Site icon nuga.co

Ternyata Wanita Itu Lebih Senang Melajang

Sebuah studi terbaru oleh analis data Mintel mengungkapkan, enam puluh satu persen wanita ternyata senang menjadi lajang.

Jika selama ini predikat lajang menjadi olok-olok pada banyak perempuan,  penelitian itu membantahnya.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa tujuh puluh limapersen wanita lajang yang belum secara aktif mencari hubungan pada tahun lalu, menunjukkan bahwa mereka  tidak berusaha mengakhiri status lajangnya, dibanding pria yang hanya enam puluh lima persen.

Profesor Emily Grundy mengatakan  hal ini tergantung pada keadaan emosional yang dihadapi wanita saat mereka berhubungan dengan pria.

“Ada bukti bahwa wanita menghabiskan lebih lama tugas rumah tangga daripada pria dan saya pikir mereka juga melakukan pekerjaan emosional yang lebih banyak. Jadi mereka masih mengerjakan lebih banyak pekerjaan rumah tangga dan memasak dan hal-hal serta tenaga kerja yang lebih emosional,” tutur dia.

Meski ada pandangan bahwa perempuan lajang adalah perempuan yang putus asa, ada pergeseran pandangan yang melihat wanita yang memilih untuk menjadi lajang sebagai mandiri dan kuat.

Menikah bukan lagi tujuan akhir bagi wanita setelah memiliki karier menemukan kebahagiaan, dan kebanyakan perempuan lebih suka melakukan hal yang mereka sukai.

Profesor Grundy juga mengatakan wanita lebih bahagia menjadi lajang daripada pria, karena wanita cenderung lebih baik dalam bersosialisasi, berteman, dan menjaga kesehatan mental mereka.

“Perempuan cenderung lebih baik dalam memiliki jaringan sosial alternatif dan kepercayaan lain sedangkan laki-laki cenderung sangat bergantung pada istri mereka untuk itu dan memiliki lebih sedikit ikatan sosial lainnya,” katanya.

Bagi kebanyakan wanita, hidup melajang tak selalu berarti penderitaan.

Bahkan, tak sedikit yang menganggap bahwa berada dalam sebuah hubungan adalah “kerja keras”. Itu sebabnya selama melajang wanita justru lebih merasa bahagia dibanding pria lajang.

Kesimpulan itu merupakan hasil sebuah studi analis data Mintel di Inggris.

Survei tersebut juga menemukan  wanita yang melajang belum secara aktif mencari pasangan hidup, sedangkan kaum pria yang masih betah menjomblo .

Bagi wanita berada dalam hubungan sama halnya dengan bekerja keras

Umumnya kaum wanita berpikir bahwa hubungan tersebut membutuhkan lebih banyak usaha dan tenaga.

Karenanya, hidup lajang berarti santai dan lebih menikmati hidup.

Dalam sebuah hubungan, terutama pernikahan, biasanya wanita dituntut untuk memiliki porsi tanggung jawab lebih besar dalam urusan rumah tangga.

“Mereka juga melakukan lebih banyak pekerjaan yang bersifat emosional,” kata profesor Emily Grundy, direktur the Institute for Social and Economic Research dari University of Essex.

Selain harus menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk menjaga penampilan di depan suami, seorang istri juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ditambah lagi menyelesaikan pertengkaran atau perdebatan.

Dengan semua alasan itu, tak heran jika wanita yang disurvei itu mengaku menikmati waktu untuk diri sendiri dan mememilih untuk memiliki sahabat yang ada saat dibutuhkan.

“Perempuan cenderung lebih baik dalam memiliki jaringan sosial dan juga pertemanannya lebih luas, sedangkan laki-laki cenderung sangat bergantung pada istri mereka dan ikatan sosialnya lebih sedikit,” kata Grundy menjelaskan.

Grundy menjelaskan, beberapa hasil penelitian juga menyebut wanita lajang justru lebih sering terlibat aktivtias sosial dan lebih banyak teman dibandingkan dengan wanita yang memiliki pasangan.

“Sedangkan dengan pria justru sebaliknya. Pria tanpa pasangan cenderung lebih sedikit interaksi sosial. Jadi, mungkin wanita memiliki pilihan yang lebih luas,” paparnya.

Sayangnya, stigma tentang wanita lajang juga masih menjadi tantangan bagi para wanita lajang. Julukan perawan tua dan dianggap kurang lengkap hidupnya sering diterima para jomblo.

Hanya sedikit masyarakat yang menyadari bahwa banyak wanita lajang tidak memikirkan pasangan karena mereka bahagia dengan kemandiriannya

Exit mobile version