Site icon nuga.co

Diabetes Bisa Gerogoti Otak Penderita

Diabetes memiliki dampak secara menyeluruh pada otak dengan terjadinya komplikasi. Memang, hingga saat ini, para peneliti belum yakin betul dampaknya ke otak, namun diyakini, masih ada faktor lain yang memengaruhinya.

“Gula darah yang tinggi juga bisa memengaruhi sel saraf dan pendukungnya,” kata Alan Jacobson, M.D., salah seorang profesor psikiater di Harvard Medical School.

Diabetes tipe 2 juga bisa menuntun pada kerusakan pembuluh darah sehingga menyebabkan stroke. Pasalnya, ada pengurangan oksigen dalam otak.

“Hal ini juga bisa menuntun kerusakan pada pembuluh darah baik besar ataupun kecil,” ujarnya,

Untuk mengurangi risiko komplikasi, pasien diabetes atau diabetesi harus mengendalikan kadar gula darah. Namun, beberapa diabetesi sering memiliki pemikiran yang salah dalam mengendalikan penyakitnya.

Beberapa diabetesi berpikir sekali diabetes terkontrol akan terus terkontrol. Awalnya, diabetesi minum obat resep dokter, tetapi setelah hasilnya bagus tidak kembali mengontrolnya ke dokter, hanya membeli obat di apotek.

Diabetes adalah penyakit progresif. Apapun obat yang kita konsumsi sedikit demi sedikit bisa memburuk, sehingga diabetesi perlu perubahan obat, tetap perlu kontrol..

Untuk itu tak terbantahkan lagi betapa pentingnya mengontrol kadar gula darah bagi pasien diabetes atau diabetesi. Bagaimana tidak, bila kadar gula darah tidak terkontrol, maka risiko diabetesi mengalami komplikasi menjadi lebih besar.

Salah satu komplikasi yang sering dialami diabetesi adalah gangguan pada pembuluh darah kecil atau tepi. Di antara komplikasi pada pembuluh darah tepi adalah gangguan kognitif, yakni diabetic retinapaty atau kebutaan karena kencing manis.

Jadi, sekarang kencing manis adalah penyebab tersering orang menjadi buta, di luar trauma. Juga ada kelainan-kelainan saraf tepi akibat gula darah tidak terkontrol. Misalnya, diabetesi sering mengalami kesemutan, gangguan jantung atau gangguan irama jantung. Diabetes juga sering terserang maag karena gangguan gerakan usus menyebabkan perut menjadi kembung atau gastro paresis.

Kemudian sering mengalami gangguan buang air kecil, terkadang susah. Hal ini karena otot yang mendorong urine keluar itu lemah. Jadi, sering ada yang namanya neurogenic bladder pada pasien diabetes.

Selain itu, diabetes tipe 2 juga dikaitkan dengan penyakit alzheimer. Dari penelitian di Swedia, peningkatan risiko alzheimer bisa terjadi pada mereka yang menderita diabetes di usia menengah. Namun, efek tersebut memang tidak sebesar para penderita yang berusia tua.

“Ini seperti semakin lama Anda menderita diabetes, maka semakin besar risiko terhadap alzheimer,” kata Margaret Gatz, Ph.D., profesor psikologi University of Southern California.

Diabetes tipe 2 juga berpengaruh pada kemampuan berpikir. Salah satu studi melihat bahwa kemampuan untuk berpikir penderita diabetes, baik yang usia menengah ataupun lebih tua, akan menjadi sulit. Hasil ini merujuk pada melambatnya fungsi neurocognitive.

“Ini adalah komponen besar dari kesehatan kognitif dan fungsi eksekutif,” kata Roger Dixon, Ph.D., profesor psikologi di University of Alberta.

Neurocognitive tersebut sebenarnya merujuk pada seberapa cepat Anda merespon situasi. Sementara, fungsi eksekutif merujuk pada perencanaan, kontrol, dan pengendalian aktivitas mental. Namun, imbuh Dr Dixon, semua kerusakan tersebut bisa dicegah apabila penderita tetap menjalani pengobatan dan mengubah gaya hidup.

Exit mobile version