Site icon nuga.co

PKS Partai Inkonsisten Soal BBM

Fahri Hamzah boleh main gertak, main ancam dan main gereduk. Tapi PKS sebagai sebuah partai ternyata hanya bisa “celengak-celunguk.” Artinya, tak punya pendirian dan melihat arah angin bertiup untuk menentukan sikap akhir.

Ternyata, dalam kasus penentangannya terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak yang berbuntut tidak di undangnya PKS dalam rapat Setgab Koalisi, para kadernya mulai “keder” dengan wacana penendangan partai “putih” itu dari pemerintahan.

Kader PKS dalam bulan ini memang telah “membakar” sikap kontra dengan menebarkan ribuan spanduk dan pernyataan penolakan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak jalan-jalan ibukota dan menyuarakan “perlawanan” lewat pernyataan hampir seluruh hirarki kepengurusan,

Sikap PKS ini, seperti dinyatakan oleh kadernya yang sangat vokal, dari faksi Anis Matta dan Fahri Hamzah, ternyata rontok dengan “sowan”nya Ustaz Hilmi Aminuddin ke Presiden SBY dan menyatakan PKS mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak dan masih akan bersama di Setgab Koalisi.

Sikap Hilmi ini menghanguskan ke”brutal”an pernyataan-pernyataan Fahri yang sudah memastikan PKS hengkang dari koalisi. Kita tidak tahu apa yang akan dikatakan Fahri dan Anis Matta untuk merevisi kegarangan pernyataan mereka terdahulu.

Dengan sowannya Hilmi, kemungkinan PKS akan terbelah dalam dalam dua faksi yang pro dan kontra soal kenaikan harga bahan bakar minyak. Tidak hanya itu kader PKS akan terfragmentasi dalam dua kubu untuk menyikapi kebijakan partai.

Fragmentasi sikap ini merupakan buntut dari sikap Ketua Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera, Hilmi Aminuddin yang bertemu diam-diam dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pertemuan itu disampaikan bahwa PKS mendukung pemerintah menaikan harga Bahan Bakar Minyak.

Hal itu dikatakan Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi kepada wartawan saat konferensi pers di Bandara Halim Perdanakusuma.

“Saya sendiri mendampingi presiden ketika Majelis Syuronya yang di dampingi seorang menteri dari partai tersebut PKS, ketika menyampaikan dukungannya pada kebijakan presiden. Kenyataannya seperti ini,” kata Sudi, Kamis.

Pertemuan itu, lanjut Sudi, terjadi sekira satu bulan lalu. Hadir dalam kesempatan itu menemani Hilmi yakni Menteri Sosial, Salim Segaf Al Jufri. Pertemuan itu tanpa dihadiri Presiden PKS, Anis Matta. “Karena, selama ini mereka menyerahkan persoalan kenaikan BBM ke Majelis Syuro,” ujarnya.

Tersirat ada keheranan di diri Sudi ketika banyak politikus PKS yang masih menolak kenaikan BBM. “Ketika kita berkomunikasi dengan DPP, ya Majelis Syuro yang menentukan. Ketika Majelis Syuro seperti itu mendukung, kenyataannya seperti ini ya,” terangnya.

Sudi enggan mengungkap lokasi pertemuan Hilmi dengan SBY. Namun, dia memastikan jika pertemuan spesial itu tidak di Istana Negara. “Presiden tidak pernah gunakan Istana untuk kegiatan yang bukan kenegaraan,” paparnya.

Pernyataan Sudi ini direspon oleh Hatta Rajasa. Menurut besan SBY itu, saat ini partai berlambang bulan sabit kembar itu masih tergabung di dalam koalisi. Belum, belum keluar jangan berspekulasi dulu. Masih di Setgab,” katanya saat ditemui di gedung KPK, Kuningan..

Hatta menegaskan, jika memang PKS dikeluarkan dari koalisi Setgab, tentu akan disampaikan oleh Presiden SBY bukan berdasarkan kabar yang beredar selama ini.
“Enggak, enggak begitu. Nanti Presiden yang akan menjelaskan,” tukasnya.

Seperti diketahui, kabar keluarnya PKS dari koalisi kian mencuat, paska penolakan PKS terkait kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Selain tidak diundang dalam rapat Setgab, para menteri asal PKS juga sempat disindir oleh Presiden SBY.

Exit mobile version