Site icon nuga.co

“Puasa, Kok Saya Tambah Gemuk”

Banyak di antara orang berpuasa, terutama perempuan, yang tubuhnya “over-weight,” atau kelebihan berat badan, nyambi untuk menurunkan berat badan. Tidak ada yang salah memang. Kan puasa juga menahan diri, terutama dari makan dan minumdi siang harinya. Bahkan di malam hari pun banyak di antara kita juga membatasi makanan yang dikonsumsi.

Apakah nyambi menurunkan berat badan ini bisa tercapai? Kenyataannya, belum tentu. Malah ada di antara mereka yang berpuasa berat badannya nambah dan lingkar pinggangnya. L:antas kenapa bisa demikian?

Para ahli kesehatan yang mengamati perkembangan berat badan dikaitkan dengan puasa ini mengungkapkan, bertambahnya berat badan meski tengah berpuasa bisa disebabkan oleh kebiasaan makan yang salah ketika sahur dan berbuka.

Kesalahan-kesalahan itu antara lain pilihan jenis makanan dan jumlah makanan yang dimakan.
Berpuasa bukan hanya melatih seseorang hidup teratur, disiplin, dan mencegah kelebihan makan. Lebih dari itu, berpuasa juga menyehatkan karena bisa mengurangi lemak tubuh.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh sebuah tim pakar kesehatan, terbukti selama puasa Ramadhan terjadi penurunan berat badan dan perubahan komposisi tubuh, kecuali massa protein.

Dicontohkan, kebiasaan, terutama orang Indonesia, untuk berbuka puasa dengan minuman dan makanan manis adalah salah satu yang memicu kenaikan berat badan. Minuman dan makanan manis manis membuat otak cenderung tidak cepat merasa dipuaskan, meskipun kalori yang diminum sebenarnya sudah banyak.

Belum lagi dampak minuman dan makanan manis yang bikin ketagihan. Setelah minum atau makan yang manis-manis, orang lebih mungkin untuk ingin makan manis-manis lagi.

Selain itu, minuman dan makanan manis yang dikonsumsi langsung ketika berbuka puasa juga bisa membuat kenaikan gula darah terjadi dengan cepat. Hal ini sangat berisiko bagi mereka yang menderita diabetes mellitus.

“Karena itu, sebaiknya untuk berbuka puasa, utamakan untuk mengganti cairan yang hilang terlebih dahulu yaitu dengan mengonsumsi air putih. Barulah kemudian makan buah yang manis seperti kurma untuk mengganti kadar karbohidrat dalam tubuh yang sudah menurun setelah berpuasa seharian,” saran dari tim ilmuwan itu.

Selain minuman dan makanan manis, mereka juga menyoroti soal konsumsi makanan lemak tinggi, seperti makanan cepat saji sebagai hidangan berbuka yang tidak tepat. Makanan berlemak sebetulnya tidak terlalu dibutuhkan bagi tubuh yang berpuasa.

Sebaliknya, zat gizi yang paling dibutuhkan bagi tubuh saat berpuasa adalah karbohidrat dan protein. Pasalnya, kedua zat gizi ini mengalami penurunan kadar yang pesat saat puasa, selain air tentu saja.

Jumlah makanan yang dimakan juga perlu menjadi perhatian. Biasanya karena sudah berpuasa seharian, orang merasa perlu makan lebih banyak dari yang seharusnya. Inilah yang membuat berat badan melejit meskipun berpuasa.

“Jangan makanan berlebihan saat berbuka dan sahur, itulah kuncinya,” saran tim itu.

Sebuah penelitian lain yang melibatkan hampir seratusan orang yang diberi kebebasan untuk mengonsumsi makanan seperti kebiasaan mereka puasa, malahn bisa mengurangi lemak tubuh seseorang.

Penurunan berat badan juga terjadi, tetapi lebih besar pada laki-laki daripada wanita.

Puasa sendiri tidak menyebabkan penurunan protein tubuh. “Hal ini hal baik karena walau terjadi penurunan berat badan dan kadar lemak tubuh, tapi tidak terjadi penurunan protein. Protein kita butuhkan untuk kekuatan otot, baik otot gerak atau otot untuk pernapasan dan jantung,” rilis penelitian itu.

Tetapi, penelitian lanjutan setelah empat hingga lima minggu pasca puasa ternyata menunjukkan berbagai parameter komposisi tubuh dan berat badan kembali pada kondisi seperti hari pertama puasa.

“Naiknya kembali berat badan setelah Ramadhan ini konsisten dengan penelitian di luar negeri, bahkan beberapa penelitian lain mendapatkan terjadi kenaikan berat badan setelah puasa,” tulis hasil penelitian itu..

Ditambahkan, kondisi tersebut menunjukkan bahwa komitmen untuk mempertahankan berat badan selama Ramadhan tidak konsisten dan tidak berlangsung lama.

Ramadhan memberi kesempatan kepada kita untuk hidup sehat. Masalahnya apakah kondisi sehat yang telah kita capai ini bisa kita optimalkan dan tetap dipertahankan setelah Ramadhan.

Exit mobile version