Site icon nuga.co

Peminum Kopi Pahit Itu Psikopat?

Anda penikmat kopi hitam pekat, plus dengan rasa sangat pahit?

Waahh.. gawat!!

Lantas, ada apa?

Sebuah sutdi terbaru yang dimuat laman situs “metru.co.uk,” Rabu, 14 Oktober 2015, menempatkan Anda sebagai “calon” psikopat.

Apa benar?

Sebuah studi yang dimpimpin oleh peneliti andal Dr Christina Sagioglou dari Innsbruk University, Inggris, menyimpulkan seorang penikmat kopi pekat dan pahit setiap hari tanpa disadari memiliki sifat seorang psikopat.

Sagioglou menguraikan hasil studi yang merangkum bahwa orang yang menikmati kopi pekat dan pahit, seperti kopi hitam dan air tonik, berpotensi memiliki sifat sadis dan narsis.

Kedua sifat tersebut mengindikasikan seseorang yang menderita psikopat.

Dalam penelitian itu lima ratus responden pria di pakai sebagai sample dalam studi kontroversial ini.
Responden diminta untuk memberikan peringkat rasa minuman, mulai dari rasa manis, pahit, dan tawar.

Seiring dengan itu, mereka juga harus mengisi kuesioner mengenai kepribadian.

Sejumlah pertanyaan meliputi rasa empati, kemampuan dalam memprovokasi, dan melukai orang lain.

Kemudian, seluruh responden juga diuji dengan pilihan pernyataan yang sering mereka ungkapkan dalam keseharian.

Hal ini bertujuan untuk menilai kemungkinan seseorang memiliki sifat mengendalikan, psikopat, dan narsistik.

Tim peneliti mengklaim, mereka tidak pernah berusaha untuk menggiring para relawan yang menyukai rasa pahit untuk dekat dengan ciri-ciri psikopat. Akan tetapi, hasil tersebut muncul berdasarkan analisis murni.

Lalu, tes uji lainnya menilai soal kemungkinan berperilaku sadis terhadap orang lain.

Contoh pertanyaan ini salah satunya, ‘saya cenderung memanipulasi orang lain untuk mendapatkan tujuan saya’, ‘saya cenderung berperasaan tidak peka’, dan ‘saya cenderung ingin orang lain memerhatikan saya’
.
Mereka juga diminta menyelesaikan Penilaian Komprehensif Kecenderungan Sadis, yang menilai kecenderungan sadisme seseorang sehari-hari.

Preferensi rasa pahit muncul ketika prediksi terhadap sifat Machiavellianism, psikopati, narsisme, sadisme sehari-hari amat kuat, kata para peneliti yang temuannya dipublikasikan dalam jurnal Appetite.

Keramahan, atau sejauh mana seseorang memiliki sifat baik, simpatik, dan kooperatif, berkorelasi negatif dengan preferensi rasa pahit, kata mereka menambahkan.

Kendati peneliti tidak menyelidiki mengapa orang dengan ciri-ciri tersebut lebih memiliki makanan pahit, mereka melaporkan bahwa, para peserta mengalami semacam ‘sensasi’ dari makanan tersebut.

Hasilnya, studi yang dipublikasikan oleh journal Appetite ini menyimpulkan bahwa umumnya orang-orang yang menikmati rasa pahit dalam keseharian cenderung berkepribadian kasar, control freak, psikopat, sadis, dan narsistik.

Menurut Dr Sagliogou, kecanduan rasa pahit pada minuman dan makanan menimbulkan fluktuasi emosi di mana orang menikmati hal-hal yang kental dengan aura suram dan penuh ketakutan.

“Penelitian kami menemukan korelasi kuat antara kegemaran akan rasa pahit terhadap potensi sifat sadis dalam keseharian,” terang Sagliogou

Studi yang juga dipublikasikan dalam jurnal Appetite mengungkapkan para peneliti menemukan, mereka yang suka sesuatu yang lebih pahit dalam makanan dan minuman, memiliki nilai lebih tinggi kepribadian Machiavellianism.

Machiavellianism adalah sebuah istilah yang digunakan dalam ilmu psikologi untuk menggambarkan kepribadian yang gelap, psikopat, narsis dan sadisme.

Namun begitu, temuan ini berbeda jika dilihat dari sudut pandang kesehatan fisik, dimana, seperti yang dilansir dari Huffington Post, mengkonsumsi secangkir kopi tanpa susu dan gula di pagi hari dinilai memberikan kontribusi yang baik bagi kesehatan.

Kopi terbukti memiliki ragam manfaat utama, termasuk meningkatkan perasaan bahagia, penurunan risiko beberapa jenis kanker, dan meningkatkan fungsi otak. Ditambah lagi, peminum kopi hitam juga dapat menuai manfaat karena mereka mengkonsumsi kopi tanpa tambahan kalori dan lemak.

Jadi, apa arti dari temuan ini?

Sejauh ini, para peneliti belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengingat skala penelitian yang kecil serta data yang masih diperoleh sendiri.

Namun, para peneliti berharap menemukan hubungan antara kepribadian dan perilaku makan seseorang dalam studi berikutnya.

Exit mobile version