Site icon nuga.co

Bahaya Keranjingan Mengetik di Ponsel

Anda keranjingan mengetik ratusan, ribuan dan seterusnya pesan untuk memenuhi hasyrat saling tukar informasi di ponsel atau laptop?

Mengetik dengan jari-jari?

Kalau jawabannya iya, maka Anda berada dalam posisi bahaya.

Apa bahayanya!

Penelitian membuktikan bahwa otot tangan orang modern kini semakin lemah.

Para peneliti menganalisa data orang Amerika berusia dua puluh hingga tiga puluh empattahun dan membandingkan hasilnya dengan data dari partisipan di tiga puluh satu tahun lalu.

Untuk mengukur kekuatan genggaman tangan, partisipan diminta meremas alat sekuat yang mereka mampu.

Tiga dekade lalu, pria berusia dua p[uluh hingga dua puluh empat  tahun memiliki genggaman tangan kanan sekitar lima puluh empat koma delapan8 kilogram.

Di tahun ini, hasil penelitian mengungkap penurunan dramatis, karena kekuatan genggaman tangan hanya sekitar empat puluh lima koma delapan kilogram.

Pada partisipan perempuan, genggaman tangan juga berkurang kekuatannya, tetapi tidak berubah drastis seperti sebelumnya. Kira-kira perbedaannya hanya sekitar 4,5 kg.

Para ahli yakin penurunan kekuatan itu karena peningkatan waktu orang modern menggunakan gadget, terutama ponsel.

“Pola kerja telah berubah secara dramatis sejak tiga puluh satu tahun silam Kita tak lagi bekerja di bidang agrikultur atau pertukangan. Yang kita lakukan saat ini sangat terkait dengan teknologi,” kata ketua peneliti Winston-Salem.

Ini bukanlah studi pertama yang mengungkapkan efek terlalu banyak menggunakan gadget.

Penelitian lain pada anak-anak menunjukkan, anak usia pra sekolah yang terlalu sering menggunakan gadget juga lebih lemah menggenggam pensil.

Anda tahu kenapa penelitian mengarah  kekuatan genggaman tangan?

Cara itu bisa  menjadi cara mudah dan murah untuk mengidentifikasi apakah kita beresiko terkena serangan jantung, stroke, atau kematian prematur.

Setiap penurunan kekuatan genggaman tangan sebanyak 5 kilogram dikaitkan dengan penurunan 16 persen risiko kematian karena berbagai sebab. Penurunan tersebut juga terkait dengan peningkatkan risiko kematian akibat penyakit nonjantung.

Meski penelitian ini menemukan kaitan, tapi bukan sebab akibat. Walau begitu, para ahli mengatakan bahwa kekuatan genggaman tangan bisa menjadi cara untuk memprediksi kematian prematur. Bahkan dianggap lebih efektif ketimbang bacaan tekanan darah.

Hubungan antara kekuatan genggaman tangan dan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian prematur ini juga tetap kuat meski para peneliti memasukkan faktor lain, seperti usia, kebiaaan merokok, minum alkohol, dan olahraga.

“Kekuatan genggaman tangan mencerminkan kekokohan. Ini bisa menjadi indikator kesehatan secara umum,” kata Mark Peterson, profesor kedokteran olahraga.

Tes genggaman tangan juga mudah dilakukan dan murah.

Instrumen itu dinamakan handgrip dynamometer .

Para peneliti telah mempelajari kaitan antara kekuatan, kesehatan, dan usia seseorang.

Kekuatan genggaman tangan pada awalnya dipakai untuk mengukur keringkihan orang lanjut usia di panti jompo yang bertujuan melihat lansia yang kurang gizi.

Yang paling kuat diasumsikan yang gizinya paling baik.

Tes tersebut juga berguna untuk memprediksi pasien yang akan menjalani operasi, mana yang kira-kira proses pemulihannya paling lama dan beresiko komplikasi.

Terkadang, dokter mengaitkan genggaman yang lemah dengan peningkatan risiko kematian.

Hasil penelitian terbaru yang dilakukan Peterson belum lama ini menunjukkan, anak kelas enam yang memiliki kekuatan genggaman tangan paling kuat cenderung lebih rendah risikonya terkena penyakit sindrom metabolik.

Studi lainnya yang dilakukan Peterson dilakukan dengan mengumpulkan data tes kekuatan genggaman pada lebih dari ribuan orang Amerika.

Lalu mereka menyusun peningkatan dan penurunan kekuatan berdasar kelompok usia.

Kekuatan genggaman tangan juga menjadi indikator yang cukup akurat untuk panjang pendeknya usia seseorang. Orang yang kuat cenderung sehat, dan orang yang sehat biasanya kuat.

Exit mobile version