Site icon nuga.co

Kegemukan Itu Memotong Kelanjutan Usia

Mana yang lebih berbahaya kegemukan dengan hipertensi?

“Bahaya kegemukan,” tulis jurnal European Journal of Preventive Cardiology yang mengutip hasil sebuah studi  yang mengukur kapasitas ancaman terhadap keduanya..

“Kegemukan ataupun obesitas dapat memotong harapan hidup panjang sama seperti perokok aktif, “ tulis “yahoo news,” Jumat, 05 Agustus 2016, yang mengutip utuh hasil penelitian itu.

Para peneliti mengukur kapasitas aerobik hampir delapan ratus orang berusia lima puluh tahun sejak lima puluh satu tahun lalu.

Penelitian ini terus berlanjut sampai empat tahun silam, di mana peserta yang masih hidup masih diikutsertakan dalam pengujian oleh peneliti.

Kapasitas aerobik merupakan ukuran kebugaran fisik.

Kapasitas aerobik akan semakin baik bila seseorang rutin bergerak aktif, seperti berolahraga.

Orang-orang dengan kapasitas aerobik terendah memiliki risiko dua puluh satu persen lebih tinggi untuk mati muda ketimbang orang dengan kapasitas aerobik menengah dan risiko empat puluh dua persen  lebih tinggi dari kematian dini ketimbang orang dengan kapasitas aerobik terbaik.

Studi ini menegaskan dampak kesehatan dari kebugaran fisik selama periode waktu yang cukup panjang.

Studi juga menemukan kegemukan atau obesitas akibat aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko yang lebih besar ketimbang risiko tekanan darah tinggi atau Kolesterol tinggi. Bahkan, pria yang memiliki tekanan darah atau masalah Kolesterol masih cenderung hidup lebih lama, ketimbang pria gemuk dengan tekanan darah yang baik dan Kolesterol normal.

“Manfaat aktif secara fisik selama seumur hidup sudah sangat jelas,” kata penulis studi Dr Per Ladenvall dalam siaran pers.

Centers for Disease Control and Prevention  menemukan, delapan puluh persen pria Amerika tidak memenuhi rekomendasi kekuatan aerobik yang baik.

Tetapi kabar baiknya, tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai meningkatkan kebugaran di usia berapapun.

“Setelah mengurangi merokok,” kata Ladenvall dalam siaran pers.

“Tantangan utama berikutnya adalah untuk menjaga tubuh tetap aktif secara fisik dan juga untuk mengurangi aktivitas seperti duduk berkepanjangan.”

 

Apakah obesitas itu termasuk penyakit?

Kata peneliti yang sama, obesitas mungkin termasuk penyakit otak yang diperparah pola makan gaya Barat.

Satu faktor kunci yang membantu mengontrol berapa banyak porsi makan adalah perasaan lapar atau kenyang, dan seberapa baik otak mengingat hal ini.

Para akademisi di Australia menguji sekelompok orang yang mengadopsi pola makan kaya gula dan lemak tetapi rendah sayur, buah dan serat.

Kelompok lain makan lebih sehat.

Mereka yang menganut pola makan Barat ternyata lebih lambat dalam belajar, memiliki memori lebih lemah dibandingkan yang makan sehat.

Kelompok makan kurang sehat ini juga terlihat mengalami penurunan lebih kecil pada nafsu akan ngemil ketika perut penuh dibandingkan saat lapar.

Penemuan ini dilaporkan pada pertemuan tahunan Study of Ingestive Behaviour di Portugal. Efek serupa juga pernah terlihat pada eksperimen pada hewan sebelumnya.

Diperkirakan efek pola makan Barat itu mempengaruhi daerah hippocampus di otak. Hal itu bakal menghalangi kemampuan memblokir memori yang tak lagi diperlukan.

Normalnya memori akan makanan ada di garis terdepan pikiran ketika kita lapar. Namun memori ini terhalangi ketika tubuh terasa kenyang.

Tetapi proses ini tampaknya tidak bekerja dengan baik di kalangan yang makan tinggi lemak dan gula.

Peneliti Tuki Attuquayefio dari Macquarie University berkata,”Meskipun kenyang, mereka masih ingin makan manis dan berlemak.”

“Hal yang lebih menarik, efek ini sangat kuat terhubung dengan kemampuan belajar dan tugas memori. Hal ini menyimpulkan ada hubungan di antara keduanya lewat hippocampus,” katanya.

Riset sebelumnya menemukan orang dewasa paruh baya yang gemuk dan obesitas berisiko lebih besar kena Alzheimer’s dan bentuk penyakit kepikunan lain, dibandingkan mereka yang punya berat badan normal.

Anak kecil berusia paling muda tujuh tahun mungkin mengalami gangguan memori karena pola makan kaya lemak dan gula ini.

Studi-studi pada tikus sudah membuktikan bahwa pola makan ala Barat ini memperlemah pembatas darah-otak yang membantu melindungi otak dari zat berbahaya dalam aliran darah.

Exit mobile version