Site icon nuga.co

Tahu Kenapa Penis Itu Tak Bertulang?

Pernahkah Anda tahu kenapa  penis tak bertulang?

Dan pernahkan Anda mencari tahu penyebabnya.

Nah kalau nggak pernah, para ilmuwan akan membantu Anda mencari tahu kenapa “barang” itu tak bertulang.

Pada laman situs media Inggris terkenal,  Daily Mail, Sabtu, 17 Desember 2016, diungkapkan tulang penis atau disebut baculum sebenarnya telah digambarkan sebagai “tulang yang paling banyak berevolusi.”

Evolusinya sudah berusia lebih seratus  juta tahun.

Sejak itu, para ilmuwan berpikir kalau pria tidak lagi memiliki tulang penis karena manusia cenderung memiliki hubungan monogami dan tidak perlu bersaing untuk mendapatkan pasangan.

Peneliti dari University College London juga pernah mencari tahu mengapa manusia tidak memiliki tulang penis.

Mereka berspekulasi kalau ini berkaitan dengan durasi panjang penetrasi manusia saat berhubungan seks–lebih dari tiga menit.

Hal ini pula yang mempengaruhi evolusi primata.

Matilda Brindle, yang memimpin penelitian, mengatakan temuan ini mendukung anggapan bahwa sebenarnya keberadaan tulang penis itu hilang dalam garis keturunan manusia karena tidak memiliki fungsi khusus.

“Temuan kami menujukkan bahwa baculum memiliki peran penting dalam sistem reproduksi laki-laki.”

“Namun dalam catatan kami, ketiadaan tulang penis bisa memperpanjang intromission istilah biologi untuk penetrasi dengan penis sehingga memudahkan laki-laki untuk memberikan ‘materi genetik’,” ujarnya.

Pemimpin penelitian Matilda Brindle mengatakan, salah alasan ketiadaan penis pada manusia adalah karena manusia tidak berhubungan seks cukup lama untuk membutuhkan tulang.

“Nenek moyang primata dan karnivora memiliki baculum. Manusia cukup aneh karena termasuk satu dari sedikit primata yang tak memiliki tulang itu,” katanya.

Primata yang berhubungan seks selama tiga menit atau lebih cenderung memiliki tulang penis lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang melakukan penetrasi di bawah tiga menit.

“Durasi penetrasi manusia cenderung di bawah dua menit yang tak diduga sebagian besar masyarakat,” tambahnya. Sebaliknya, aye-aye, hewan lemur nokturnal berhubungan sekitar satu jam dan memiliki baculum sangat panjang.

Brindle mengatakan, tulang penis lebih panjang pun terlihat pada spesies yang mengalami musim kawin serta memiliki sistem poligami, yang umumnya tak dilakukan manusia.

“Sistem kawin poligami adalah di mana beberapa jantan dan beberapa betina berhubungan satu sama lain seperti simpanse,” katanya. Perkawinan poligami jenis ini tidak terjadi pada manusia, cukup tak lazim karenanya bagi manusia untuk mempertahankan tulang penis.

Alasan lain ketiadaan baculum pada manusia adalah hubungan seks yang terjadi sepanjang tahun dan kurang kompetitif dibandingkan hewan lain.

Simpanse yang hanya berhubungan seks selama tujuh detik sekali waktu, memiliki baculum sangat kecil. Kemungkinan ada dorongan evolusi di kalangan mereka untuk kehilangan tulang penis.

Tetapi, monyet memiliki sistem kawin poligami di mana betina kawin dengan beberapa jantan sekaligus ketika sedang birahi.

Testikel simpanse jantan sangat besar ukurannya, kira-kira seukuran dengan otak. Hal itu, karena mereka memproduksi banyak sperma untuk kawin dengan beberapa betina.

“Testikel manusia agak lebih kecil. Ini mengindikasikan pria tak punya seleksi kuat untuk berhubungan seks sekaligus dengan beberapa wanita,” katanya.

“Itu mungkin sebabnya manusia akhirnya kehilangan tulang penis. Karena kita menganut sistem monogami,” tuturnya.

Walau tak bertulang, namun begitu banyak kasus yang muncul bahwa penis itu bisa patah.

Menurut Pakar Kesehatan yang dikutip dari Cosmopolitan, Wider, mengatakan meski penis tak bertulang tapi juga bisa patah.

“Meski penis tidak memiliki tulang, tapi itu terdiri dari jaringan spons yang dikelilingi membran yang tebal,” kata Wider.

Ia menjelaskan, membenturkan penis yang sedang ereksi dengan objek yang keras, luput atau tidak masuk ke vagina tapi malah menghantamkannya tulang kemaluan, bisa menyebabkan terluka.

“Ini keadaan medis yang darurat,” ujar Wider. “Biasanya membutuhkan evaluasi dan perbaikan dengan bedah,” tambahnya.

Selain itu, lanjut Wider, dokter perlu memastikan sistem kemih pria bekerja dengan baik-baik saja.

Meskipun Wider mengatakan, banyak pasangan yang tidak akan pernah mengalami kecelakaan menyakitkan ini, ia mengimbau agar pasangan lebih berhati-hati ketika bercinta.

Sementara itu Profesor Dr George Lee, seorang profesor klinis urologi di Monash University Sunway menjelaskan, cedera penis bukan hal yang biasa.

Kasus itu bisa disebabkan jaringan yang terperangkap di dalam darah pada organ saat ereksi patah atau ketika membengkok.

“Orang akan mendengar suara retak diikuti dengan rasa sakit. Ini adalah keadaan darurat medis. Kami hanya memiliki enam sampai sepuluh jam untuk memperbaiki organ sebelum ada kerusakan permanen,” katanya.

Dr Lee menyarankan pria untuk meminimalkan risiko cedera dengan tidak melakukan hubungan seks yang terlalu kuat.

Exit mobile version