Site icon nuga.co

Gluten, Musuh Besar Para Pediet

Anda tahu apa itu gluten? Sering mengasupnya? Atau berusaha menghindarinya dengan alasan diet?

Ya, gluten adalah salah satu jenis protein dalam makanan olahan yang terbuat dari gandum dan biji-bijian dan sering di tuduh sebagai tidak sehat dan bisa menimbulkan alergi.

Gluten, menurut para ahli kesehatan, harus dihindari oleh mereka yang alergi gandum atau menderita penyakit celiac, gangguan autoimun yang merusak usus.

Gluten juga adalah salah satu jenis makanan yang biasanya dimusuhi oleh para pediet.

Lantas sering muncul pertanyaan, apakah makanan bebas gluten lebih sehat dari makanan biasa?
Belakangan ini sejumlah orang menghindari gluten.

Dengan menghindari gluten, mereka percaya bisa menurunkan berat badan, mengatasi ketidaksuburan, mengobati diabetes.

Benarkah demikian?

Gluten, yang ditemukan dalam tepung ini, mirip dengan lemak di dekade tiga puluh tahun lalu. Gluten sering disebut “anak nakal” yang bila dihindari bisa menyehatkan tubuh.

Informasi ini beredar dengan cepat dari satu orang yang tak begitu mengerti ilmu gizi ke orang-orang lain.

Sejatinya gluten memang kurang baik untuk orang-orang tertentu. Penderita celiac disease adalah salah satunya.

Penyakit ini menyebabkan reaksi kekebalan tubuh terhadap gluten merusak usus halus. Penyakit ini diderita oleh sekitar dua hingga tiga juta orang di AS.

Sementara gluten ataxia termasuk penyakit lebih serius yang menyerang otak menyebabkan masalah kontrol otot.

Selain penderita kedua penyakit itu, ada sekitar delapan belas juta orang di AS yang agak sensitif terhadap gluten.

Sensitivitas itu menyebabkan ketidaknyaman pencernaan namun tidak menyebabkan penyakit. Dari angka itu, bisa dilihat hanya satu persen orang yang memerlukan makanan bebas gluten

Tetapi yang terjadi di AS, makanan bebas gluten ternyata diminati dan menghasilkan bisnis menggiurkan.

Produsen makanan bebas gluten boleh meraup keuntungan. Namun bagaimana dengan nasib orang yang
mengonsumsinya?

Orang yang tak alergi gluten jelas bakal rugi. Banyak produk bebas gluten mengandung lebih sedikit serat dan protein sementara lebih banyak garam dan gula. Padahal produk bebas gluten ini seharusnya lebih sehat.

“Produk bebas gluten menggerogoti kesehatan masyarakat karena saat ini ada banyak varian produk bebas gluten pada semua junk foot. Meskipun donat diberi label bebas gluten, tetap saja itu donat,” kata perwakilan Center for Science in the Public Interest kepada Wall Street Journal.

Mereka yang pro antigluten mengatakan tubuh jadi lebih sehat, fit, energik. Efek placebo karena mengonsumsi sesuatu yang dikira menyehatkan memang nyata. Sebagian besar efek itu terjadi tak ada hubungannya dengan sesuatu yang dikira menyehatkan itu.

Di dunia ini sebenarnya hanya ada satu persen populasi saja yang memiliki penyakit celiac. Anehnya, orang-orang normal yang tidak mengidap penyakit ini pun makin banyak yang berusaha menghindari konsumsi gluten.

Menurut para ilmuwan, makanan yang tidak mengandung gluten justru biasanya lebih mahal daripada makanan biasa.
Selain itu, makanan bebas gluten justru biasanya mengandung lebih banyak gula dan lemak. Tujuan para produsen menambahkan gula dan lemak tentunya agak makanan tersebut rasanya lebih enak.

Jika dilihat kandungan gula dan garamnya, makanan yang mengandung gluten ataupun tidak mengandung gluten ternyata sama saja. Tidak ada bukti bahwa makanan bebas gluten lebih sehat dan bernutrisi ketimbang makanan biasa.

Para ahli menduga maraknya tren makanan bebas gluten ini disebabkan karena beberapa selebriti melakukan diet gluten agar tubuhnya kurus. Karena itulah orang-orang mulai mencoba menghilangkan gluten dari menu harian mereka demi mendapatkan tubuh ideal.

Sayangnya, sejumlah produk bebas gluten sendiri ditengarai muncul karena taktik pemasaran.

Terkadang bahkan ada makanan yang memang tidak mengandung gluten sejak semula namun ditempeli label ‘gluten free’ agar pembeli lebih tertarik pada produk ini ketimbang merek pesaing. Jadi, sebenarnya makanan bebas gluten tidak lebih sehat dari makanan biasa.

Gluten adalah salah satu jenis protein dalam makanan olahan yang terbuat dari gandum dan biji-bijian lainnya. Gluten harus dihindari oleh mereka yang alergi gandum atau menderita penyakit celiac, gangguan autoimun yang merusak usus.

Di Indonesia, diet bebas gluten biasanya disarankan bagi para penyandang autisme.

Namun, kini berkembang pola makan yang menghindari semua makanan yang mengandung gluten. Diet bebas gluten ini umumnya dilakukan setelah mereka mengalami gejala cepat lelah, kembung, atau perasaan tertekan.

Diet bebas gluten dilakukan berdasar diagnosis pribadi, bukan berdasar pertimbangan dokter. Ahli nutrisi Katherine Tallmadge menulis di Livescience, diet bebas gluten tidak perlu dilakukan semua orang.

Dari seluruh populasi, hanya sekitar 1 persen orang yang berisiko menderita penyakit celiac dan harus menghindari gluten. Bagi sebagian besar orang, konsumsi gluten justru sangat dianjurkan.

”Banyak orang setelah melakukan diet bebas gluten merasa lebih baik atau berat badannya turun. Padahal, perasaan itu muncul karena mereka mengurangi kalori yang masuk dengan mengurangi makanan olahan berbahan gandum. Tidak ada hubungan dengan gluten.”

Exit mobile version