Site icon nuga.co

Kerja Shif Bisa Bikin Otak “Heng”

Anda bekerja shif? Kalau iya mulai sekarang coba pikir ulang. Sebab dampak dari kerja shif ini bisa membuat otak Anda “heng” atau bisa juga mengundang datangnya berbagai penyakit seperti, kanker payudara hingga obesitas.

Segepok penelitian menunjukkan dampak negatif bekerja sif. Yang paling hebatnya, studi terbaru memperlihatkan bahwa kerja sif selama satu dekade membuat otak menua lebih dari enam tahun.

Dalam jurnal Occupational and Environmental Medicine, peneliti mengingatkan bahwa kerja sif bisa menurunkan kemampuan intelektual seseorang.

Bahkan laman BBC menulis tim dari University of Swansea dan University of Toulouse melakukan penelitian dengan melibatkan tiga ratus ribu responden di Prancis untuk menjalani tes memori, kecepatan berpikir, dan kemampuan kognitif yang lebih luas.

Secara alami otak memang menurun seiring bertambahnya usia. Namun, peneliti menuturkan bahwa melakukan pekerjaan sif yang sifatnya antisosial bisa mempercepat proses tersebut.

Bekerja dengan sistem shift memang telah lama diketahui dapat berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan. Mulai dari memicu risiko diabetes hingga sakit jantung dan kanker, termasuk mengganggu kehidupan sosial si pekerja.

Akan tetapi dari penelitian terbaru, ada satu lagi efek yang terlihat jelas bila seseorang terlalu lama bekerja dengan sistem semacam ini. Studi dari Inggris dan Prancis ini mengungkap pekerja shift malam akan mengalami penurunan kemampuan otak karena hal itu.

Untuk menemukan kesimpulan ini, peneliti mengamati sejumlah pekerja, baik yang sudah pensiun maupun masih bekerja di Prancis bagian selatan. Beberapa di antara mereka tak pernah mendapatkan jatah shift, tapi sebagian lainnya terbiasa bekerja dalam sistem shift, bahkan hingga lebih dari sepuluh tahun.

“Kami menemukan bahwa kerja shift memang mengakibatkan gangguan pada kognisi atau otak, dan gangguan ini akan makin buruk pada yang melakukannya dalam kurun waktu lama,” ungkap peneliti seperti dikutip dari CNN..

Tim peneliti yang berasal dari University of Swansea dan University of Toulouse ini pun menduga selama bekerja dengan sistem shift tersebut, jam biologis tubuh responden terganggu. Namun karena si responden bekerja dengan sistem ini dalam waktu lama, maka mau tak mau ini menyebabkan munculnya tekanan fisiologis, termasuk berubahnya fungsi otak.

“Sesuai dengan ritme kikardiannya, manusia seharusnya tidur di malam hari. Bahkan ritme ini tak hanya mengatur pola tidur seseorang, tapi juga mengendalikan pelepasan hormon, suhu tubuh dan beragam proses lainnya. Nah bila terganggu, maka yang terjadi adalah masalah kesehatan, misalnya sakit jantung dan kanker payudara,” jelas peneliti.

Tak hanya itu, karena lebih banyak bekerja di malam hari, peneliti juga menduga kekurangan vitamin D akibat jarang terkena sinar matahari diklaim mengakibatkan penurunan kemampuan berpikir pada responden.

Beruntung peneliti juga menemukan kondisi ini sebenarnya dapat diperbaiki. “Caranya, mengubah jam kerjanya menjadi seperti jam kerja orang normal. Hanya saja butuh waktu setidaknya lima tahun untuk melihat hasilnya,” pungkasnya.

Otak mereka bisa kembali pulih ketika berhenti bekerja sif. Meski demikian, otak baru bisa kembali normal setelah lima tahun.

Exit mobile version