Site icon nuga.co

Bolehkah Ngopi Bagi Penderita Hipertensi?

Kopi kini telah menjadi minuman yang digemari oleh siapa saja, khususnya oleh generasi muda. Rasanya yang nikmat disebut-sebut bisa menjadi penghilang stres dan teman ngobrol yang cocok saat berkumpul bersama.

Hanya saja, sebuah pertanyaan pun muncul. Sebenarnya, apakah kopi boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi?

Telah banyak penelitian yang menghasilkan fakta bahwa kandungan kafein di dalam kopi bisa meningkatkan tekanan darah.

Kafein mampu merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon adrenalin dengan lebih banyak dan akhirnya mempengaruhi diameter pembuluh darah yang kemudian berimbas pada kenaikan tekanan darah.

Penelitian lain bahkan membuktikan  bahwa konsumsi kopi bisa membuat kinerja obat penurun tekanan darah menjadi tidak efektif.

Padahal, penderita masalah tekanan darah tinggi harus menjaga tekanan darahnya tetap normal agar tidak sampai mengalami penyakit berbahaya layaknya stroke hingga serangan jantung.

Lantas, apakah penderita hipertensi tidak boleh minum kopi?

Pakar kesehatan menyebutkan bahwa ada baiknya mereka berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi tekanan darahnya.

Pemeriksaan kesehatan bisa memastikan apakah mereka bisa mengonsumsi kopi atau tidak. Jika memang diperbolehkan, ada baiknya penderita hipertensi membatasi konsumsi kafein tidak sampai dua ratus miligramper hari. Jumlah ini sama dengan satu cangkir kopi saja.

Jika bisa, pilihlah kopi yang rendah kafein. Biasanya, kopi decaf bisa menjadi pilihan yang tepat bagi penderita hipertensi yang ingin menikmati minuman yang biasanya dikonsumsi dalam kondisi hangat ini.

Lantas apa sebenarnya tekanan darah itu?

Tekanan darah adalah ukuran yang menggambarkan seberapa kuatnya jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

Angka tekanan darah merujuk pada tekanan yang dialami darah dalam pembuluh arteti ketika darah dipompa ke seluruh tubuh.

Tekanan darah normal dapat mengindikasikan kesehatan dan kebugaran tubuh. Lalu, beberapa sebenarnya tekanan darah normal? Adakah masalah yang akan terjadi ketika tekanan darah kurang atau bahkan melebihi angka normal? Simak jawabannya berikut ini!

Tekanan darah normal adalah tekanan darah yang umumnya dimiliki oleh tubuh yang sehat.

Angka tekanan ini memiliki indikasi yang berbeda. Tekanan sistolik adalah tekanan darah yang tercipta akibat adanya kontraksi otot jantung yang mendorong darah ke seluruh tubuh melalui arteri. Tekanan darah sistolik menunjukkan jumlah tekanan darah yang ada pada arteri.

Tekanan diastolik atau tekanan darah bawah adalah angka yang menggambarkan jumlah tekanan darah dalam arteri ketika jantung sedang beristirahat. Tekanan darah sistolik juga bisa disebut tekanan darah maksimum dalam arteri manusia, sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah minimum pada arteri manusia.

Jika angka tekanan sistolik kurang dari 90 atau lebih dari 120 dan tekanan diastolik kurang dari 60 atau lebih dari 80, maka bisa dikatakan Anda memiliki tekanan darah yang tidak normal. Waktu yang paling tepat untuk mendeteksi masalah dari tekanan darah adalah pada pagi hari.

Angka tekanan darah normal di atas adalah ukuran normal untuk tekanan darah orang dewasa. Tekanan darah pada bayi, anak-anak, dan lansia kemungkinan bisa berbeda. Cara mengetahui tekanan darah normal dan tidak normal pada anak adalah dengan cara membandingkan rata-rata tekanan darah pada anak seusianya.

Sedangkan pada lansia dengan usia di atas enam puluh tahun, rata-rata tekanan darahnya lebih tinggi. Tekanan darah normal pada usia tersebut adalah karena semakin bertambahnya usia, tubuh membutuhkan jantung untuk memompa darah dengan lebih keras.

