Site icon nuga.co

Mengapa Ada Orang yang Hobi Terlambat

Anda pasti tahu apa itu “jam karet”

Sering terlambat.

Bahkan ada orang yang memiliki “penyakit” untuk dijadikan “hobi” terlambat.

Nah,  kebiasaan buruk ini dapat membuat citra Anda menjadi negatif dan kurang profesional.

Sebenarnya ada alasan psikologi yang bisa menjelaskan mengapa kebiasaan buruk ini terus melekat pada diri seseorang.

Sebuah penelitian menunjukkan, karyawan yang melakukan banyak pekerjaan sekaligus multitasking cenderung sering datang terlambat ke kantor dibanding mereka yang fokus pada satu aktivitas di satu waktu.

Siasati dengan membuat pengingat di ponsel atau laptop yang akan memberi alarm paling tidak lima belas menit sebelum meeting atau janji temu lainnya.

Jam biologis tubuh bisa membantu kita mengatur waktu. Orang yang selalu terlambat biasanya mengalami gangguan dalam persepsi waktu.

Misalnya saja Anda malah sibuk membaca lini masa di media sosial padahal pada saat yang sama seharusnya Anda sudah siap meninggalkan rumah untuk ke kantor.

Anda mengira baru 5 menit berselancar di media sosial, padahal faktanya sudah dua puluh menit.

Orang yang punya hobi terlambat biasanya cenderung meremehkan waktu.

Pada umumnya mereka yang berkepribadian tipe B yang cenderung santai memang sering “ngaret”.

Memang tak ada yang salah dengan sikap santai dan tak suka terburu-buru, tetapi penting juga untuk memperhatikan perasaan orang lain yang menunggu.

Cobalah menambahkan beberapa menit dalam estimasi waktu Anda.

Ada beberapa kebiasaan yang menyebalkan seperti kebiasaan untuk membuat kita menunggu.

Tetapi, meskipun banyak yang mungkin Anda pikirkan ketika menunggu mereka, tampaknya tak mungkin rekan atau teman Anda hanya sekedar berlaku egois.

Melihat ke dalam psikologi keterlambatan memberikan sekilas ke dalam akal yang mungkin tidak berfungsi. Tetapi juga tak cukup satu kali perbaikan.

Persepsi dari orang yang terlambat selalu negatif – meski itu salah kaprah.

“Sangat mudah untuk mempersepsikan mereka tidak terorganisasi, rusuh, kacau dan kurang mempedulikan yang lain,” kata Harriet Mellotte, seorang terapis perilaku kognitif dan psikologi klinis sebuah tempat pelatihan di London. ”

“Di luar praktek klinik saya, jika yang lain terlambat bisa membuat saya marah!”

Tantangan – tepat waktu – seringkali luar biasa waspada dan merasa malu dengan dampak keterlambatan mereka.

Tetapi, banyak orang yang terlambat setidaknya terorganisir dan ingin membuat teman-teman, keluarga dan bos senang.

Tantangan – tepat waktu – seringkali luar biasa waspada dan merasa malu dengan dampak keterlambatan mereka dapat berpengaruh pada hubungan mereka, reputasi, karir dan keuangan.

“Sementara ada mereka yang mendapat beban dengan membuat orang menunggu, jika Anda tipikal, Anda tidak suka terlambat,”

” Diana DeLonzor penulis buku Never Be Late Again. “namun keterlambatan tetap menjadi musuh Anda.”

Hak atas foto Getty Images Image caption Ada banyak alasan untuk keterlambatan, tetapi pemberian alasan seringkali tidak mendapatkan simpati.

Sejumlah alasan, terutama untuk keterlambatan yang akut, yang cukup diterima secara universal – sebagai contoh sebuah kecelakaan atau sakit.

Tetapi alasan lainnya tidak mudah untuk diterima.

Sejumlah orang yang terlambat akan melewatinya sebagai gejala untuk berpikir besar dan peduli dengan masalah keangkuhan dibandingkan menepati waktu, sebagai permainan kata-kata, tanda untuk melakukan sebuah pekerjaan terbaik dalam tekanan waktu, atau memiliki jam tubuh seperti burung hantu malam dibandingkan dengan seekor burung bernyanyi.

Joanna, merupakan seorang guru di London yang tidak ingin nama keluarganya disebutkan, mengatakan reputasinya sebagai orang yang terlambat kadang dikaitkan dengan sebuah perbedaan pendapat.

“Seorang teman akan bertanya kepada saya untuk mampir, dan kemudian mereka akan mengatakan ‘datanglah kapan saja mulai pukul tujuh,” kata dia. “Tetapi jika saya datang diatas jam delapan atau lebih, mereka merasa kesal.”

Menjadi orang yang selalu terlambat bisa jadi bukan salah Anda. Itu bisa jadi tipe anda.

Tantangan untuk tepat waktu – seringkali memiliki andil dalam karakteristik kepribadian seperti optimism, tingkat kontrol diri yang rendah, kecemasan, atau kecenderungan untuk mencari sensasi, kaa para ahli.

Perbedaan kepribadian juga dapat mendikte bagaimana kita mengalami berlalunya waktu.

Dia bertanya kepada mereka untuk menilai, tanpa menggunakan jam, berapa lama waktu satu menit akan berlalu

Hak atas foto Getty Images Image caption Sebuah studi pada 2001 menunjukkan perbedaan kepribadian dapat memerintahkan bagaimana kita menjalani pergantian waktu.

Orang yang terlambat seringkali memiliki sebuah “perasaan yang aneh untuk mengalahkan diri mereka sendiri,” tulis orang yang mengklaim diri sebagai orang yang terlambat dan ahli dari TED

Tentu saja, ada banyak alasan untuk keterlambatan, tetapi banyak yang menimbulkan beban pada diri sendiri. Bagi pemula, ada antisipasi untuk menjadi terlambat, atau bahkan terlalu banyak perhatian terhadap hal yang mendetail.

Bagi Joanna, contoh yang paling menimbulkan stres yaitu laporan sekolah menulis. “Saya tidak pernah menetapkan tenggat waktu, dan menempatkan terlalu banyak kecemasan untuk benar-benar menilai setiap anak. Tetapi faktanya bahwa mereka terlambat menguranginya.”

Hak atas foto Getty Images Image caption Jika Anda secara konstan terlambat, teman-teman dan kolega mungkin akan berpikir Anda tidak menghormati waktu mereka.

Bagi beberapa orang, keterlambatan merupakan sebuah “konsekuensi dari kondisi gangguan jiwa yang berbahaya atau kondisi neurologis, “kata Mellotte.

“Orang dengan diagnosa kecemasan seringkali menghindari situasi tertentu,” sebagai contoh, kata Mellotte.

“Individu dengan kepercayaan diri rendah mungkin sekali kritis terhadap kemampuan mereka yang membuat mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengecek kerja mereka.”

Dan depresi seringkali datang dengan energi yang rendah, sehingga menyulitkan untuk pengerahan motivasi untuk melakukan semua.

Dr Linda Sapadin, seorang psikolog di praktik swasta di new York dan penulis buku How to Beat Procrastination in the Digital Age mengatakan, sejumlah keterlambatan yang menetap muncul dari “sebuah masalah berpikir yang obsesif.”

Exit mobile version