Site icon nuga.co

Percaya? Cinta Itu Merusak Kesehatan

Anda putus cinta. Patah hati. Atau apa pun namanya yang berasal dari kasus “cinta,” pasti berakibat pada kerusakan kesehatan.

Percaya nggak! Cinta itu mampu merusak kesehatan Anda. Ya, Tuhan menganugerahkan cinta untuk membuat manusia saling mengerti dan memahami. Namun, memiliki pasangan juga bisa membawa efek buruk bagi kesehatan tubuh.

Paling tidak, apa yang ditulis oleh situs “health.com.” bisa menjadi rujukan bagaimana pengaruh cinta merusak kesehatan

Mengutip hasil sebuah riset yang dilakukan pada 2012, “healt.com,” menulis, rata-rata pasangan yang menikah pada tahun itu, mengalami kenaikan berat badan dan segera turun ketika mengalami perceraian.

Namun, hal ini berseberangan dengan pendapat Troiani, yang menjelaskan bahwa, “Pasangan yang bahagia akan saling memberikan motivasi agar lebih sehat, dan tidak sembarangan makan.”

Sebaliknya, menurut dia, pasangan yang hubungannya berakhir, rasa sedih dan kecewa akan memunculkan kebiasaan makan lebih agresif serta masalah tidur yang membuat berat badan melonjak.

Dalam tulisan berikutnya, “healt.com,” menjelaskan, ketika Anda bertengkar dengan pasangan, tak jarang perasaannya terbawa ke lingkungan sekitar.

Perangainya akan lebih pendiam, murung dan risau memikirkan hubungan Anda yang tak karuan. Hal tersebut semakin lama membuat Anda stres dan berat karena cinta.

Stres yang dipicu pertengkaran dalam rumah tangga kemudian bisa saja memicu dampak lebih parah, salah satunya naiknya tekanan darah yang bisa sebabkan penyakit darah tinggi bahkan stroke.

Bahkan penelitian yang lain mengungkapkan, pasangan yang menikahyang bertengkar tapi tinggal serumah dan tidur di satu ranjang akan mengalami gangguan pada tidur, seperti insomnia.

“Aktivitas tidur setiap orang pasti berbeda-beda. Jadi, jika mereka harus berbagi tempat tidur, pasti akan merasa terganggu,” ujar salah satu peneliti yang melaksanakan penelitian pada 2005 ini.

Hal yang paling banyak mendapat dampak buruk ialah perasaan. Hubungan dengan pasangan yang berakhir di tengah jalan, pasti akan menimpulkan sakit hati, bahkan dendam. Sakit hati yang dirasakan bisa memicu perilaku yang membahayakan kesehatan, seperti minum alkohol, melahap makanan tak sehat, dan perilaku buruk lainnya.

Dari sebuah penelitian liannya lagi, dokter spesialis kardiovaskuler dari John Hopskin School of Medicine, Amerika Serikat, Ilan Wittstein, menjelaskan rasa sakit hati karena putus cinta juga sangat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan.

“Sindrom patah hati ini melibatkan ketidakstabilan mental dan emosional yang mengakibatkan otot jantung Anda menjadi lemah sehingga mempengaruhi kinerja jantung Anda,” ujar Wittsetin saat diwawancara oleh stasiun televisi ABCnews, Ahad pekan lalu.

“Hingga saat ini sebenarnya belum ada orang yang tau bagaimana kinerja emosi dapat merusak jantung,” katanya.

Namun, menurut Wittstein, saat manusia mengalami patah hati atau sakit hati, ada hormon pemicu stress yang diproduksi secara berlebihan di dalam tubuh manusia. Produksi hormon yang berlebihan ini dapat mengganggu suplai darah ke jantung.

Secara fisiologi, sindrom patah hati memang tidak semenakutkan serangan jantung pada umumnya. Dalam sindrom patah hati, jantung seseorang tidak mengalami tekanan sebesar yang dialami pasien saat terkena serangan jantung.

“Sindrom sakit hati tidak sampai menghalangi darah sampai ke jantung. Hanya suplainya saja yang berkurang,” ujar Wittstein.

Selain mempengaruhi kinerja jantung, sindrom sakit atau patah hati juga dapat mengganggu kinerja kelenjar adrenalin Anda. Saat Anda putus cinta atau mengalami tekanan batin, kelenjar adrenalin mulai mengacaukan produksi hormon kortisol.

Kekacauan ini sangat tergantung pada seberapa besar dampak putus cinta itu dalam pikiran Anda.

Putus cinta juga mempengaruhi berbagai organ tubuh lainnya. Seperti perut, mata dan yang terbesar adalah sistem pusat otak Anda. Saat Anda memiliki perasaan senang saat menemukan pasangan, darah mengalir secara baik ke bagian pusat kesenangan Anda di otak yang disebut tegmental ventral.

Namun ketika Anda putus cinta, darah akan mengalir ke dua bagian otak, yang disebut korteks somatosensori sekunder dan insula posterior dorsal. Kedua bagian ini yang memproduksi rasa sakit secara fisik di tubuh Anda.

“Itulah mengapa ketika Anda putus cinta atau sakit hati, Anda merasa pegal dan sakit di beberapa bagian tubuh,” ujar Wittstein.

Stress karena putus cinta juga dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi atau menyembuhkan peradangan sel dalam tubuh Anda. Akibatnya, Anda akan mengalami sakit yang sebelumnya tidak pernah Anda alami.

Exit mobile version