Site icon nuga.co

Hebatnya Seorang Ibu Pekerja

Wanita, ibu dan pekerja adalah manusia hebat. Paling tidak itulah yang dihasilkan dari temuan penelitian panjang ilmuwan di Bar-Ilan University yang dirilis lewat jurnal ilmiahnya, dan dikutip oleh surat kabar terkenal terbitan London, Daily Mail,” edisi Jumat-nya, 21 Februari 2014.

Pemimpin peneltian, Shira menyimpulkan, tekanan berat yang dihadapi seorang wanita, ibu dan pekerja adalah perasaan bersalah terhadap anak dan suami yang mengganggu kinerjanyha, membuatnya sulit fokus pada pekerjaan, bahkan mengganggu waktu tidur.

Nah, dalam studi yang dipresentasikan di Sociological Association ini, diamati data dari lima ratus studi keluarga yang menyelidiki bagaimana keseimbangan antara urusan keluarga dan pekerjaan pada keluarga menengah.

Penelitian ini mengamatiibu dan ayah di Amerika yang keduanya mencari nafkah lalu diminta menyelesaikan survei dengan mengisi sebuah diari. Ditemukan ibu menghabiskan waktu dua puluh sembilan jam per minggu untuk memikirkan pekerjaan, sedangkan ayah hanya dua puluh empat jam di tiap minggunya.

Tapi, untuk memikirkan masalah keluarga saat bekerja, baik ayah atau ibu menghabiskan waktu sekitar tiga puluh persen.

Shira mengatakan, pada ibu, mereka memikul tanggung jawab utama untuk anak dan kehidupan keluarganya. Sehingga, ketika memikirkan masalah keluarga di kantor, mereka cenderung berpikir tentang aspek yang kurang menyenangkan hingga membutanya khawatir.

“Meskipun kami tahu bahwa ibu bisa menyesuaikan jadwal kerja merela untuk memenuhi kebutuhan keluarga misalnya ada di rumah saat anak sakit. Oleh karena itu ibu bisa merasa tidak mencurahkan waktu yang cukup ketika mereka harus melakukan pekerjaan demi mendapat penghasilan,” papar Shira.

Sehingga, muncullah tekanan ganda di mana wanita harus menjadi ibu sekaligus karyawan yang baik.
Sementara itu, Shira mengatakan meskipun ayah memegang jabatan tinggi dalam pekerjaannya, ia cenderung bisa melupakan sejenak urusan pekerjaan ketika ada di rumah. Sehingga bisa dibedakan mana urusan rumah dan kantor.

“Memang benar saat ini ayah lebih terlibat dalam pengasuhan anak dan urusan rumah tangga. Tapi tetap saja tanggung jawab utama untuk ranah domestik lebih banyak jatuh pada ibu,” pungkas Shira seperti di muat “Daily Mail,” Jumat.

Bagi wanita, memiliki karir dan keluarga, bisa jadi hal yang luar biasa dan membuat mereka tampak sempurna. Tapi di balik itu, sebenarnya mereka lebih memiliki rasa bersalah ganda. Mengapa?

Para peneliti menemukan bahwa wanita yang bekerja ketika ia sudah mempunyai anak, lebih merasakan dua kesalahan yakni menjadi ibu yang kurang baik karena bekerja dan tidak bisa mengurus anaknya dengan penuh waktu sekaligus merasa menjadi karyawan yang tidak baik karena mereka sudah berkeluarga.

Dibandingkan ayah, ibu bekerja lebih berpikiran negatif tentang keluarganya saat ada di kantor di mana jenis pemikiran itu berhubungan dengan tingat stres dan emosi yang tidak baik.

Exit mobile version