Site icon nuga.co

Makan di Malam Hari Bisa Lebih Cepat Tua

Laman situs “menshealth” hari ini, Selasa, 29 Agustus, meningatkan untuk membuang kebiasaan makan malam hari.

“Awas, kebiasaan makan malam hari mempercepat proses penuaaan,” tulis laman kesehatan terkenal itu.

Dingatkan lagi, mengambil makanan di kulkas saat malam hari bukan hanya membahayakan perut, tapi juga resiko pada penampilan kulit.

Menurut sebuah penelitian, makan di luar waktu normal dapat membuat kulit rentan terhadap efek merusak dari radiasi matahari.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Cell Reports, dilakukan penelitian terhadap tikus percobaan. Tikus-tikus diberi makan pada siang hari–di luar kebiasaan hewan nokturnal biasanya makan.

Mereka menemukan bahwa ketika mereka makan di luar waktu normal, mereka mengalami lebih banyak kerusakan kulit saat terkena sinar ultraviolet B – UVB)di siang hari daripada di malam hari.

Hal itu terjadi karena pergantian waktu makan itu dikacaukan dengan enzim yang disebut xeroderma pigmentosum group A –yang vital dalam membantu memperbaiki kerusakan kulit.

Akibatnya, karena enzim kurang aktif di siang hari, kulit pun rentan terhadap sinar UV.

Sementara itu, tikus yang diberi makan selama jam normal mereka tidak menunjukkan perubahan pada enzim perbaikan kulit dan tidak terlalu beresiko terhadap sinar UVB.

Waktu makan juga mempengaruhi ritme sirkadian (jam biologis) di organ lain, seperti hati.

Namun penelitian ini menegaskan bahwa mengubah waktu makan juga dapat menggeser jam tubuh kulit.

Temuan ini memang masih bersifat pendahuluan, dan karena eksperimen hanya dilakukan pada tikus, tidak jelas apakah waktu makan akan mempengaruhi enzim perbaikan kulit manusia dengan cara yang sama.

Jika memang terbukti memiliki mekanisme yang sama pada manusia, maka kita perlu berhati-hati dalam mengatur pola makan.

Apalagi, sinar UV B berperan dalam terjadinya kanker kulit dan penuaan dini.

Makan di malam hari dapat membuat tubuh menjadi gemuk” merupakan pernyataan yang telah lama didiskusikan, namun sampai saat ini masih diperdebatkan.

Penelitian yang pernah dilakukan pada pekerja shift malam, menunjukkan bahwa pekerja shift malam sering mengonsumsi makanan di malam hari dan menunjukkan adanya peningkatan berat badan.

Sebuah jurnal juga mendukung  hasil penelitian sebelumnya dengan menyatakan bahwa makan di malam hari berisiko untuk meningkatkan kalori yang dikonsumsi.

Berbagai alasan yang menyebabkan orang yang makan di malam hari selain karena rasa lapar yang muncul pada malam hari, adalah karena ingin memuaskan nafsu makan yang bisa saja merupakan false hunger, menghilangkan stress, atau karena bosan.

Biasanya orang yang makan larut malam karena ingin memuaskan nafsu makannya atau karena ingin menghilangkan stress cenderung memilih makanan ringan namun tinggi kalori.

Mereka memang mengonsumsinya dalam jumlah sedikit, namun kalori yang terdapat dari snack tersebut sangatlah besar. Hal seperti inilah yang dapat menyebabkan kegemukan.

Orang yang memiliki kebiasaan makan di malam hari dapat dianggap mengalami night eating syndrome atau NES.

NES memiliki karakteristik yaitu makan banyak pada waktu malam, sering begadang atau insomnia, dan anoreksia yang terjadi pada pagi hari.

NES sering dikaitkan dengan depresi dan stress yang menyebabkan nafsu makan meningkat.

Ketika nafsu makan meningkat, yang dikonsumsi saat itu adalah makanan yang tinggi kalori dan tinggi gula, dan hal inilah yang dianggap menjadi penyebab dari kegemukan.

Berbagai penelitian yang dilakukan baru-baru ini, menemukan bahwa konsumsi makanan ringan yang rendah kalori di malam hari justru menurunkan risiko overweight pada perempuan.

Bahkan penelitian yang dilakukan pada atlet, menunjukkan bahwa konsumsi makanan ringan tinggi protein pada tiga puluh menit menit sebelum tidur dapat membantu dalam proses pengeluaran energi yang berguna untuk mempertahankan fungsi normal tubuh saat istirahat.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Groen dan kawan-kawannya, ditemukan bahwa konsumsi makanan ringan yang tinggi protein pada orang tua ternyata dapat meningkatkan sintesis protein otot.

Hal ini disebabkan karena waktu yang baik dalam proses metabolisme serta sintesis protein adalah malam hari.

Sehingga, mengonsumsi makanan yang tinggi protein sebelum tidur dapat memaksimalkan proses pencernaan protein dalam tubuh.

Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa konsumsi protein sebelum tidur dapat menghindarkan penuaan dan kehilangan massa otot pada orang tua.

Tubuh kita bekerja setiap saat, termasuk dalam membakar kalori. Memang benar bahwa ketika tidur, tubuh membakar kalori lebih sedikit dibandingkan ketika beraktivitas, namun tidur yang berkualitas adalah salah satu faktor penentu dalam menjaga berat badan.

Dalam hal ini, yang sangat berperan dalam menentukan apakah berat badan Anda meningkat, menurun, atau tetap adalah jumlah kalori yang Anda konsumsi dalam sehari, bukan waktu makan yang paling menentukan.

Ketika Anda makan malam hari dan mengonsumsi makanan yang tinggi kalori dan lemak, hal tersebutlah yang dapat mempengaruhi penambahan berat badan.

Anda boleh saja memakan sekitar se3puluh persendari total kalori sehari Anda pada malam hari, namun lebih baik dilakukan tiga jam sebelum tidur.

Dan jika hal tersebut dilakukan dengan rutin dan diimbangi dengan olahraga yang rutin, ini justru akan menjaga stabilitas serta fungsi tubuh.

Sebenarnya memang masih dibutuhkan bukti ilmiah untuk membuktikan secara pasti mana pernyataan yang benar, apakah makan malam membuat gemuk atau malah dapat membantu metabolisme zat gizi dalam tubuh.

Penelitian yang menyatakan bahwa makan di malam hari  dapat membuat gemuk terbukti pada pekerja shift malam dan pasien yang mengalami night eating syndrome, hal ini disebabkan juga karena kurang tidur pada kelompok tersebut sehingga mempengaruhi hormon yang berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan metabolisme zat gizi.

Di sisi lain, saat ini berbagai penelitian telah membuktikan pula bahwa makan di malam hari dengan kondisi tertentu malah dapat membantu seorang untuk menjaga kesehatannya.

Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lain yang menguatkan pernyataan ini.

Exit mobile version