Tekanan darah setiap orang berbeda-beda dan tidak selalu sama setiap saat. Tekanan darah bisa berubah dipengaruhi oleh aktivitas kita. Setiap gerakan yang kita lakukan, sekecil apapun juga bisa membuat tekanan darah kita berubah, meskipun perubahannya tidak signifikan.

Perbubahan tekanan darah juga bisa dipengaruhi oleh faktor seperti olahraga, pola makan, pola tidur, obat-obatan, faktor psikologis seperti stres, dan berbagai hal lainnya. Perubahan tekanan darah, jika masih pada batas normal seperti angka yang sudah disebutkan di atas, tentunya tidak akan menjadi masalah.

Berbeda kasusnya jika tekanan darah sudah jauh di bawah atau di atas normal dan menyebabkan masalah kesehatan tekenan darah seperti berikut ini.

Masalah tekanan darah bisa terjadi jika tekanan darah kita berada di atas atau di bawah batas tekanan darah normal. Terdapat dua jenis masalah tekanan darah yaitu tekanan darah tinggi atau hipertensi dan juga tekanan darah rendah atau hipotensi. Apa perbedaan dari kedua masalah tekanan darah berikut ini?

Tekanan darah atau bisa juga disebut dengan hipertensi adalah situasi di mana tekanan darah Anda melebihi

Pada kondisi hipertensi, jantung dipaksa untuk memompa darah ke seluruh tubuh dengan lebih keras. Kondisi ini tentunya bisa membahayakan tubuh.

Gejala dari hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi antara lain adalah sakit kepala, gangguan penglihatan, lemas, sesak nafas, nyeri dada, gangguan irama jantung, hingga adanya darah dalam urin.

Komplikasi pada penyakit tekanan darah tinggi bisa memicu berbagai penyakit lainnya seperti gagal jantung, arteri perifer, stroke, gagal ginjal, pecah pembuluh darah, hingga gangguan aliran darah ke otak.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer kemungkinan disebabkan oleh faktor usia, faktor genetik, kekurangan kalium serta terlalu banyak konsumsi garam, rokok dan alkohol, obesitas, dan juga kurang olahraga.

Sedangkan hipertensi sekunder biasanya disebabkan oleh kecanduan alkohol, tumor kelenjar adrenal, penyakit ginjal, gangguan kelenjar tiroid, penggunaan obat-obatan tertentu, sleep apnea, dan kehamilan. Penanganan hipertensi bisa dengan obat-obatan dan juga perubahan pola hidup sehat.

Hipotensi atau tekanan darah rendah adalah situasi kebalikan dari hipertensi yaiotu ketika tekanan darah berada di bawah tekanan darah normal. Kondisi ini bisa menyababkan terhambatnya aliran darah ke otak dan organ tubuh lainnya.

Gejala dari hipotensi antara lain adalah lemas, mual, pusing, hilang keseimbangan, detak jantung kencang atau tidak teratur, pandangan kabur, nafas pendek, dehidrasi, pucat, hingga pingsan. Gejala-gejala tidak selalu muncul, bergantung pada seberapa rendahnya tekanan darah dan kondisi penderita.

Penyebab hipotensi juga beragam mulai dari kehamilan, anemia, efek konsumsi obat tertentu, hormon tidak seimbang, dehidrasi, gangguan saraf, pendarahan hebat, gangguan jantung, sepsis, hhipotensi ortostatik, dan terlalu lama berdiri.

Penderita hipotensi biasanya dihimbau untuk tidak berdiri terlalu lama, konsumsi makanan dalam porsi kecil-kecil, memperbanyak konsumsi air putih, dan menghindari obat dengan efek samping menurunkan tekanan darah. Hipotensi juga bisa memicu berbagai komplikasi seperti gagal ginjal, serangan jantung, usus iskemia dan syok akibat kehilangan banyak cairan atau darah.

Baik hipertensi maupun hipotensi keduanya bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat karena keduanya dapat menyebabkan kompilasi pada tubuh hingga mengancam nyawa.

Exit mobile version