Site icon nuga.co

Jaga Kesehatan Otak dan Cegah Demensia

Laman situs “the new paper,” hari ini, Selasa, 28 November, menulis aktivitas sederhana yang yang harus dilakukan untuk  melawan penurunan daya ingat dini pada otak, dan sekaligus mengurangi risiko terkena demensia.

Tak bisa dipungkiri berbagai aktivitas dan kebiasaan dapat menyebabkan penurunan kinerja otak seseorang. Ada yang kerap lupa menaruh barang, atau ada juga yang tak ingat akan tugas yang mesti diselesaikan.

Menurunnya daya ingat ini akan berujung pada demensia, dan bahkan alzheimer.

Mengutip Alzheimer Disease Association, demensia merupakan penyakit yang menyebabkan sel-sel otak mati dengan cepat, sehingga seseorang mengalami penurunan mental, seperti kegagalan memori, fungsi intelektual yang buruk, hingga perubahan kepribadian.

Untuk menghindarinya ada berbagai cara sederhana yang bisa dilakukan seseorang.

Misalnya,  mengaktifkan gerakan tangan.

Jika tangan dominan ialah tangan kanan, maka dianjurkan untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menyisir rambut dan menyikat gigi menggunakan tangan kiri.

Melakukan aktivitas dengan tidak menggunakan tangan dominan dapat membentuk jalur baru di dalam otak, seiring seseorang belajar menggunakan tangan non-dominan.

Selain itu bisa juga dengan aktivitas yang membuat fisik tetap aktif atau olahraga memiliki manfaat yang siginifikan bagi otak karena mampu menghambat penurunan kognitif seseorang.

Sesi olahraga sebaiknya dibarengi dengan bersosialisasi dengan teman untuk mengurangi stres.

Sebuah sStudi yang diterbitkan oleh badan jurnal medis Amerika Serikat, JAMA Psychiatry menyebutkan bahwa orang yang menonton televisi lebih dari tiga jam per hari memiliki kemampuan kognitif yang buruk.

Membaca buku lebih dianjurkan sebagai alternatif untuk bahan hiburan dibanding menonton televisi.

Selain itu bisa juga dengan mengubah rutinitas yang dilakukan setiap pagi mulanya akan tampak aneh dan canggung.

Namun, mengubah rutinitas keseharian dapat menstimulasi otak dengan membuatnya untuk terus berpikir dan tetap aktif. Perubahan rutinitas yang paling sederhana untuk dilakukan ialah mengganti rute perjalanan ke kantor.

Berdasarkan hasil  penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah PLOS Neglected Tropical Diseases menyebutkan bahwa penduduk lansia yang rajin menjadi relawan cenderung tidak diberi pengobatan anti demensia dibandingkan mereka yang jarang menjadi relawan.

Ikut serta untuk menjadi relawan dalam berbagai kegiatan disebutkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif seseorang.

Sebuah studi lain dari Natural England menyebutkan bahwa melakukan aktivitas sederhana yang berkaitan dengan alam seperti berjalan di taman dapat memberi manfaat bagi pasien demensia karena berada di tengah alam mampu menambah energi dan juga menjadi alternatif untuk relaksasi.

Stres menjadi penyakit yang tidak bisa dihindari dewasa ini dan sering kali dianggap dapat menghilang seiring berjalannya waktu.

Namun, hasil penelitian yang berlangsung selama 38 tahun kepada perempuan paruh baya oleh PMC US National Library of Medicine National Institutes of Health menyebutkan bahwa stres jangka panjang mampu memicu alzheimer.

Untuk mengurangi stres dianjurkan untuk melakukan meditasi, olahraga, mendengarkan musik, bahkan bersosialisasi dan menceritakan masalah kepada teman.

Bahkan mengonsumsi cokelat juga memiliki dampak yang baik bagi kesehatan bagi tubuh, seperti membantu daya ingat, mengurangi stres, serta meningkatkan kemampuan kognitif.

Cokelat disebutkan mengandung flavonoid, di mana senyawa tersebut dapat membantu mengurangi resiko terkena demensia dan alzheimer dini.

Selain itu, antioksidan dalam cokelat juga mampu menangkal kerusakan akibat radikal bebas, memperlambat penuaan otak, serta membentuk jaringan otak yang sehat.

Selain itu Anda juga harus tahu perbedaan antara demensia dengan Alzheimer.

Keduanya, baik alzheimer dan dementia merupakan gangguan otak yang gejalanya utamanya adalah kesulitan untuk mengingat berbagai hal.

Kita sering menyamakan keduanya dalam sebutan sederhana, pikun.

Pemicu seseorang untuk mengalami alzheimer dan dementia biasanya adalah pertambahan usia, namun yang perlu diingat, baik alzheimer maupun dementia bukanlah hal yang “wajar” untuk terjadi pada lansia karena ini merupakan gangguan kesehatan, alias penyakit.

Walaupun terdapat banyak kesamaan, keduanya memiliki perbedaan yang mendasar sehingga tidak dapat disamakan.

Dementia dapat diartikan sebagai sekumpulan gejala yang mengganggu fungsi kognitif otak untuk berkomunikasi serta melakukan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari.

Istilah dementia biasanya menggambarkan kesulitan untuk berpikir yang dialami seseorang, artinya terdapat lebih dari satu gangguan kognitif yang dapat menyebabkan seseorang mengalami dementia.

Sedangkan alzheimer adalah suatu penyakit dan merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami gejala dementia.

Alzheimer adalah penyebab dari enam puluh hingga tujuh puluh persen kasus dementia, alzheimer juga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk penyakit spesifik dari dementia.

Berbeda dengan beberapa penyakit atau gangguan fungsi tubuh akibat infeksi dan penggunaan obat yang menyebabkan dementia, penyakit Alzheimer disebabkan kerusakan atau kematian sel otak dan belum dapat disembuhkan hingga saat ini.

Alzheimer merupakan penyakit yang bersifat progresif dan berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya seseorang mulai terdiagnosis pada umur 60 tahun namun individu usia muda pun dapat mengalaminya.

Alzheimer dan dementia memiliki berbagai gejala yang sama.

Keduanya ditandai dengan gangguan kinerja otak untuk berpikir dan mengingat, merasa bingung terus menerus, kesulitan untuk berkomunikasi baik dengan lisan maupun tulisan, serta mengalami perubahan kepribadian.

Gejala awal dementia adalah kesulitan berpikir dan mengambil keputusan, sedangkan penderita Alzheimer biasanya ditandai dengan kesulitan mengingat berbagai hal dan akan mengalami gejala dementia seiring dengan berjalannya waktu.

Exit mobile version