Site icon nuga.co

Ketika Pria Gagal Penyelesaian Akhir

Media Inggris terkenal “mirror,,” hari ini, Rabu, 23 Agustus 2016,  mengingatkan tentang sulitnya seorang pria membuat penyelesaian akhir kala berhubungan akibat peyronie yang merupakan penyakit  penumpukan kolagen atau jaringan parut pada penis.

Dampak dari penyakit ini adalah, penis menjadi bengkok saat ereksi.

Selain itu, Mr P juga terasa nyeri dan mengalami peradangan sehingga sangat mengganggu saat berhubungan seksual.

Meski jarang dibicarakan, ternyata cukup banyak pria yang terkena kondisi peyronie yang bisa mengganggu hubungan seksual.

Di Inggris, setidaknya satu dari dua puluh pria memiliki penyakit peyronie, dan enam dari sepuluh pria  itu mengalami depresi karena masalah ini.

Banyak kasus peyronie tidak terungkap karena sangat sedikit pria yang datang untuk berobat ke dokter. Akibatnya, gangguan ini tidak pernah tertangani dengan baik.

Padahal, dalam dunia medis saat ini, pengobatan peyronie tak perlu pembedahan terbuka.

Kondisi peyronie sering dianggap sebagai hal yang memalukan karena banyak pria gagal bercinta karena hal ini.

Mereka pun jadi kurang percaya diri karena merasa kurang maskulin, dan kepuasan seksual menurun. Bukan tak mungkin jika mereka akhirnya akan mengalami depresi.

Peyronie yang membuat penis menjadi bengkok umumnya terjadi pada pria berusia empat puluhan hingga enam puluhan tahun.

Penyebabnya hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun, para ahli menduga, peyronie bisa terjadi akibat trauma pada penis, cedera saat berhubungan seksual, ataupun operasi.

Kekurangan vitamin E dan hal terkait genetis juga diduga sebagai faktor risiko dari peyronie.

Menurut perkumpulan di Inggris yang peduli dengan masalah ini, peyronie tak cukup hanya diatasi dengan obat-obatan.

Pasien juga butuh dukungan psikologis untuk meningkatkan kepercayan diri agar bisa kembali mendapat kepuasan seksual.

Peyronie adalah istilah medis yang menggambarkan alat kelamin pria yang bengkok.

Kondisi tersebut sering kali menyulitkan kaum Adam saat mengalami ereksi, bahkan membuat ereksi terasa menyakitkan.

Namun, keadaan itu kini dapat diatasi menyusul disetujuinya obat untuk peyronie bernama Xiaflex oleh lembaga pengawas makanan dan obat Amerika Serikat.

Para peneliti mengatakan, selama ini memang sudah ada beberapa obat yang telah digunakan untuk mengatasi peyronie, tetapi sebenarnya obat-obatan itu disetujui dan dikeluarkan izinnya untuk mengobati penyakit lain.

Xiaflex merupakan obat pertama yang disetujui untuk digunakan mengobati peyronie. Selain itu, pilihan pengobatan lainnya adalah operasi.

“Disetujuinya izin edar membuat obat ini menjadi pilihan bagi pria yang mengalami penyakit peyronie,” ujar Audrey Gassman, Direktur Deputi Divisi Tulang, Reproduksi, dan Produk Urologi FDA.

Xiaflex diperuntukan bagi pria yang mengalami benjolan pada penisnya, hasil dari pembengkokan paling tidak tiga puluh derajat dari ereksi.

Obat tersebut dapat menghancurkan jaringan ikat pada penis yang membuat adanya perubahan bentuk penis.

FDA menyatakan, efek samping dari obat meliputi kumpulan darah di bawah kulit penis, pembengkakan penis, nyeri pada penis, bahkan “patah” penis.

Karena adanya efek samping tersebut, dokter perlu lebih berhati-hati meresepkan obat ini.

Menurut situs kesehatan Mayo Clinic, pembengkokan penis sendiri disebabkan oleh bekas luka pada jaringan di bawah kulit penis yang dirasakan seperti benjolan.

Bekas luka tersebut biasanya didapat setelah penis mengalami cedera dari berhubungan seks atau olahraga.

Weill Cornell Medical College mengatakan, belum jelas berapa data pria yang mengalami kondisi tersebut, tetapi diperkirakan mencapai satu hingga tiga persen dari populasi pria.

Data sulit didapatkan karena kebanyakan pria masih sangat tertutup dengan kondisi tersebut, bahkan tidak mengetahui jika mengalaminya.

Banyak kasus peyronie tidak terungkap karena sangat sedikit pria yang datang untuk berobat ke dokter. Akibatnya, gangguan ini tidak pernah tertangani dengan baik. Padahal, dalam dunia medis saat ini, pengobatan peyronie tak perlu pembedahan terbuka.

Kondisi peyronie sering dianggap sebagai hal yang memalukan karena banyak pria gagal bercinta karena hal ini. Mereka pun jadi kurang percaya diri karena merasa kurang maskulin, dan kepuasan seksual menurun. Bukan tak mungkin jika mereka akhirnya akan mengalami depresi.

Peyronie yang membuat penis menjadi bengkok umumnya terjadi pada pria berusia 41-60 tahun. Penyebabnya hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun, para ahli menduga, peyronie bisa terjadi akibat trauma pada penis, cedera saat berhubungan seksual, ataupun operasi.

Kekurangan vitamin E dan hal terkait genetis juga diduga sebagai faktor risiko dari peyronie.

Menurut perkumpulan di Inggris yang peduli dengan masalah ini, peyronie tak cukup hanya diatasi dengan obat-obatan.

Pasien juga butuh dukungan psikologis untuk meningkatkan kepercayan diri agar bisa kembali mendapat kepuasan seksual.

Exit mobile version