Site icon nuga.co

Menghadapi Perasaan Malu Menurut Sains

Rasa malu kadang dapat berdampak besar untuk diri sendiri.

Dengan menghadapi rasa malu, kita dapat terlepas dari situasi sulit.

Saat Anda sedang mengalami situasi memalukan, para ahli menghimbau agar Anda membayangkan diri Anda sebagai orang lain yang tidak terlibat dalam situasi Anda. Hal ini terbukti lebih memudahkan kita melalui masa sulit.

Menurut studi yang terbit di jurnal Motivation and Emotion, cara ini dapat melepaskan diri dari situasi memalukan dan membuat orang lain tidak memperburuk keadaan.

Peneliti sekaligus penulis laporan, Li Jiang, dari Pusat Penelitian Perilaku dan Keputusan Carnegie Mellon University berkata triknya adalah melihat diri Anda dari sudut pandang orang ketiga atau pengamat anonim yang tidak terlibat dalam situasi memalukan Anda.

“Sering kali kita malu karena orang lain akan memikirkan sesuatu tentang kita. Lewat perspektif orang ketiga, hal ini akan memberi jarak yang lebih jauh dari situasi memalukan,” kata Li Jiang dilansir Time

Li Jiang melibatkan ahasiswa yang diberitahu bahwa peneliti mencari relawan untuk mendiskusikan bagaimana dokter berkomunikasi mengenai masalah kesehatan yang sensitif seperti penyakit menular seksual.

Para peserta kemudian diminta memilih satu dari dua survei.

Versi pertama bertanya seberapa besar kemungkinan mereka menjadi sukarelawan untuk studi tersebut dan bagaimana perasaan mereka selama sesi.

Sesi pada versi pertama meminta responden menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi dan kemudian bagaimana mereka mengharapkan para peneliti berpikiran tentang mereka.

Versi kedua menanyakan pertanyaan yang sama dalam urutan berlawanan. Di sini peneliti ingin memaksa responden untuk mempertimbangkan proses pemikiran para peneliti terlebih dahulu.

Menurut Li Jiang, orang yang paling rentan terhadap rasa malu lebih mungkin mengambil survei kedua.

Ada tiga jenis rasa malu yang mungkin kita rasakan.

Yang pertama adalah malu karena melakukan kesalahan yang sebenarnya tidak salah secara moral atau norma sosial.

Misalnya jatuh tersandung di depan umum atau salah kostum. Sedangkan rasa malu yang kedua bisa muncul ketika Anda melakukan sesuatu yang dianggap menyalahi moral, kode etik, atau norma sosial .

Misalnya Anda tahu bahwa rekan kerja Anda menggelapkan uang perusahaan, tapi Anda tidak berbuat apa-apa untuk menghentikannya.

Rasa malu yang ketiga sebenarnya lebih kepada keinginan untuk membaur seperti orang-orang di sekitar, tapi tidak bisa karena dirinya memang berbeda.

Contohnya adalah seorang pasien kanker yang rambutnya rontok karena kemoterapi. Ia mungkin merasa malu di sekolah karena penampilannya berbeda dengan teman-temannya.

Malu bisa ditandai juga secara fisik, antara lain dengan wajah yang memerah, mata terbelalak kaget akibat malu.

Perasaan ini juga menghasilkan keinginan untuk bersembunyi, menghilang, atau parahnya bahkan ingin bunuh diri.

Sebenarnya rasa malu berguna untuk mencegah seseorang melakukan hal-hal yang melenceng dari norma dan nilai sosial. Akan tetapi, terus-terusan tenggelam dalam rasa malu tidak akan membantu Anda untuk melanjutkan hidup.

Karena itu, Anda perlu berdamai dengan rasa malu tersebut. Meskipun memang tidak mudah dan coba evaluasi dan tulis apa saja yang membuat Anda merasa malu.

Ini mungkin sulit pada awalnya, karena tidak dipungkiri kalau Anda juga malu untuk mengingat dan mengungkapkannya pada diri sendiri.

Pahami dengan dalam mengapa Anda merasa malu, bisakah rasa malu itu dihilangkan, apa yang bisa membuat Anda tidak malu lagi, serta bagaimana mengantisipasi diri agar tidak semakin malu.

Begitu Anda tahu apa yang membuat Anda malu, Anda bisa mulai mempelajai pemicunya dan memecahkan kegelisahan Anda ini.

Terkadang, pikiran negatif bisa menjadi racun bagi rasa malu yang sudah Anda miliki. Dengan terus menerus berpikir negatif seperti, “ Apa kata orang-orang soal saya nanti?” atau, “Bagaimana kalau saya dicap sebagai orang memalukan seumur hidup?”

Anda bisa menenggelamkan diri dalam pikiran negatif. Pikiran ini tidak akan membuat diri Anda jadi lebih baik. Yang ada malah makin malu dan terpuruk.

Tugas Anda adalah mengolah perasaan malu dengan menantang pemikiran Anda sendiri.

Misalnya Anda malu karena harus mengulang banyak mata kuliah di semester depan. Daripada merasa malu dan tidak semangat belajar, tantang diri Anda sendiri.

Misalnya dengan berkata, “Aku memang harus mengulang beberapa mata kuliah, tapi di semester ini aku bakal lebih semangat dan rajin. Lagipula, tidak mengulang mata kuliah bukan jaminan pasti cepat lulus dan sukses.”

Tidak ada yang ingin merasa malu atau dipermalukan. Namun, ketika itu terjadi, Anda tidak bisa menghapusnya begitu saja dari ingatan.

Hal pertama yang wajib Anda lakukan adalah menerima kalau rasa malu itu memang Anda rasakan. Anda tidak boleh menyangkal dan menganggap diri Anda baik-baik saja.

Anda harus menerima rasa malu tersebut untuk bisa melawannya. Dengan mengakui perasaan Anda, Anda juga bisa menjadi orang yang kembali percaya diri dan positif. Penerimaan diri sendiri ini lebih penting ketimbang harus terus-menerus menutupi rasa malu yang Anda punya.

Memang menyebalkan bila masih saja ada orang-orang yang terus mengingatkan Anda soal hal memalukan yang sudah terjadi.

Jika masih ada orang yang seperti itu, atau sengaja menyinggung supaya Anda tambah malu, ada baiknya hindari orang-orang “beracun” tersebut.

Anda punya hak untuk memilih siapa yang akan berada di sekeliling Anda dan siapa yang tidak. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang mendukung, memahami, dan mencintai Anda.

Exit mobile version