Site icon nuga.co

Jenderal Mesir Dibunuh Militan

Wakil Komandan Polisi Giza, Kairo, Mesir, Jenderal Nabil Farrag dibunuh militan dalam sebuah penyergapan Kamis pagi, 20 September 2013, disebuah lokasi yang dikuasai oleh para pejuang itu. Ia meninggal dengan tangan masih mengacung senjata dan suara “walkie talkie” berada dalam dekapan telinganya.

Sebelum menemui ajalnya, Nabil Farrag masih sempat meneriakkan seruan kepada anak buahnya, “Ayo kita pergi! Maju, menuju mati syahid,” begitu Jenderal Polisi Nabil Farrag, yang masih menggenggam pistol di satu tangan dan walkie-talkie di tangan yang lain.

Sebelum meninggal ia tetap mendorong para anak buahnya menyerbu sebuah kota kecil yang dikuasai kaum militan Islam di luar Kairo. Beberapa detik kemudian, rentetan tembakan datang dari atap gedung di sekitar mereka di kota Kerdasa ke arah polisi dan tentara yang ditempatkan di jembatan jalan raya.

Pasukan tentara dan sekelompok wartawan yang bersama mereka merebahkan diri ke tanah. Hanya ada sedikit tempat berlindung di tempat itu ketika peluru berdesing dari segala arah di sekitar mereka.

Ahmed Abdel Fattah, fotografer Mesir yang bekerja untuk kantor berita Associated Press, melihat Farrag tertelungkup di aspal. Fattah pun memanggilnya. “Jenderal, mari berlindung di sini,” teriak Fattah. Dia lalu melihat wajah Farrag berdarah dan napasnya berat. Fattah menyadari bahwa jenderal itu telah tertembak.

Baru beberapa menit kemudian tembak-menembak itu reda sehingga polisi, beberapa berpakaian sipil, buru-buru ke sisi komandan mereka. Mereka menanggalkan rompi antipeluru Farrag dan melihat darah mengalir dalam seragam putihnya. Dia tertembak di sisi kanan, persis di bawah lengannya. Polisi-polisi itu mengangkut Farrag ke sebuah kendaraan militer, lalu melarikannya ke rumah sakit.

Kementerian Dalam Negeri Mesir kemudian melaporkan bahwa Farrag, wakil kepala keamanan kota Giza, meninggal.

Sementara itu, pasukan tentara mulai menembak kembali saat para wartawan merangkak sejauh 30 meter untuk berlindung. Pasukan keamanan bergerak ke Kerdasa, terlibat baku tembak dengan militan ketika mereka melakukan pencarian dari rumah ke rumah dalam sebuah operasi yang ditujukan menyingkirkan kaum Islam garis keras yang menguasai kota itu setelah penggulingan Presiden Mohammad Morsi pada Juli lalu.

Exit mobile version