Site icon nuga.co

Sinabung Berada di Level Bahaya Tertinggi

Laporan wartawan “nuga” di Medan, Arminsyah
================

Gunung Sinabung kini berada di level bahaya tertinggi usai otoritas vulkanologi menempatkankannya pada status “awas” dengan jarak aman sejauh tujuh kilometer dari puncaknya.

Wartawan “nuga” di Medan Arminsyah menerima informasi terbaru bahwa “Sinabung kini benar-benar berada di level bahaya tertinggi dan mengharamkan aktifitas sejauh tujuh kilometer dari puncaknya yang terus menyemburkan awan panas.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono atau Mbah Rono, seperti yang dikutip Arminsyah, telah mengeluarkan himbauan agar masyarakat yang bermukim di sekitar Sinabung tidak melakukan aktivtas di wilayah yang berada dalam radius tujuh kilometer dari puncak gunung.

Status pada Gunung Sinabung sudah dinaikan menjadi awas.

Berdasarkan data pemantauan hari ini, Minggu, 21 Juni 2015, seperti ditulis Arminsyah dalam “email” terbarunya, Sinabung menunjukkan peningkatan jumlah gempa yg sgnifikan.

Tubuh gunung masih mengalami penggembungan sejak 20 Juni 2015.

Sebelumnya, pada Jum’at, 19 Juni 2015 otoritas vulkanologi memberikan laporan adanya peningkatan status awas yang memaksa hampir sepuluh ribu jiwa yang bermukim di lingkar gunung diungsikan.

Pemerintah mendirikan kamp penampungan di sepuluh titik terpisah.

Sejak Status Awas ditetapkan, pada 2 Juni 2015 hingga kini, Sinabung setiap harinya terus-menerus mengalami erupsi dan meluncurkan awan panas. Sejumlah daerah di timur dan tenggara gunung menjadi tempat pendaratan material debu yang dimuntahkan kawah Sinabung.

Bahkan, debu mengandung zat besi dan silika itu telah sampai ke Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.
Hal itu sempat menimbulkan prasangka di tengah masyarakat yang berdomisili di luar Kabupaten Karo, bahwa kondisi Gunung Sinabung telah cukup parah.

Abu vulkanis yang terus turun akibat erupsi Gunung Sinabung merusak lahan pertanian yang ada di sekitar Gunung Sinabung. Meski dalam kondisi tersebut, warga tetap mencoba keberuntungan dengan menanam sayuran.

Sehari sebelumnya, Sabtu, 20 Juni 2015, Arminsyah yang berkunjung ke kawasan Sinabung menemukan dilemma yang cukup berat dari warga.

Sumber kehiidupan mereka hancur. Warga yang hampir seluruhnya petani tetap menanam sayur karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukannya. Apalagi, bertani sudah dilakukan warga di Kabupaten Karo sejak dulu, sehingga sudah menjadi kebiasan bagi warga sekitar untuk terus bertani.

Seorang warga di Desa Selandi Baru yang ditemui Arminsyah bernama atlas Sembiringi mengatakan, tanaman sayur rusak setiap kali abu vulkanis turun di ladang pertanian.

“Gara-gara abu vulkanis, tanaman kami tidak bagus lagi. Yang lebih sedih kalau sudah mau masuk masa panen, namun abu vulkanis turun dan merusak tanaman kami,” ujar Atlas

Ia mengungkapkan, terkadang harga sayur tinggi, sehingga warga tetap mencoba keberuntungan untuk menaman sayur walau sering kali tanaman rusak dan hasil panen kurang bagus.

Beberapa sayuran yang ditanam warga yakni, cabai, selada, tomat, jagung dan ubi. Beberapa warga di desa lain juga ada yang menanam padi, namun hampir semua sawah yang ada di sekitar gunung Sinabung rusak.

“Sudah jadi kebiasan warga untuk bertani. Capek kalau kami harus berdiam diri di rumah atau posko penggungsian. Ya, kami coba keberuntungan lah,” tutur Atlas dengan nada memelas.

Walaupun terus menyemburkan awan panas setiap hari, warga tak pernah ciut untuk tetap ke lading yang berada dalam radius bahaya.

Warga tiga desa berjarak sekira empat kilometer dari puncak gunung, Desa Selandi Baru, Tiganderket, dan Desa Perbaji, terlihat sibuk di ladang masing-masing yang berada tidak jauh dari permukiman. Mereka mengaku sebenarnya ada rasa cemas bekerja di zona merah erupsi Gunung Sinabung.

Namun ketakutan itu mereka kesampingkan, karena ada petugas yang menjemput bila Sinabung akan erupsi. Selain itu, hanya bertani satu-satunya sumber mata pencarian warga di sana.

“Pasti ada rasa takut lah. Namun kata kepala desa, kami akan dijemput kalau mau erupsi dan awan panas ke arah sini. Kami tetap di sini ya karena ngurusi ladang, kalau tidak begini ya tidak bisa makan,” ujar warga Selandi Baru.

Menurutnya, kemarin, Sinabung kembali erupsi. Awan panas dan lava pijar muntahan gunung berapi itu mengarah ke tenggara dan selatan gunung. “Material erupsinya mengarah ke selatan. Ya semoga saja Sinabung tidak meletus lagi,” ujarnya

Exit mobile version