Site icon nuga.co

Gusta Penjara

Tanjung Gusta Rusuh. Penjara berpenghuni paling padat di Medan, Sumatera Utara, dan dikenal sarat dengam masalah itu, Kamis malam, porak poranda diterjang aksi narapidana yang protes atas padamnya aliran listrik dan air yang menyebabkan mengamuknya penghuni.

Akibat kerusuhan itu lima orang meninggal, dan banyak yang menderita luka serta hampir dua ratus orang melarikan diri. Korban yang meninggal sudah dievakuasi ke rumah sakit di Medan, Jumat pagi, 12 Uli 2013.

Satu korban yang teridentifikasi sebagai petugas lapas dievakuasi ke Rumah Sakit Bina Kasih. Petugas lapas tersebut diketahui bernama Jotman Situngkir. Sedangkan empat jenazah lainnya dievakuasi ke RSU Pirngadi.

Evakuasi lima korban ini bisa dilaksanakan setelah negosiasi antara polisi dan narapidana lapas terjadi. Jasad Jotman dikenali oleh tim medis dari kartu tanda penduduk di saku korban. Almarhum merupakan petugas register lapas. Korban diduga tewas akibat terjebak dalam kerusuhan yang terjadi Kamis malam. Sementara identitas empat jasad lainnya belum bisa dipastikan.

Kasus kerusuhan penjara di Tanjung Gusta bukan yang pertama kalinya terjadi. Hampir setiap tahun, penjara terbesar di Sumatera itu, diamuk kerusuhan karena jumlah napi yang di”tumpuk” sudah lebih dari empat kali lipat daya tampungnya, sehingga fasilitas yang tersedia tidak seimbang dengan jumlah penghuni.

Kini Tanjung Gusta, menutut catatan terakhir, dihuni oleh 2.599 nara pidana dan tahanan. Padahal daya tampung penjara kelas satu A itu hanya 400 narapidana . Mereka yang berjubel di Tanjung Gusta, mulai dari teroris, narkoba hingga penjahat kelas sadis.

Bertumpuknya penghuni ini menyebabkan terjadinya perebutan lahan kekuasaan untuk mendapatkan fasilitas, mulai ruang tempat tidur, air, listrik hingga kamar kecil. Dan tak terkecuali pula, di dalam penjara terjadi segala macam transaksi. Mulai narkoba hingga warung pojok.

Kontributor “nuga.co” di Medan, Arminsyah, melaporkan penghuni penjara Tanjung Gusta sejak lama ditumpuk macam ikan “sarden.” Mereka disuruh bersaing memperebutkan setiap fasilitas sehingga memunculkan “raja-raja” kecil untuk mengatur segala macam tetek bengek.

Kasus kerusuhan terbaru ini, tulis Arminsyah dalam laporannya, hanya dipicu oleh ketiadaan aliran listrik dan air untuk kemudian disulut oleh kebakaran, Kamis malam 11 Juli 2013.

Menurut Kepala Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara, Safawi, kerusuhan terjadi saat beberapa narapidana sedang bersiap-siap berbuka puasa. Saat semua orang sibuk mempersiapkan menu buka puasa, “Ada narapidana yang membakar kertas dan peralatan yang mudah terbakar,” kata dia. Belum diketahui motif pembakaran tersebut.

Kasus aliran listrik dan persediaan air di lapas Tanjung Gusta habis sejak Kamis pagi pukul 05.00. Para penghuni penjara resah, dan sore harinya mulai berontak. Sebagian dari mereka lalu membakar ruang kantor sipir.

Kebakaran ini memberi kesempatan kepada narapidana untuk melarikan diri. Sekitar 200 dari 2.599 warga binaan lapas melarikan diri.. dan 15 orang di antaranya diduga tahanan kasus terorisme..

Kepala Polda Sumatera Utara Inspektur Jenderal Syarief Gunawan mengatakan polisi dan tentara terus mengejar narapidana yang kabur. Beberapa polres di Sumatera Utara, kata Syarief, sudah menyekat pergerakan narapidana yang diperkirakan kabur. “Semua kapolres sudah saya perintahkan bergerak menyekat pelarian para narapidana, termasuk narapidana teroris yang masih dikejar,” kata Syarief.

Pada Jumat pagi 12 Juli 2013, sebanyak 700 polisi dan tentara masih berjaga di Tanjung Gusta. Api dipadamkan oleh 15 mobil pemadam kebakaran, yang juga masih berjaga untuk mengantisipasi munculnya api.

Exit mobile version