Site icon nuga.co

Suami-Istri Ribut? Awas Serangan Jantung

Siapa bilang pertengkaran suami istri adalah bumbu percintaan. Jangan percaya itu!! Sebab, sebuah studi terbaru mengatakan, pertengkaran pasangan, terutama yang terjadi dalam jangka waktu panjang, bisa memicu serangan jantung.

Hasil penelitian tersebut, juga menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terkena serangan jantung akibat tekanan dalam hubungan.

Sosiolog asal Michigan State University, Amerika Serikat, Dr. Hui Lui, yang mengepalai penelitian, menyebutkan wanita berisiko menderita serangan jantung, karena wanita cenderung memendam pikiran negatif, dibanding pria.

Penelitian yang sangat intens terhadap pasangan yang hidup dari tekanan akibat pertengkaran difokuskan pada pasangan yang berada dalam tahap berpacaran, bertunangan hingga menikah. Usia hubungan juga menjadi pertimbangan.

Dari penelitian, Dr Lui menyimpulkan bahwa semakin lama pasangan berada dalam hubungan yang penuh tekanan, dalam artian sering bertengkar, mereka juga semakin berisiko menderita depresi, tekanan darah tinggi, serta serangan jantung.

Sebaliknya, Dr Lui menemukan bahwa pernikahan yang bahagia meningkatkan kesehatan pasangan.

“Hal ini, berkaitan dengan stres yang dirasakan pasangan dalam hubungan yang buruk. Stres tersebut, berubah menjadi depresi yang kemudian bisa berimbas pada beragam penyakit lain, termasuk serangan jantung,” terang Dr Lui, dilansir Daily Mail.

Selain itu, hubungan yang tidak bahagia juga memicu pasangan melakukan gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, minum minuman beralkohol, atau mengonsumsi obat penenang.

Studi ini dipublikasikan di Journal Of Health And Social Behavior.

Sebuah penelitian lainnya dari Universitas Utah, Amarika serikat, juga menegaskan bertengkar dengan pasangan buruk untuk jantung. Penelitian itu menemukan, orang-orang yang berpikir pasangan mereka kurang bersikap mendukung dapat lebih mudah terkena penyakit jantung.

Menurut para peneliti di Utah suami istri yang sering bertengkar dan hidup dalam tekanan memiliki level tinggi pada pengerasan arteri. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa penyakit pada arteri tersebut dapat menyebabkan risiko kematian prematur.

“Ada penelitian besar yang menunjukkan bahwa hubungan kita dapat memprediksi rasio kematian, terutama dari penyakit kardiovaskular,” ucap Bert Uchino, psikolog dari Universitas Utah. Dr Uchino dan koleganya tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang kompleksitas hubungan dan keterkaitannya dengan prediksi kesehatan kardiovaskular.

Penelitian dilakukan terhadap pasangan dengan usia rata-ratatua untuk mengisi kuisioner tentang kualitas pernikahan mereka. Bersamaan dengan keterkaitannya dengan sikap mendukung antar satu sama lain.
Secara spesifik, mereka mengindikasikan seberapa bertentangannya pasangan mereka di saat mereka membutuhkan dukungan, saran, atau bantuan.

Penelitian menemukan bahwa ada sekitar tiga puluh persen individu melihat pasangan mereka sebagai pribadi yang memberi dukungan secara positif sedangkan tujuh puluh persen lainnya melihat pasangan mereka secara bertentangan, kadang membantu namun kadang mengesalkan.

Menggunakan CT scanner untuk memeriksa pengerasan secara umum pada arteri koroner, penelitian menemukan bahwa tingkat pengerasan arteri tertinggi dialami oleh pasangan yang hubungan mereka secara bertentangan.
Saat hanya satu individu yang merasakan hal tersebut, risiko pun berkurang. Efek yang terjadi sama antara pria dan wanita. Karena itu hal ini dapat dibandingkan baik untuk pria maupun wanita.

Diberikan pada pasangan yang telah menikah selama rata-rata 36 tahun, dapat diprediksikan bahwa kepuasan pernikahan secara umum memiliki dampak signifikan terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Namun, para penliti tidak menemukan hal tersebut sebagai kasus.

Ada aspek-aspek positif dan negatif yang dapat secara signifikan memprediksi kesehatan kardiovaskular. Faktor-faktor tersebut dapat secara independen menunjukkan kualitas pernikahan secara keseluruhan. Para peneliti berhipotesis bahwa saat kedua individu merasa pasangannya adalah sumber dari perasaan yang bertentangan, hal tersebut mengubah kelakuan mereka terhadap pasangannya.

Namun Dr Uchino dan koleganya tidak bisa secara pasti mengungkapkan bahwa pertentangan menimbulkan level pengerasan arteri yang tinggi karena penelitian tidak dilakukan pada partisipan setiap waktu.
Karena itu mereka tengah menyediakan keperluan-keperluan yang untuk studi lanjutan terhadap dukungan dalam hubungan dan kesehatan kardiovaskular.

Exit mobile version