Site icon nuga.co

“Penyakit” Pikun Bisa Datang dari Kelahiran

Pikun?

Ya. Itulah “penyakit” yang paling ditakuti oleh mereka berusia lanjut.

Ya juga, ketika pikun datang dan mereka terlempar ke dunia keterasingan.

Apakah semua orang ketika memasuki usia tua akan terkena pikun?

Jawabannya datang dari hasil penelitian terbaru dari Mayo Clinic Alzheimer’s Disease Research Center, Rochester, Minnesota.

Menurut hasil studi itu , sebagian orang  memang terlahir dengan risiko demensia atau kepikunan bawaan.

Tetapi bukan berarti kondisi ini tak dapat ditunda, bahkan dihindari.

Dan mereka juga  menemukan ada sejumlah kegiatan yang bisa membantu melindungi otak dari demensia

Aktivitas ini dianggap mampu membuat otak selalu ‘sibuk’, di antaranya menggunakan komputer, membuat kerajinan tangan, bermain dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

Fakta ini diperoleh setelah peneliti mengamati lebih dari ribuan orang dengan kondisi mental yang sehat selama empat tahun. Usia rata-rata mereka adalah tujuh puluh tujuh tahun.

Selama studi berlangsung dilaporkan ada empat ratus lima puluh partisipan yang mengalami gangguan kognitif ringan, yang bisa jadi indikator awal terjadinya demensia dan Alzheimer.

Namun mereka yang aktif melakukan kegiatan-kegiatan seperti disebut di atas memang memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami gangguan pola pikir dan daya ingat.

Penurunan risikonya sebesar tiga puluh persen dengan penggunaan komputer; dua puluh delapan persen dengan membuat kerajinan tangan; dua puluh tiga persen dengan terlibat dalam aktivitas sosial; serta dua puluh dua persen untuk aktivitas bermain.

“Kegiatan yang menstimulasi otak terbukti dapat mengurangi risiko gangguan kognitif ringan,” kata salah satu peneliti, Dr Ronald Petersen seperti dilaporkan Health.com.

Menariknya, manfaat kegiatan ini juga bisa dirasakan oleh mereka yang terlahir dengan apoliprotein E  faktor risiko genetik untuk demensia dan Alzheimer.

“Otak seperti diajak ‘berolahraga’ karena kegiatan ini memicu stimulasi, di antaranya ketika diminta menyelesaikan suatu masalah atau mencarikan solusi,” terang Peterson.

Namun yang tak kalah penting adalah tetap melakukan aktivitas outdoor.

Menurut Peterson, untuk menjadi lansia yang berkualitas, seseorang tidak hanya harus terus melatih otaknya tetapi juga tetap melakukan aktivitas di luar ruangan atau berinteraksi secara sosial.

“Lebih bagus lagi jika Anda melakukan sesuatu yang Anda sukai, maka ini akan memberikan dampak nyata untuk kesehatan Anda secara menyeluruh,” tutupnya.

Penelitian terbaru lainnya dari University of Illinois menunjukkan bahwa konsumsi brokoli, bayam dan kuning telur bermanfaat pada daya ingat seseorang di usia tua.

Makanan tersebut mengandung lutein yang bermanfaat untuk menjaga fungsi otak.

Senyawa pelindung dapat ditemukan dalam berbagai sayuran berdaun hijau tersebut membantu mempertahankan tingkat kecerdasan. Diyakini menumpuk di otak, di mana ia memiliki efek perlindungan pada daerah yang bertanggung jawab atas memori seseorang.

Peneliti menguji ratusan orang dewasa usia diatas enam puluhan tahun  berdasarkan tingkat kecerdasan mereka.

Kemudian, sampel darahnya juga dikumpulkan untuk menentukan kadar lutein.

Sementara itu pemindaian Magnetic Resonance Imaging  dilakukan untuk menganalisis struktur otak.

Para ilmuwan berfokus pada bagian korteks temporal, suatu wilayah otak yang berperan dalam fungsi kecerdasan.

Mereka menemukan peserta dengan kadar lutein dalam serum darahnya cenderung mendapatkan hasil lebih baik dalam tes kecerdasan.

“Kami hanya bisa berhipotesis pada saat ini bagaimana lutein dalam makanan mempengaruhi struktur otak. Ini mungkin memainkan peran anti-inflamasi atau alat bantu dalam persinyalan sel-sel.”

“Tapi temuan kami menambah bukti yang menunjukkan bahwa nutrisi tertentu memperlambat penurunan terkait usia dalam kognisi yang mempengaruhi fitur khusus dari penuaan otak.” kata peneliti utama Aron Barbey seperti dikutip Dailymail.

Temuan ini didukung oleh penelitian sebelumnya di Florida International University, yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers Ageing Neuroscience.

Dalam penelitian tersebut mereka membuktikan bahwa lutein juga membantu untuk menangkal hilangnya fungsi penglihatan.

Lutein juga dapat membantu mencegah degenerasi makula, yakni penyakit degeneratif yang merupakan penyebab utama kebutaan di negara maju.

Sementara itu, lutein juga dipercaya membantu untuk menangkal keriput sebagai gejala penuaan dengan menjaga elastisitas kulit.

Pikun atau yang dalam istilah medis disebut sebagai memory loss ternyata tak hanya terjadi karena penyakit demensia. Pakar mengatakan pikun juga bisa terjadi karena bertambahnya usia.

Dr Ho King Hee, pakar neurologi dari Gleneagles Hospital Singapore mengatakan pikun atau memory loss memang acap kali terjadi pada lansia.

Hal ini terjadi karena semakin bertambahnya umur, maka fungsi kognitif otak akan berkurang sedikit demi sedikit.

“Tapi memory loss yang terjadi karena bertambahnya umur ini berbeda dengan memory loss karena demensia. Pikun karena lanjut usia membuat Anda lupa akan sesuatu hal dan Anda menyadarinya.”

“Sementara demensia memengaruhi fungsi otak yang membuat Anda sulit mengambil keputusan dan terkadang merubah perilaku,” ungkap Dr Ho, dalam Annual Scientific Meeting Gleneagles Hospital

Exit mobile version