Site icon nuga.co

Awas, Mi Instan Bisa Sebagai Pembunuh

MI instan? Awas! Ia bisa sebagai pembunuh.

Wah, apa betul?

Ahmedabad, dari Consumer Education & Research Society, telah melakukan penelitian lima belas merek mis instan dan punya kesmpulan, kandungan nutrisi yang terdapat  dalam makanan siap saji itu sangat rendah. Sedangkan kandungan sodium, lemak dan karbohidratnya  tinggi. Dari kandungannya ini sudah  bisa dipastikan ia dapat mengganggu kesehatan seperti jantung dan darah tinggi. Bukankah  penyakit jantung dan darah tinggi kini menjadi pembunuh tertinggi?

Tapi, ada tapinya. Mi instan kini telah menjadi makanan trendy disemua lapisan masayarakat, terutama di Indonesia  Tidak terkecuali di daerah  ini. Menu dan cara mengolahnya serba praktis. Satu lagi, lezatnya itu yang menggoda  dengan  berbagai rasa, seperti  rasa soto medan,  kari ayam dan sebagai.

Ia juga praktis. Kepraktisannya tidak hanya dalam  cara mengolahnya, juga untuk menanggulangi kebutuhan mengganjal perut sesaat. Karena sisi praktisnya ini mi keberadaan mi instan menjadi dilema dalam menu makanan di masyarakat.  Persoalan sehat atau tidak sehat ini saling bertabrakan antara kebutuhan selera disatu pihak  dengan resiko penyakit  yang bisa ditimbulkannya.

Menurut rilis CER  yang dilansir “Moneylife,” pekan ini,  pernyataan sehat dalam kemasan mi instan yang dikatakan produsennya  mengandung zat besi dan protein,  ternyata, setelah diteliti tidak pernah ditemukan.

Pernyataan serupa juga dikuatkan pendapat seorang motivator kesehatan Dr Phaidon. Dengan lebih lugas dokter yang sering mengisi berbagai acara kesehatan ini  mengatakan, mi instan hampir sama sekali tidak  mempunyai kandungan gizi yang baik bagi tubuh. Malah, katanya, mi instan punya kecenderungan merampas mineral yang ada dalam tubuh.

Untuk menghindari perampasan mineral itu dianjurkan untuk tidak mengomsumsi mi instan secara berlebihan. “Batasi konsumsinya. Jangan terus menerus serba mi instan. Rasional saja terhadap iklan-iklan yang mengecoh.” Dengan mengomsumsi mi instan terus menerus akan muncul kerentanan tubuh terhadap penyakit.

Seorang ahli lain mengatakan sambil berseloroh, “mi instan itu mengenyangkan karena kandungan karbohidratnya.” Untuk itu, seorang alhi gastrologi dari Rumah Sakit  Cipto Mangunkusumo, Jakarta, mengambil jalan tengah bagi penyandu mi instan. “Jangan lebih dari 500 kalori sehari,” katanya.

Perhitungan  kalori ini sangat penting untuk tidak terjebak pada pola konsumsi yang salah dan fatal. Disamping itu faktor bumbu yang berbahan sintesis yang digunakan untuk  pengawet amat berbahaya bagi organ tubuh karena kerjanya yang merusak. Juga bahan penyedap seperti MSG atau vetsin yang terdapat dalam mi instan bisa merusak saraf. Sudah lama mereka yang punya penyakit tertentu di larang mengomsumsi makanan berpenyedap yang salah satunya adalah mi instan.

Harus diingat, pengaruh vetsin bisa membuat orang ingin makan lagi dan ingin makan lagi yang menyebabkan terjadinya overdosis.

Selain akan merampas protein dan nutrisi tubuh  mi instan juga bisa merusak lever dan lambung. Orang yang punya catatan medis berpenyakit “maag” sangat tidak diperkenan mengomsumsi mia instan yang disepakati oleh para ahli bisa memici obesitas dan hipertensi.

Guna menjaga kesehatan tubuh, para ahli menganjurkan untuk mengganti menu mi instan dengan makanan yang tidak berpengawet seperti jagung rebus, ubi atau pun kentang.

Exit mobile version