Apakah puasa bermanfaat bagi kesehatan?
Ya, itulah pertanyaan yang sering “mendengung” dari banyak orang ketika ramadhan datang dan dikaitkan dengan kesehatan.
Lantas apa jawabannya.
Untuk menjawabnya, perlu dipahami terlebih dahulu bagaimana proses metabolisme tubuh saat Anda puasa. Sederhananya, untuk apa yang terjadi pada tubuh saat puasa, dihubungkan dengan asupan glukosa,
Saat tidak puasa, tubuh mendapatkan asupan glukosa yang dibutuhkan oleh sel tubuh untuk memproduksi energi melalui makanan. Nah, saat puasa, maka glukosa tersebut didapat dari proses glukoneogenesis, yaitu produksi gula oleh tubuh sendir[
Proses glukoneogenesis ini akan mengubah simpanan energi berupa non karbohidrat dalam tubuh seperti lemak dan protein menjadi energi glukosa.
Meski demikian, puasa tetap menyehatkan tubuh. Dari berbagai studi juga terungkap bahwa berpuasa juga bisa membersihkan tubuh dari zat racun dan sisa metabolisme yang bisa merusak sel.
Ini artinya, puasa ramadan sangat bermanfaat bagi kesehatan, selain mengendalikan kadar gula darah, juga bisa menurunkan tekanan darah, mengurangi dislipidemia, juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh
Meski tak disangkal kalau tubuh butuh waktu untuk adaptasi. Dalam beberapa hal, tubuh bisa kaget.
Bisa jadi, tubuh kaget, terutama bagi mereka yang terbiasa mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi. Dan i kagetnya hanya pada hari-hari pertama, kala tubuh akan segera beradaptasi, sehingga selanjutnya, metabolisme tubuh pun jadi minimal mengikuti kondisi puasa tersebut.
Tubuh yang kaget dan proses adaptasi tubuh ke ‘mode’ puasa ini bisa jadi membuat orang mengalami beberapa keluhan.
Yang sering terjadi adalah munculnya tension headache atau nyeri kepala.
Penyebabnya memang multifaktorial, atau banyak hal Namun, dari studi ada beberapa hal yang berkaitan dengan terjadinya tension headache saat puasa, antara lain kondisi hipoglikemia, dehidrasi dan caffeine withdrawal”
Selain itu, mungkin ada beberapa keluhan seperti perut perih akibat asam lambung meningkat. Hal ini bisa jadi karena perubahan pola makan yang drastis.
Juga perlu pula dipahami, perubahan gaya hidup selama sebulan penuh, baik dalam pola makan, tidur, dan aktivitas sehari-hari, turut menyebabkan banyak perubahan pada tubuh.
Anda mungkin mengalami perubahan dalam komposisi tubuh dan fungsi organ, darah dan cairan, serta elektrolit darah.
Perubahan yang terjadi di dalam tubuh saat berpuasa akan berbeda-beda, tergantung lamanya Anda berpuasa. Secara teknis, tubuh baru memasuki “fase puasa” setelah delapan jam dari makan terakhir, yakni saat usus selesai menyerap zat gizi dari makanan.
Pada kondisi normal, glukosa (gula) dari makanan tersimpan dalam hati dan otot sebagai sumber energi utama. Sebelum memasuki fase puasa, tubuh akan membakar sumber energi ini sehingga Anda dapat melakukan kegiatan seperti biasa.
Setelah glukosa habis, lemaklah yang menjadi sumber energi selanjutnya. Tubuh Anda yang tadinya membakar glukosa kini beralih melakukan metabolisme lemak saat puasa. Dengan kata lain, puasa bisa membuat tubuh Anda membakar lemak.
Jika lemak habis, tubuh terpaksa memakai protein sebagai sumber energi. Penggunaan protein sebagai sumber energi tidaklah sehat karena protein yang dipecah berasal dari otot. Pembakaran protein lama-kelamaan bisa membuat otot menjadi kecil dan lemah.
