Site icon nuga.co

Laporan “nuga.co,” Kabut Persulit Pencarian Korban Sinabung

Upaya pencarian korban, yang diduga masih terdapat di seputar Sinabung, Senin, 03 Februari 2014, dan dilakukan oleh aparat dan petugas lapangan, mengalami hambatan karena kabut tebal yang menyelimuti Sinabung.

Petugas di ingatkan oleh petugas pos pengamatan Gunung Sinabung untuk menunda dulu upaya pencarian karena kondisi gunung masih meledak-ledak. “Sulit di lihat kondisi Sinabung dari kejauhan, “ tulis Arminsyah wartawan “nuga.co” dari Kabanjahe yang ikut ekspedisi tim SAR.

Ditulis Arminsyah dalam pesan “email”nya, proses pencarian korban erupsi Gunung Sinabung kembali akan melanjutkan pencarian siang ini. Tim melanjutkan pencarian setelah pagi tadi kabut tebal menyelimuti Sinabung.

“Kita tadi sudah dapat lampu hijau dari vulkanologi, jadi pencarian dilanjutkan,” kata ketua Tim Evakuasi Rochmali di simpang Guru Kinayan, seperti dikutip Arminsyah.

Pencarian rencananya akan dilakukan ke Desa Suka Meriah yang beberapa hari lalu sempat disapu awan panas. Tim evakuasi terdiri dari beberapa tim.

“Rencananya satu tim tidak boleh lebih dari satu jam berada di lokasi, jadi nanti sistemnya gantian,” ujarnya.

Tim tersebut terdiri dari tujuh anggota yang berasal dari unsur TNI Polri dan Basarnas. “Ditambah satu warga setempat yang mengerti lokasi Wartawan tidak diperkanankan ikut,” ujarnya.

Kondisi cuaca di Gunung Sinabung sendiri dalam keadaan cerah. Ruas jalan yang digenangi abu mulai disiram tim evakuasi untuk melancarkan laju kendaraan.

Paginya, sekitar 200 personal Tim Gabungan Relawan yang terdiri dari TNI, Polri, Tagana, PMI, Satpol PP dan relawan lainnya memang merencanakan memulai kembali melakukan pencairan dan evakuasi dari kemungkinan adanya korban erupsi Sinabung..

“Kami diberikan waktu dan bertahap. Setiap lima menit akan bergerak..kalau ada info di daerah itu kemungkinan bahaya dan ada awan panas harus segera keluar, jadi lima menit sekali,” tulis Arminsyah untuk “nuga.co.”.

Ini dilakukan agar jangan sampai tim juga menjadi korban. Sebab mengerahkan 200 orang ini cukup besar, dan harus koordinasi.

Di Kabanjahe, Pramono Edhie Wibowo, mantan KSAD, turut‎ berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya belasan korban awan panas Gunung Sinabung. Bahkan, dia menyatakan dua jurnalis yaitu Thomas Lakae dan Rizal Syahputra, yang tewas akibat terkena awan panas Gunung Sinabung, pantas disebut sebagai pahlawan kemanusiaan.

“Apa yang dilakukan Thomas dan Rizal Syahputra bagi saya adalah seperti layaknya seorang pahlawan kemanusiaan. Termasuk para relawan yang meninggal dalam menunaikan tugas saya sampaikan duka cita yang sama,” kata Edhie dalam keterangannya, Minggu (2/2/2014).

Thomas Lakae dan Rizal Syahputra, lanjutnya, meninggal dikala menunaikan tugas mulia sebagai wartawan demi mendapatkan dan menyebarkan informasi perkembangan situasi wilayah bencana gunung Sinabung kepada masyarakat umum.

Edhie menghimbau khususnya pemerintah daerah untuk segera merelokasi warga desa tersebut.

“Untuk menghindari korban jiwa akibat bencana gunung Sinabung sebaiknya warga desa suka meriah dan sekitarnya untuk segera mengungsi. Saya berharap pemerintah daerah dapat mengerahkan tenaganya untuk dapat mencarikan tempat, sandang dan pangan bagi warga yang direlokasi tersebut,” ucapnya.

Edhie menyatakan bahwa dirinya berniat membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan Thomas.

“Saya beserta para relawan Barisan Pemuda Nusantara yang biasa membantu saya di beberapa wilayah Indonesia akan menggalang dana kemanusiaan untuk diaumbangkan kepada keluarga mendiang Thomas. Saya berharap segera terkumpul sejumlah uang yang cukup untuk disumbangkan,” jelas Edhie.

Exit mobile version