Site icon nuga.co

“Uje,” Ustazd Trendy Itu Pergi Dengan Takbir, Tahlil Dan Tangis

Tangis, air mata dan kesedihan,  bercampur dengan kumandang doa dalam bacaan Takbir, Tahlil, Tahmid terus mengiringi kepergian “Uje” Jeffry Al Buchory. Sejak “diambil” oleh Illahi di Rumah Sakit Fatmawati,usai kecelakaan di Jalan Pondok Indah Jumat dinihari,  Uje yang sudah menjadi jenazah itu tak pernah putus-putusnya dialiri doa. Dengarlah kalimat sakral pemujaan terhadap Illahi dan Shalawat Nabi  yang secara terus menerus mengisi jam-jam ia di antarkan menemukan Tuhan-nya.

Bukan main sambutan untuk “kepergian” Jeffry. Ia pergi dalam usia yang relatif masih muda, 40 tahun. Ia mendapat “kehormatan.” Di shalat jenazah-kan di hari Jumat, di Masjid Istiqlal. Sebuah kehormatan yang tidak semua orang bisa menikmatinya di disebuah hari “suci” Jumat.

Uje memang seorang “dai” gaul. Dai yang menjadi panutan remaja ketika ia datang dengan contoh dirinya. Contoh dari kehidupan “roller coaster” khas remaja yang gonjang ganjing “gaulnya.” Dari seorang yang datang dari lingkungan yang sangat relegius dan mengajarkan dengan ketat “akhlakul kharimah” dengan padanan agamis yang kemudian terpruk dengan lingkungan “dugem.”

Uje memang anak  “ngaji” ketika melewati usia baliq. Ia juga seorang  remaja sangat “gaul” ketika menjadi dewasa dengan sentuhan “narkoba” dan dugem khas artis, dunia yang digelutinya secara narsistis.

Dan siapa sangka ia bisa keluar dari jebakan “mematikan”  kehidupan “glamour” itu dan kemudian memadukan dua dunia itu dalam “dakwah”nya yang sangat “simpelistik,” yang sangat dipahami oleh remaja.

Dengarlah ketika seorang ayah yang tidak tertarik dengan dakwah versi Uje yang kemudian diprotes anaknya dengan tajam. Sang anak tidak hanya datang kesetiap Uje berdakwah tapi menjadikan lagu-lagu rohani Uje sebagai hapalannya. Sang anak juga meniru gaya “peace” khas Uje dalam menjalankan dakwahnya.

Itu sekelumit tentang Uje, yang ketika jenazahnya diberangkatkan dari rumah duka ke Istiqlal dan kemudian di antar ke Pemakaman Karet Tengsin, tempat ayah, kakak dan keluarga besarnya di semayamkan, Jakarta seperti disesaki oleh iringan kendaraan. Padahal ia bukan siapa-siapa dalam kapasitas jabatan.

Saksikan di rumah duka, di Istiqlal dan di Karet Tengsin. Orang datang dari Tangerang, Bogor, Bandung bahkan ada yang pagi harinya datang dalam flight pertama dari Medan, Palembang, Surabaya dan Makasar. Di Karet Tengsing juga jamaah tempat ia dimakamkan luberan manusia  tak bisa masuk dan tenda besar yang dipasang untuk menampung jamaah rubuh.

Di rumah duka pula, karangan bunga bertumpuk mulai dari Jokowi hingga Syahrini. Bahkan media juga berjibun ingin mengambil momen penting ini.Duka atas meninggalnya Uje pun datang dari berbagai kalangan, termasuk sejumlah tokoh Tanah Air. Berderet karangan bunga memenuhi rumah duka, di kawasan Rempoa, Tangerang Selatan.

Meski jenazah Uje sudah dibawa ke Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, untuk dishalatkan dan dimakamkan di TPU Karet Tengsin, karangan bunga tanda duka terus berdatangan. Di antara karangan bunga itu, tampak kiriman dari Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, penyanyi Syahrini, KSAD TNI Jenderal Pramono Edhie, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid, Wali Kota Tangerang Selatan HJ Airin Rachmi Diany, Keluarga Besar Grup 3 Kopassus, Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno, dan PT Mabula Harley Davidson.

Sahabat almarhum, Muchtar Fatawi, mengatakan, Ustaz Jeffry yang dikenal dekat dengan kaum muda adalah orang besar.

“Saya kira tanggapannya sangat luar biasa. Saya bisa merasakan itu saat ini. Beliau adalah orang besar dan meninggalkan banyak kebaikan bagi kita yang ditinggalkannya,” ujar Muchtar.

Uje meninggal di usia 40 tahun. Lelaki kelahiran Jakarta, 12 April 1973 tersebut meninggalkan seorang istri, Pipik Dian Irawati, dan empat anak, Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar, Bilal Al-Ghifari, dan Ayla Azuhro.

