Site icon nuga.co

Facebook Ikut Perangi Berita Bohong

Untuk memerangi penyeberan berita palsu serta meningkatkan kualitas informasi di jejaring sosial, Facebook Inc. dan Twitter Inc. bergabung ke dalam jaringan bernama First Draft Coalition.

Jaringan ini terdiri dari tiga puluh  lebih perusahaan berita dan teknologi memiliki komitmen yang sama “menghancurkan” peng”kadal”an berita

First Draft Coalition  sendiri dibentuk pada Juni  tahun lalu dengan dukungan Alphabet milik Google.

Jaringan tersebut berencana membentuk kode etik dan mempromosikan literasi media bagi pengguna media sosial.

Mereka juga menargetkan meluncurkan sebuah platform baru di mana para anggotanya dapat memverifikasi berita yang kebenarannya masih meragukan.

Direktur pelaksana koalisi, Jenni Sargent, menyebut platform tersebut akan diluncurkan akhir Oktober, bulan depan.

Seperti ditulis laman situs kantor berita  “reuters,” sejumlah media internasional tercatat telah bergabung dengan koalisi ini. Contohnya New York Times, Washington Post, BuzzFeed News, Agence France-Presse, dan CNN.

Facebook yang merupakan media sosial terbesar dengan pengguna satu koma tujuh miliar tiap bulan menjadi sasaran kritik karena dianggap bersalah atas penyebarluasan berita palsu.

Kritik beruntun terjadi setelah Facebook dituduh memilih sebuah berita kontroversial dari Daily Star yang berisi teori konspirasi tragedi 11 September dan berita palsu tentang pemecatan pemandu berita Fox masuk ke jajaran trending topic.

Sedangkan Twitter yang memiliki seratus empat puluh juta pengguna harian per hari juga dianggap punya peran penting dalam menyebarkan breaking news dan mengungkap kesaksian.

Akhir Agustus silam, Facebook memecat tim editor yang bertugas melakukan urasi sejumlah berita menjadi trending topic dan menggantinya dengan editor algoritma.

Facebook melakukannya dengan harapan dapat menghapus bias yang dapat terjadi pada editor manusia serta menjangkau beragam topik yang lebih luas.

Apa yang terjadi malah sebaliknya. Facebook justru menuai kecaman setelah menempatkan berita palsu mengenai kabar pemecatan seorang pemandu berita Fox ke seksi trending topic.

Tak hanya sekali, editor algoritma Facebook juga sempat melakukan kesalahan yang sama soal berita palsu termasuk laporan milik Daily Star tentang tragedi 11 September.

Aksi bullying yang marak terjadi di media sosial menggerakkan Instagram membuat fitur baru untuk membantu pengguna mengelola kolom komentar di foto mereka.

Pertama kali diperkenalkam untuk akun bisnis Juli lalu, Instagram kini menyediakan fitur tersebut bagi semua penggunanya.

Fitur baru Instagram memungkinkan kata-kata yang tak pantas disembunyikan secara otomatis.

Lebih jauh, pengguna dapat menyeleksi sendiri kata dan kalimat yang tak diinginkan agar tidak muncul ke kolom komentar.

Pilihan terakhir bisa menjadi cara pemilik akun Instagram menjaga kolom komentar selalu sesuai dengan topik pembicaraan walaupun tak mengandung kata-kata kasar.

Untuk menggunakan fitur baru tersebut, pengguna hanya perlu mengubah sedikit pengaturan di profil mereka.

Sebagai percobaan, Instagram memberikan akses khusus kepada Taylor Swift untuk menggunakan fitur baru ini di akun miliknya.

Instagram sebelumnya telah memperkenalkan fitur moderasi kolom komentar yang membuat pemilik akun menghapus sebuah komentar, melaporkan komentar yang tak pantas, hingga memblokir akun seseorang.

“Indahnya dari Instagram adalah penggunanya yang sangat beragam.”

“ Berbagai orang dengan latar belakang seperti ras, gender, orientasi seksual, dan kemampuan lainnya menggunakan Instagram.”

“ Namun terkadang ada beberapa komentar di foto mereka yang meresahkan,” jelas Kevin Sytrom, co-founder dan CEO Instagram, dalam blog perusahaan soal fitur baru ini.

“Kita ingin menularkan budaya di mana semua orang bisa merasa aman menjadi dirinya sendiri tanpa kritik atau olok-olok berlebih. Ini bukan hanya kenginan saya, namun juga tanggung jawab kami sebagai perusahaan,” tulisnya.

Fitur baru ini dirilis setelah maraknya aksi kekerasan berupa kata di ranah daring yang kerap menyasar tokoh terkenal, salah satunya yang menimpa Justin Bieber. Bieber memutuskan menutup akun Instagramnya setelah rentetan komentar kasar fans dalam sebuah foto yang diunggahnya.

Kekerasan ranah online seringkali menyasar wanita hingga mendorong urgensi lebih jauh bagi media sosial untuk menciptakan sistem perlindungan bagi penggunanya. Leslie Jones, aktris yang membintangi Ghostbusters, misalnya.

Ia baru-baru ini diserang kelompok rasis dan seksis di Twitter. Sebelumnya ada putri Robbin Williams, Zelda, yang diteror dengan foto-foto rekayasa untuk mengejeknya.

Meski saat ini belum terjadi kasus kekerasan separah di Twitter, tapi Instagram terlihat lebih proaktif dalam mengembangkan fitur-fitur untuk melawan kekerasan. Namun bukan berarti Twitter tak melakukan apa pun.

Menurut Bloomberg, Twitter juga sedang mengembangkan fitur penyeleksi kata kunci serupa milik Instagram.

Respon cepat Instagram melawan bullying bertujuan agar aksi tersebut tak menular ke seluruh pengguna seperti yang terjadi di Twitter. Facebook sebagai induk perusahaan berperan penting dalam pengembangan algoritma yang bisa melawan kekerasan di ranah online.

Fokus Instagram dalam memerangi online bullying juga tak membuat mereka lupa dengan aspek kenyamanan pengguna.

Hal itu terlihat dari perubahan yang nampak dari kolom komentar di mana komentar yang tampil di depan diutamakan yang berasal dari milik teman seperti yang ada di Facebook.

Sehingga apa yang dilihat di bawah sebuah foto berasal dari komentar akun yang dikenal saja, bukan komentar terbaru.

Exit mobile version