Site icon nuga.co

Tingkah Narsis Itu Bisa Bikin Cemburu

Narsis?

Ya,  sering membuat cemburu, menggoda orang lain di depan Anda, atau senang membalas komentar di media sosial dari orang yang memujinya

Itu kumpulan dari tingkah  orang yang narsistik.

Menurut penelitian yang dilakukan Gregory Tortoriello, psikolog, orang dengan tingkat narsistik yang tinggi secara sengaja akan membuat pasangannya cemburu untuk mencapai tujuan tertentu, yakni kontrol dan meningkatkan rasa percaya dirinya.

Istilah “narsis” yang populer di masyarakat memang sering disalah artikan menjadi orang yang senang menonjolkan dirinya.

Para ahli psikologi menyebutkan bahwa kepribadian narsistik memiliki dua kategori.

Pertama adalah grandiose narcissim, ditandai dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, cenderung ektrovert, dan ingin meraih segala sesuatu dengan cepat.

Kategori yang kedua adalah (narsisme rentan) vulnerable narcissism, yakni orang yang merasa berhak mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa peduli orang lain dan tega memanfaatkan orang lain untuk mendapat yang dimaui.

Mereka cenderung kurang percaya diri dan insecure.

Tortoriello mengatakan, studi sebelumnya mengungkapkan orang yang narsistik sering gagal dalam hubungannya karena perilakunya yang senang menggoda orang lain yang lebih menarik.

“Perilaku itu impulsif dan orang yang narsis tidak bisa mengendalikannya,” katanya.

Dalam penelitiannya, disimpulkan bahwa perilaku senang membuat pasangannya cemburu adalah alasan mengapa orang yang narsis sering “bermain api”.

Makin tinggi tingkat narsismenya, makin senang mereka jika pasangannya cemburu.

Pada orang dengan tipe grandiose narcissist, motivasinya adalah mendapatkan kuasa dan kendali dalam hubungannya.

Sementara pada tipe kedua, mereka ingin menguji kekuatan hubungannya dan mencari rasa aman, sebagai kompensasi dari rendahnya kepercayaan diri.

“Mereka membakar cemburu secara sengaja,” kata Tortoriello.

Sebuah studi yang dipublikasikan oleh Journal of Personality and Differences bahkan menyimpulkan bahwa kebiasaan selfie masuk dalam kategori gangguan mental dan dianggap psikopat.

Temuan tersebut tidak meredakan hobi selfie banyak orang karena tak bisa dimungkiri bahwa media sosial telah menciptakan kecanduan pada banyak orang demi memperoleh pengakuan sosial.

Pertanyaannya, siapa sih sebenarnya yang paling gandrung mengunggah selfie ke media sosial?

Australian National University melakukan studi yang dipublikasikan dalam European Journal of Marketing.

Dr Toni Eager dan Dr Stephen Dann, penulis studi tersebut di atas juga menemukan bahwa banyak pemilik akun instagram menduplikasi strategi pemasaran produk untuk membangun citra diri sendiri di media sosial.

“Orang-orang di media sosial menjual gaya hidup mereka atau diri sendiri dengan kompensasi jumlah likes dan follower,” jelas Dr Eagar.

Pria yang terlalu mengagumi dirinya sendiri atau dikenal dengan istilah narsis, cenderung lebih menarik di mata wanita. Sebuah penelitian baru dari Jerman mengatakan, inilah yang menyebabkan pria narsis cenderung mudah mendapatkan pasangan.

“Narsisme berhubungan dengan daya tarik di kehidupan nyata,” ujar Ketua studi Michael Dufner, peneliti di Humboldt University of Berlin.

Studi yang dipublikasi dalam jurnal Personality and Social Psychology Bulletin ini mengukur kadar narsisme enam puluh satu persen  pria yang berusia rata-rata dua puluh lima tahun.

Para peserta diminta untuk mengikuti uji coba daya tarik.

Dufner mengatakan, penelitian ini mengartikan narsisme sebagai sifat pribadi, bukan gangguan kepribadian.

Hal ini berarti setiap orang sebenernya memiliki kadar narsisme masing-masing, ada yang tinggi, ada pula yang rendah.

Setelah diukur kadar narsismenya, para peserta diminta untuk mendekati wanita yang mereka belum kenal sebelumnya di jalan. Mereka diharuskan mendapatkan kontak dari wanita, baik nomor telepon, email, atau akun Facebook.

Rata-rata para pria berhasil mendekati  dua puluh tiga orang wanita.

Namun orang dengan kadar narsisme yang lebih tinggi berhasil mendekati wanita lebih banyak. Semakin tinggi kadar narsisme-nya, semakin mungkin mereka untuk mendapatkan kontak dari wanita.

Menurut Dufner, efek ini bukan didasari oleh percaya diri dari pria, melainkan narsisme. “Penampilan fisik dan narsisme merupakan dua alasan yang dapat menarik lawan jenis,” ungkapnya.

Namun Dufner mengakui bahwa penelitian ini belum dapat membuktikan secara langsung hubungan antara narsisme dengan penampilan fisik. Selain itu, imbuhnya, pria narsis memang menarik, namun biasanya mereka bukan pasangan yang ideal untuk hubungan jangka panjang.

Profesor psikologi di San Diego State University Jean Twenge yang tidak terlibat penelitian mengatakan, pria narsis mungkin mudah mendapatkan pasangan. Namun masalah akan datang setelahnya saat pasangannya sadar bahwa pria lebih mementingkan dirinya sendiri.

“Biasanya orang narsis memiliki empati yang rendah dan sulit melihat dari perspektif orang lain,” ungkapnya.

Exit mobile version