Site icon nuga.co

Singapura Lumpuh Dicekik Kabut Asap

Singapura mencekam. Kabut asap dari terbakarnya lahan gambut akibat aktifitas perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Riau dan Jambi, membuat negara pulau yang selalu bangga dengan efesiensi dari usaha jasa keuangan itu lumpuh. Warganya kini dicekik asap sehingga menghentikan aktifitas harian mereka..

Ainul Jasmi, kontributor “nuga.co” dari Singapura mengirimkan “email”nya dengan mengatakan, “warna di sini dicekik asap. Mereka tersekap di rumah-rumah dan sebagian lainnya telah keluar untuk berakhir pekan ke Bangkok, Sanghai dan Taiwan. Bahkan ada yang mengambil cuti ke Australia dan Europa. Pokok, heboh.”

Jasmi dengan bercanda mengatakan, Singapura panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Situasinya muram. Negara kota itu seperti negeri kalah perang. Senyap dan tak ada lalu lalang manusia dan kendaraan yang ramai.

Kabut asap, tulisnya, jugaia memaksa warga Singapura sulit meninggalkan rumahnya. Mereka yang gemar berjalan-jalan dan berbelanja di akhir pekan, terpaksa harus menghabiskan hari-hari mereka di rumah. Namun beberapa di antara mereka ada yang tetap nekat meninggalkan rumah untuk berbelanja.

“Umumnya kami menghabiskan waktu berkumpul bersama di akhir pekan untuk makan di luar atau berjalan-jalan di taman. Saat ini kami terpaksa menghabiskan waktu kami di pusat perbelanjaan yang ber AC,” tulis Jasmi.

Ia juga mengutip berita pagi di surat kabar “The Straits Time,” Sabtu 22 Juni 2013, tentang wawancaranya reprternya dengan putri sebuah keluarga Chan yang umumnya berolahraga dua kali dalam sepekan juga tidak bisa keluar rumah dan melakukan aktivitasnya karena kabut asap itu. Beberapa warga yang gemar berolahraga di pusat kebugaran pun terpaksa mengangkat beban di rumah.

“Lebih aman bagi kami untuk berada di rumah dan mengangkat beban di sini,” ujar Roger Foc yang selalu menghabiskan akhir pekannya dengan bermain basket dan berenang.

Saat ini, warga Singapura kerap menggunakan masker N95 bila mereka harus keluar rumah. Masker itu sangat tidak nyaman, dan akan sangat mengganggu bila digunakan saat berolahraga, terutama saat berlari.

Warga-warga penggemar hiburan malam juga merasa terganggu dengan kabut asap itu. Mereka tidak bisa menikmati malam hari di bar tanpa atap. Mereka cenderung memilih untuk menonton film atau bermain bowling.

Kabut asap yang menyelimuti Singapura salah satunya berasal dari pembakaran hutan yang terjadi di wilayah Sumatera. Pembakaran itu dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, yang antara lain adalah PT Astra Agro Lestari yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, perusahaan Singapura, Wilmar International Ltd. dan perusahaan Malaysia Sime Darby Bhd..

Kabut asap yang menyiksa Singapura telah menjadikan hubungan Indonesia dengan Negara Mini itu tegang. Indonesia menilai Singapura hanya mau untung sendiri. Kecaman ini terlontar menyusul protes negara tersebut atas asap dari kebakaran hutan di Riau yang menyelimuti negara kota itu.

Mereka tidak menghargai Environment value dari hutan Indonesia. Bila terjadi kepungan asap baru mereka teriak-teriak dan Indonesia a dianggap sebagai environtment threat yang dasar hukumnya tidak jelas. Seharusnya,Singapura harus menjaga hubungan diplomatis dengan bijak dan netral.

Singapura terkadang tidak merasa sebagai keluarga besar ASEAN. Maunya mereka ikut bahu-membahu memadamkan kebakaran hutan tersebut. Selain itu, tentunya Pemerintah Indonesia memberi tindakan tegas kepada pihak yang lalai sehingga menyebabkan kebakaran itu terjadi.

Sebelumnya, terkait protes dari Singapura, Menko Kesra Agung Laksono dalam rapat koordinasi penanganan bencana tersebut mengatakan, Singapura jangan seperti anak-anak. Kebakaran hutan, sebut dia, bukan juga kemauan Indonesia karena ada faktor pengaruh alam.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong tidak ingin menanggapi komentar dari Agung Laksono, yang menuduh Singapura seperti anak kecil terkait kabut asap yang menyelimuti Negeri Singa itu.

Lee menegaskan tidak ada gunanya bagi dia untuk menanggapi komentar yang dinilainya sebagai diplomasi megafon. “Tidak ada gunanya bagi saya untuk merespons dia (Agung Laksono), ini hanya lah sebuah bentuk diplomasi megafon,” jelas PM Lee, seperti dikutip The Straits Times

“Apa yang perlu dilakukan saat ini adalah mengatasi masalah dan memastikan rakyat tetap sehat, apa yang bisa dilakukan ya selesaikan lah. Lebih baik saat ini memecahkan masalah daripada melontarkan ucapan kasar,” tegas PM Lee.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak akan meminta maaf kepada Pemerintah Singapura atas kabut asap yang saat ini melanda negeri jiran tersebut. Namun, pemerintah berupaya mencari solusi atas masalah tersebut.

“Tidak, tidak ada permintaan maaf, saya kira pihak Singapura mengetahui bahwasanya ini kan bertahun-tahun kondisi membaik, upaya Indonesia telah membuahkan hasil. Namun berbagai alasan situasi dan kondisi kita saksikan apa yang sedang kita realisasikan,” ujar Marty.

Marty mengatakan fungsi forum komunikasi tersebut untuk bertukar dan berbagi informasi dalam upaya pemerintah Indonesia mengatasi asap tersebut.

“Jadi Pemerintah Singapura juga bisa lihat konteks selama ini dan mendorong ada upaya yang telah kita lakukan, dari Singapura juga tau Indonesia lah yang paling ingin masalah diatasi, semangatnya kebersamaan dan kemitraan,” ujar Marty.

Exit mobile version