Site icon nuga.co

Pikiran Sumber Penyakit Bukan Mitos

Sumber penyakit?

Ya,  pikiran.

Dan apa yang selama ini sering menjadi ungkapan  bahwa pikiran seseorang dapat mempengaruhi kesehatan tubuhnya, bukanlah mitos belaka.

Berbagai penelitian sudah mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi dalam otak manusia, dengan apa yang terjadi pada berbagai organ tubuh manusia.

Berdasarkan paparan para ahli, gangguan psikosomatik merupakan penyakit yang melibatkan pikiran dan gangguan organic.

Psikosomatis terdiri dari dua kata, pikiran  atau psyche dan tubuh  atau soma.

Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau diperparah.

Dengan kata lain, istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan penyakit fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor mental, seperti stres dan rasa cemas.

Dalam kondisi tersebut, pikiran mempengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau pikiran memperparah penyakit yang sudah ada.

Ada beberapa contoh penyakit psikosomatik yang dapat terjadi.

Diantaranya Dispepsia fungsional, yakni gejala berupa rasa tidak nyaman pada daerah ulu hati, kembung, bersendawa, dan rasa terbakar pada ulu hati.

Namun, tidak dijumpai adanya kelainan organik pada pemeriksaan medis.

Pada keadaan dispepsia fungsional, aspek psikis atau emosi memegang peranan penting.

Sedangkan dalam istilah psikologi, psikosomatis atau penyakit “fungsional” merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh walaupun tidak tampak kelainan pada pemeriksaan X-ray atau tes darah.

Stres psikis dapat mempengaruhi gejala dispepsia karena dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan pada akhirnya menyebabkan keluhan dispepsia.

Kemudian White coat hypertension, atau gejala hipertensi palsu. Yakni hipertensi yang terjadi hanya pada saat dilakukan pemeriksaan di rumah sakit.

Hal ini terjadi disebabkan rasa cemas pasien saat hendak diperiksa dokter.

Penyakit Psikosomatik selanjutnya yakni Fibromialgia, yaitu kondisi yang ditandai dengan nyeri dan kaku pada bagian otot, disertai keluhan mudah lelah.

Fibromialgia dihubungkan dengan adanya stresor psikososial. Keluhan fibromialgia ini diperberat dengan adanya stres, serta sering dijumpai pada pasien dengan ansietas dan depresi.

Terakhir adalah Sindrom Kolon Iritabel, atau sekumpulan gejala yang ditandai dengan adanya rasa tidak enak pada perut dengan gangguan pola buang air besar.

Hal ini bisa saja disebabkan oleh tekanan pikiran. Gejala biasanya semakin parah saat pasien dalam keadaan stres.

Untuk penanganan psikosomatik, aspek yang harus diperhatikan meliputi penanganan gejala gangguan fisik dan psikis seseorang.

Pasalnya, kesehatan tidak hanya terkait aspek fisik semata, karena jika pikiran sehat tubuh pun akan mengikutinya.

Seperti diketahui, pikiran dapat menyebabkan munculnya gejala fisik.

Contohnya, ketika merasa takut atau cemas bisa muncul tanda-tanda seperti denyut jantung menjadi cepat, jantung berdebar-debar, mual atau ingin muntah, gemetaran, berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, sakit perut, napas menjadi cepat, nyeri otot, atau nyeri punggung.

Gejala fisik tersebut disebabkan oleh meningkatnya aktivitas impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh.

Selain itu, pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah juga bisa menyebabkan gejala fisik di atas.

Hingga kini, bagaimana persisnya pikiran bisa menyebabkan gejala lainnya dan memengaruhi penyakit fisik yang sebenarnya belum diketahui dengan jelas.

Atau bisa jadi karena impuls saraf yang arahnya menuju bagian-bagian tubuh, atau otak yang diduga dapat memengaruhi sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh. Tapi ini semua masih belum dipahami benar.

Pada penderita gangguan psikosomatis, setiap penyakit fisik pasti ada pengaruh dari sisi mental. Ini karena cara orang bereaksi dan mengatasi suatu penyakit sangat bervariasi.

Sebagai contoh, beberapa orang mungkin tidak merasa terganggu ketika mengalami ruam psoriasis

Namun penyakit ini bisa membuat beberapa orang lain merasa tertekan dan penyakitnya pun terasa lebih sakit.

Penyakit mental bisa jadi juga akan berpengaruh pada fisik seseorang.

Ketika menderita penyakit mental, Anda mungkin jadi tidak bernafsu makan, malas beraktivitas, atau enggan mengurus diri sendiri. Akibatnya, masalah atau penyakit fisik pun jadi bermunculan.

Beberapa penyakit fisik dianggap sangat rentan ditimbulkan atau diperparah oleh faktor mental seperti stres dan rasa cemas.

Namun ada juga penyakit yang susah diklasifikasikan sebagai gangguan psikosomatis atau bukan, contohnya ulkus peptikum atau peptic ulcer  dan Irritable Bowel Syndrome atau IBS

Ketika faktor mental memunculkan gejala penyakit tetapi penyakit itu sendiri tidak bisa ditemukan atau dideteksi atau mengeluh sakit yang tidak sesuai gejalanya, keadaan ini juga dikelompokkan dalam gangguan psikosomatis.

Jangan terkecoh antara gangguan psikosomatis dengan penggunaan istilah “penyakit psikosomatis” atau yang dikenal sebagai gangguan somatoform.

Dalam “penyakit psikosomatis”, pikiran mendominasi fisik dan bisa diatasi dengan penggunaan kekuatan sugesti, berpikir positif, dan tekad kuat untuk mengatasi masalah fisik.

Pada gangguan psikosomatis, gangguan mental memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit fisik.

Sedangkan dalam gangguan somatoform, gangguan mental dianggap sebagai satu-satunya penyebab dari penyakit fisik.

Exit mobile version