi mengalami dislipidemia. Jumlah peserta yang mengalami stres dalam studi ini adalah sebanyak 8,7 persen.

Dislipidemia mengakibatkan peningkatan kolesterol total dan kadar kolesterol “jahat”  dan trigliserida. Selain itu juga mengakibatkan penurunan kadar kolesterol “baik”. Studi menemukan risiko displidemia lebih ditemukan pada mereka yang stres bekerja.

Tingginya kadar kolesterol “jahat” dan trigliserida, serta rendahnya kadar kolesterol “baik” meningkatkan risiko membentuk plak pada pembuluh arteri sehingga memicu pengerasan arteri. Pengerasan arteri meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Dalam penelitian lain dengan tema berbeda ternyata paparan polusi bukan hanya buruk bagi kesehatan paru-paru tetapi  dapat  pula mengubah kolesterol “baik” (high density lipoprotein/HDL)  menjadi “jahat”. Perubahan tersebut berkontribusi dalam penyumbatan arteri yang meningkatkan risiko penyakit jantung.

Tim peneliti yang terdiri dari ilmuwan asal University of California, Los Angeles (UCLA) dan institusi lain menemukan menghirup asap polusi dapat mengubah struktur HDL dalam tubuh. Selain itu, kegiatan tersebut juga mengaktifkan komponen oksidasi lain yang mengakibatkan kerusakan dini sel dan jaringan sehingga memicu inflamasi dan pengerasan arteri.

Studi yang dipublikasi dalam jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology ini melakukan penelitian pada tikus. Grup tikus pertama terpapar asap kendaraan beberapa jam per hari, selama dua minggu. Selanjutnya tikus grup pertama ditempatkan selama seminggu pada kandang dengan udara yang sudah disaring.

Grup kedua dengan perlakukan yang sama, namun tidak ditempatkan pada kandang dengan udara yang disaring. Sedangkan grup ketiga hanya diberi paparan udara yang disaring selama dua minggu.

Hasilnya, tikus yang mendapat paparan asap kendaraan memiliki kerusakan oksidatif dalam darah dan hatinya. Bahkan kerusakan ini tidak dapat diperbaiki setelah diberi paparan udara bersih yang dilakukan pada grup pertama.

Penulis senior studi Dr. Jesus Araujo, profesor kedokteran sekaligus direktur kardiologi lingkungan di David Geffen School of Medicine UCLA mengatakan, studi ini menunjukkan polusi udara dapat meningkatkan disfungsi HDL dan mengaktifkan jalur oksidasi internal. Konsekuensinya, terjadi sumbatan pembuluh yang semakin buruk sehingga memicu penyakit jantung dan stroke.

Partikel emisi yang ditemukan dari asap kendaraan diselubungi bahan kimia yang sensitif terhadap radikal bebas. Partikel inilah yang diketahui menyebabkan oksidasi.

Penulis studi dan peneliti di divisi kardiologi di Geffen School of Medicine UCLA merekomendasikan orang untuk membatasi paparan polusi udara untuk mengurangi dampak negatifnya.

 

Exit mobile version