Ia berasal dari keluarga dengan pendidikan agama kuat dan sempat mengenyam pendidikan agama di pesantren dan madrasah aliyah. Uje juga pernah menjalani kehidupan dugem ala anak muda. Namun, jalan hidup mengembalikannya ke dunia dakwah. Pengalaman pribadinya mendorong ustaz itu mengemas dakwah dalam bahasa anak muda, bahkan kerap dianggap sebagai “ustaz gaul”.

Duka juga datang dari penyanyi religi Opick yang mengaku akhir-akhir ini melihat gelagat aneh dari temannya itu. “Dia bilang akhir-akhir ini agak aneh, dia merasa dirinya sangat banyak dosa, kekurangan. Saya menangkap ada ruang tobat yang besar dipenghujung hidupnya. Ingin kembali kapada Allah dengan murni,” ungkapnya.

Uje sebelumnya memang mengaku ingin berhenti berceremah. Ternyata hal itu juga sempat diutarakannya kepada Opick.  “Ada kegelisahan dia, saya menangkap ini hal luar biasa. Kita semua berdua,” ujarnya.

Sosok Ustadz Jefri Al Buchori memang punya ciri khas. Saat berceramah, dia selalu melantunkan ayat-ayat suci Alquran dengan suara merdu, hingga mampu membuai perasaan para jamaahnya.

Dengan kemampuan qori yang dimiliki, cengkok Uje bisa terdengar indah saat menyanyikan lagu bernada pop religi. Dia akhirnya memutuskan menggabungkan syiar agama dengan lagu. Suami Pipik ini pertama kali menggelontorkan album religi pada 2007, berisi 10 track, dan bonus track tujuh lagu.

Uje yang meninggalkan empat anak saat meninggal sempat juga merilis album mini berjudul Shalawat Cinta. Album yang digarap kurang lebih tiga bulan itu dirilis pada 15 Agustus 2011.

Ada salah satu karya almarhum, yakni sebuah lagu yang didedikasikan untuk istrinya yang salehah, Pipit, berjudul “Bidadari Surga”. Jelas, almarhum adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu berbakat.

Karya mendiang lainnya, lagu “Sepohon Kayu” yang liriknya mengingatkan kembali umat Islam agar rajin beribadah demi mendapat limpahan berkah dari Allah SWT.

Uje juga sempat berduet dengan penyanyi religi Opick di lagu “Ya Robbana”, suara tingginya melantun pujian-pujian terhadap Allah dalam bahasa Arab menambah aura lagu religi terasa semakin kuat. Lagu ini masuk dalam album Opick berjudul Istighfar, yang rilis pada 1 Oktober 2005.

Karena sosok ustadz muda ini memiliki kharisma kuat, almarhum yang lahir di Jakarta, 12 April 1973 ini juga pernah didaulat band papan atas Ungu berkolaborasi di lagu “Surga Hati”, yang masuk dalam album religi Ungu berjudul Para Pencari-Mu, dirilis pada 2007.

Karena sosok uniknya, dia pernah me-remake lagu “Jablay” berirama dangdut yang pernah tenar di Tanah Air menjadi lagu dakwah berjudul “Ya Rasulullah”. Liriknya digubah menjadi pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.

Video klip Uje yang sudah diunggah ke YouTube banyak memberikan belasungkawa atas meninggalnya ustadz gaul ini. Uje juga banyak menerima pujian dari netizens, karena telah menciptakan lagu yang menyentuh rasa.

Kini, Uje telah pergi selama-lamanya dari dunia fana ini. Namun, dia tampak masih hidup karena meninggalkan karya lagu sebagai cahaya yang akan selalu menerangi hati umatnya.

Sebagai seorang pendakwah tak berarti penampilan ustadz Jefri Al Buchori jadi monoton. Ahmad Dhani bahkan memuji Uje sebagai sosok yang enak dilihat.

Sebagai seorang mubaligh yang menyiarkan agama Islam, pendekatan ustadz Jefri Al Buchori memang berbeda. Gaya berbicara yang kekinian, ditambah penampilannya yang cukup trendi membuat Uje, begitu dia biasa disapa, terasa dekat dengan masyarakat. Pengamat mode dan gaya hidup Sonny Muchlison menilai penampilan Uje jauh dari kesan kuno dan konvensional.

“Pakaian apa pun, dia tidak tipikal, tidak harus stempel seperti ustadz yang menggunakan sarung, koko dan peci,” jelas Sonny Muchlison. Pujian juga dilontarkan rekan Ahmad Dhani, musisi yang kenal baik dengan pribadi Uje.

“Uje itu sangat potensial dan ustadz besar juga di Indonesia. Paling enak dilihat wajahnya dan orangnya baik sekali, terbukti banyak yang menangis dan kehilangan,” kata Presiden Republik Cinta Manajemen ini.

Exit mobile version