Site icon nuga.co

Saudi Dituduh Pasok Senjata Kimia Ke Suriah

Arab Saudi dituduh sebagai biang dari pasokan senjata kimia ke Suriah yang dipergunakan oleh oposisi dalam serangan di pinggiran Damaskus dan membunuh 350 orang.

Tuduhan penggunaan senjata kimia di Suriah terus menjadi perdebatan dan sebuah laporan terbaru mengatakan, bahwa senjata kimia itu dipasok oleh seorang Pangeran Arab Saudi.

Anggota dari pasukan oposisi Suriah memberikan pengakuan kepada Associated Press, mengenai siapa yang berada di belakang serangan yang menggunakan senjata kimia di Ghouta, Damaskus 21 Agustus 2013 lalu.

Selain mengakui bahwa serangan itu dilakukan oleh mereka, ada satu sosok lain yang memasok senjata mematikan tersebut. “Senjata kimia itu disediakan oleh Pangeran Arab Saudi Bandar bin Sultan,” pengakuan seorang anggota pasukan oposisi Suriah, seperti dikutip Associated Press, Minggu, 1 September 2013.

Sementara seorang perempuan anggota pasukan oposisi yang hanya ingin dengan sebutan “K”, mengakui dirinya tidak mengetahui yang mereka miliki adalah senjata kimia. Dia pun tidak membayangkan akan menggunakan senjata kimia.

“Ketika Pangeran Bandar memberikan senjata itu, dia seharusnya memberikan senjata tersebut kepada orang yang mereka menggunakan dan menanganinya,” tutur K.

Sementara anggota pasukan oposisi lain yang menyebut dirinya “J”, turut memberikan keterangan mengenai penggunaan senjata kimia. J menyebutkan nama militan Jabhat al-Nusra dalam penggunaan senjata kimia ini.

“Militan Jabhat al-Nusra tidak bekerja sama dengan oposisi lainnya, kecuali saat turun dalam medan perang. Mereka tidak membagi informasi. Pada umumnya, mereka mengerahkan pasukan untuk mengoperasikan material (senjata kimia) ini,” menurut J.

“Kami penasaran dengan senjata tersebut. Sayangnya, beberapa pasukan oposisi menangani snejata tersebut tidak sesuai prosedur dan memicu ledakan,” lanjutnya.

Jabhat al-Nusra dikenal sebagai kelompok afiliasi Al Qaeda dari Irak. Mereka terdiri dari orang-orang yang melawan tentara Amerika Serikat yang menginvasi Irak

Keterangan mengenai penggunaan senjata kimia oleh pasukan oposisi Suriah, didapatkan oleh kelompok Doctors Without Borders yang memeriksa keadaan warga di Ghouta, dimana sekira 350 warga tewas akibat serangan senjata kimia itu.

Setelah melakukan interogasi terhadap beberapa pihak termasuk dokter, warga Ghouta dan pasukan oposisi serta keluarganya, pihak Doctors Without Borders mendapatkan pengakuan mengenai penggunaan senjata kimia tersebut.

“Kelompok Doctors Without Borders menemukan bahwa serangan itu adalah bentuk kesalahan koordinasi dan ketidaktahuan dari pihak pasukan oposisi. Mereka tidak menyadari bahwa mereka memiliki senjata kimia,” lapor Associated Press, seperti dikutip dari The Examiner, Minggu..

Kelompok kemanusiaan itu mendapatkan keterangan dari seorang warga yang mengaku bahwa anaknya membawa senjata kimia ke rumahnya. Putra dari warga Suriah itu dikabarkan tewas dalam serangan yang menggunakan senjata mematikan tersebut.

“Putra saya datang kepada saya menanyakan apa senjata yang dia bawa. Beberapa dari senjata itu berbentuk seperti tabung dan beberapa lainnya seperti botol kaca,” pengakuan seorang warga bernama Abdel-Moneim.

Sementara ketika ditanya, sebagian besar dari pasukan oposisi tidak mengetahui bahwa senjata yang mereka pegang saat itu adalah senjata kimia.

Meski ada pengakuan dari pihak pasukan oposisi, Pemerintah Amerika Serikat (AS) tetap dalam pendiriannya bahwa pasukan Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang menggunakan senjata kimia itu. Sementara kalangan intelijen AS mengaku tidak tahu secara pasti yang menggunakan senjata kimia itu.

Exit mobile version