Site icon nuga.co

Ayu Azhari, Kini Tidak Seronok Lagi

Ayu Azhari telah berubah. Tak ada lagi keseronokan baju belahan dada rendah, “hot pant” mengumbar paha atau pun desah binal dengan celutukan setengah “porno” pada setiap penampilannya. Telah menguap pula “citra” keluarga bahenol yang biasanya bareng mereka tampilkan bersama adik-adik, seperti Sarah.

Telah lama tayangan infotainment mengalpakan keluarga bermasalah ini. Keluarga yang dulunya secara berseri mengurai benang kusut di pemberitaan media karena kasus-kasus kawin cerai, perselingkuhan dan entah apa lagi yang melilit keluarga peranakan Pakistan itu.

Dan ketika Ayu Azhari muncul dalam kasus Ahmad Fathanah, “pialang” kuota daging impor yang menyeret para politisi, importer dan selebrity, perempuan yang telah empat kali kawin cerai itu telah berubah.

Ia telah dibalut oleh busana muslimah lengkap dengan selendang sebagai bagian dari “hijab.” Ia juga sudah sangat keibuan. Kalimatnya sangat santun dan tidak melantur garang dan emosional. Ia sangat keibuan.

Itulah Ayu Azhari kini. Ayu yang menerima aliran dana haram sebesar Rp 38 juta  di rekeningnya dari Ahmad Fathanah dan diperiksa oleh Komisi pemberantasan Korupsi untuk kemudian mengembalikan seluruh “pemberian” sang koruptor secara utuh, pekan lalu.

Memang menarik untuk menelisik kehidupan Ayu. Tak hanya tentang kehidupan pribadi, tapi juga penampilannya.  Artis cantik yang tengah terseret kasus korupsi suap impor daging sapi itu memang terbilang kontroversial dalam penampilan. Dulu, Ayu dikenal sebagai sosok yang kerap mengumbar bagian tubuhnya.

“Kalau dari awal karier masih seksi, masih seronok, masih menyembulkan bagian dada,” tutur Sonny Muchlison, pengamat mode terkenal. Namun seiring berjalannya waktu, penampilan Ayu pun berubah. Ibu dua anak itu lebih santun dalam berbusana. Bahkan tak jarang pula, Ayu terlihat berpakaian dengan busana yang mengandung unsur Indonesia.

“Kira-kira pertengahan tahun 2000-an, dia dekat dengan desainer Josephine Komara atau Obin. Sejak itu, dia selalu berusaha tampil dengan memakai kain,” papar pengamat mode dan gaya hidup ini.

“Jadi, sekarang lebih santun dengan koleksi Bin House, dandanannya lebih dewasa, menutupi bagian dada dengan selendang, dan lebih keibuan,” tutupnya.

Tidak hanya dalam penampilan. Ayu juga sangat dekat dengan anak-anaknya. Dulu anak-anaknya sulit mengikuti pergerakan hidupnya, kini ia sudah menyatu dengan mereka.

Bahkan, salah satu  anaknya, Axel Djody Gondokusumo, kini ia dukung setelah menjadi  bakal calon anggota legislatif periode 2014-2019 dari Partai Amanat Nasional. Usia Axel saat ini masih 22 tahun. Dan Ayu sudah menyatakan dukungan bagi pencalonan sang anak.

Tentang pencalonan Axel,  Viva Yoga, seorang politisi PAN,  membenarkan informasi tersebut. Ia mengatakan, Axel akan maju sebagai bakal calon anggota legislatif atau bacaleg untuk daerah pemilihan Jawa Timur X, Kabupaten Lamongan dan Gresik. “Wah, itu (Axel) satu dapil dengan saya,” kata Viva saat dihubungi wartawan.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN ini tak mengetahui persis alasan yang membuat PAN mengusung Axel sebagai bacaleg. Yang pasti, salah satu alasannya adalah figur artis dan dai yang melekat pada sosok Axel sehingga ia diyakini mampu menjadi magnet untuk mendulang suara pemilih.

“Namanya artis kan populer, semua orang kenal. Kami sangat senang dan mengapresiasi kalau Axel benar-benar jadi caleg PAN,” ujarnya.

Ayu  sendiri  yang  pernah disebut-sebut bakal maju dalam bursa calon wakil bupati Sukabumi justru tidak ikut maju dalam pencalonan anggota legislatif periode yang akan datang.  Ayu Azhari, mengatakan,  belum tertarik  terjun di dunia politik dengan maju sebagai calon anggota legislative.

Meski sudah mengenal banyak partai politik, Ayu lebih mementingkan membantu putranya, Axel Djody Gondokusumo. “Saya belum nyaleg untuk periode ini. Saya prioritaskan anak menjadi caleg,” kata Ayu.

Ayu mengaku pernah mengikuti kegiatan di banyak partai, seperti PDI Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera, dan PAN. Namun, untuk saat ini, ia belum mau terikat dengan satu partai. Ayu mengaku ingin mengenal dulu dengan semua partai agar tahu esensi politik.

Ayu keberatan jika artis dianggap tidak mampu sebagai anggota Dewan. Menurut dia, tak semua artis tak berintelektualitas. Ia memberi contoh anggota DPR dari artis seperti Nurul Arifin, Rieke Diah Pitaloka  dan Dedi Gumilar. “Kenapa harus mendiskriminasikan artis? Artis juga punya intelektualitas, punya kapasitas,” kata dia.

 

 

Exit mobile version