Namun, pada puasa Ramadan, Anda hanya berpuasa selama tiga belas hinga empat belas jam. Ini adalah masa ketika tubuh mulai kehabisan glukosa dan menggunakan lemak sebagai sumber energi kedua.
Jadi, puasa Ramadan tidak menyebabkan pemecahan protein.
Proses metabolisme lemak saat puasa justru bermanfaat bagi tubuh karena membantu penurunan berat badan dan kolesterol darah. Penurunan berat badan yang sehat dapat membantu mengontrol diabetes dan menurunkan tekanan darah.
Sementara itu, kolesterol yang terkontrol dapat menurunkan risiko sindrom metabolik. Ini merupakan kumpulan kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke, contohnya obesitas serta gula darah yang tinggi.
Selain metabolisme energi, fungsi beberapa organ tubuh juga sedikit berubah saat puasa. Pasalnya, organ-organ tubuh Anda berusaha menyesuaikan diri dalam kondisi rendah energi.
Sebut sajaperubahan pada kelenjar ludah
Kelenjar ludah tetap memproduksi air liur untuk mencegah mulut menjadi kering. Hal ini bermanfaat untuk menghalau bakteri dan sisa makanan yang dapat menyebabkan bau mulut serta gigi berlubang.
Begitu juga dengan lambung. Produksi asam lambung menurun ketika lambung kosong.
Hal ini mencegah terkikisnya dinding lambung oleh asam karena tidak adanya makanan yang digiling. Pengikisan dinding lambung merupakan penyebab utama terbentuknya luka lambung.
Bagaimana dengan hati? Glukosa dari makanan sahur akan diubah glikogen dan disimpan dalam organ hati.
Begitu glukosa darah habis, hati kembali mengubah glikogen menjadi glukosa. Proses metabolisme glukosa akan memberikan energi yang dibutuhkan tubuh saat puasa.
Selain itu kantong empedu yang merupakan penyimpan cairan akan membantu memecah lemak pada proses pencernaan.
Selama puasa, kantong empedu menampung cairan empedu dan menjadikannya lebih pekat untuk persiapan metabolisme lemak pada saat berbuka.
Bagaimana pula dengan pankreas dan usus?
Pada kondisi normal, organ pankreas menghasilkan hormon insulin untuk mengubah glukosa dari makanan menjadi cadangan energi. Selama puasa, produksi hormon ini menurun karena tubuh tidak mendapatkan asupan glukosa dari makanan.
Proses penyerapan zat gizi dalam usus halus berkurang. Usus halus hanya bergerak secara rutin setiap empat jam. Sementara itu, usus besar menyesuaikan penyerapan cairan dari ampas makanan untuk menjaga keseimbangan cairan.
Manfaat lain dari puasa adalah bisa memicu proses detoksifikasi
Berbagai proses metabolisme yang terjadi pada tubuh saat puasa turut memicu proses pembuangan racun dari tubuh (detoksifikasi). Menurut sebuah penelitian dalam jurnal PLos One, hal ini berkaitan dengan peran enzim tertentu dalam hati Anda.
Salah satu fungsi utama hati yakni membuang racun dari dalam tubuh. Pembatasan asupan kalori saat berpuasa ternyata membantu mendorong fungsi ini. Hasilnya, tubuh mampu membuang zat limbah dan racun dengan cara yang sehat.
Ini pula yang menjadi alasan mengapa intermittent fasting begitu populer. Selain bisa membantu menurunkan berat badan, metode diet ini juga mendukung fungsi hati dalam mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Meski begitu, perlu diingat bahwa tubuh manusia sebenarnya mampu membuang racun sendiri melalui sistem ekskresi. Sistem ini terdiri dari lima komponen utama, yaitu hati, ginjal, paru-paru, kulit, serta usus besar.
Detoksifikasi melalui puasa memang menyehatkan, tapi jangan melakukannya secara berlebihan. Anda juga perlu mendapatkan asupan zat gizi dan cairan dari makan sahur, tidur dengan cukup, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok.