Site icon nuga.co

Video Porno Bisa Bikin Otak Menyusut

Waspadalah dengan keasyikan video porno. Sebab menurut sebuah penelitian terbaru dari Max Planck Institute for Human Development di Berlin, laki-laki yang menonton banyak pornografi cenderung memiliki striatum lebih kecil.

Striatum adalah area otak yang terkait dengan penghargaan dan motivasi. Tegasnya, kebanyakan nonton video atau film porno, otak Anda akan menyusut atau mengecil.

Penelitian itu melibatkan laki-laki pada tingkatan umur dewasa dan tua yang rata-rata mengonsumsi tayangan pornografi empat jam per minggu.

Peneliti melakukan pemindaian MRI pada otak responden laki-laki sambil menunjukkan kumpulan gambar seksual dan nonseksual.

Untuk itu, berdasarkan hasil penelitian terbaru ini, kesampingkanlah manfaat tontonan porno yang selama ini dianggapi dapat meningkatkan gairah bercinta.

Paling tidak penelitian itu sudah menegaskan efek negatif pornografi pada otak dan melaporkannya bahwa menonton pornografi bisa membuat otak seseorang menyusut.

Studi tersebut juga menemukan, hubungan antara striatum dan korteks prefrontal, bagian otak yang berhubungan dengan perilaku dan pengambilan keputusan, terdegradasi dengan menyaksikan tontonan pornografi.

“Temuan kami menunjukkan, volume materi abu-abu ekor kanan striatum adalah lebih kecil pada responden yang pornografi lebih sering,” kata para peneliti dalam artikel yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry.

Penyusutan otak hanya satu dari daftar potensi bahaya pornografi. Psikiater Dorman Doidge, seperti dilansir dari laman Telegraph, melaporkan bahwa pengguna pornografi mungkin merasa lebih sulit terangsang oleh pasangan seksual nyata mereka.

“Laki-laki yang menonton lebih pornografi juga menunjukkan aktivitas yang kurang di daerah lain striatum, disebut putamen kiri, yang biasanya menyala dalam menanggapi gambar seksual.”

Orang tersebut juga akan mencoba untuk menciptakan adegan porno di kamar tidur dengan hasil memalukan dan seringkali tak menyenangkan.

“Tidak jelas apakah menonton film porno menyebabkan perubahan otak, atau orang yang lahir dengan jenis otak tertentu menonton lebih pornografi,” kata penulis studi Simone Kühn.

Kühn dan rekan-rekannya berharap penelitian di masa depan dapat mengungkap bagaimana konsumsi porno berlebihan dapat memengaruhi otak dari waktu ke waktu, dan bagaimana hal tersebut memengaruhi otak penonton pornografi pemula.

Selain penyusutan otak juga dampak dari terlalu seringnya melihat video porno menyebabkan seorang pria susah terangsang dalam kehidupan nyata, kebanyakan akan membuatnya merasa bosan dengan video porno bisa dan mulai mencari video porno yang lebih ekstrim.

Sebuah penelitian lainnya dari University of Groningen Medical Center Belanda Gert Holstege juga mengungkapkan terlalu banyak menonton video porno dapat mengakibatkan bagian otak yang memproses rangsangan visual tak berfungsi.

“Jika anda melihat, misalnya, pada layar komputer dan menulis teks maka Anda harus melihat secara spesifik dan hati-hati pada apa yang dikerjakan supaya tidak melakukan kesalahan,” kata Holstege seperti dikutip LiveScience.

Kegiatan melihat film atau melakukan kerja visual, menurut Holstege, umumnya mengalirkan darah tambahan ke otak.

Namun, Holstege mengatakan ketika seseorang sedang melihat tayangan seksual secara eksplisit, tidak dibutuhkan kehati-hatian dan kejelian.

“Karena Anda tahu secara tepat apa yang terjadi dan tidak peduli apakah pintu itu berwarna hijau atau kuning,” kata Holstege

Holstege mengatakan otak seseorang dapat menjadi cemas atau terangsang atau tidak merasakan apapun ketika melihat film porno, tapi dia tidak merasakan kedua perasaan itu cemas dan terangsang sekaligus.

Berdasarkan penelitian Holstege, aktivitas di daerah otak yang berhubungan kecemasan menjadi merosot saat seseorang orgasme.

“Fenomena ini mungkin menjelaskan mengapa perempuan dengan hasrat seksual yang rendah memiliki tingkat kecemasan yang tinggi,” kata Holstege.

Holstege menambahkan jika seseorang berada dalam situasi yang sangat bahaya, dia tidak mempunyai perasaan seksual.

“Itu karena Anda harus menyelamatkan diri sendiri, bukan bertahan untuk kelangsungan spesies,” kata Holstege.

Exit mobile version