Site icon nuga.co

Cara untuk Melawan “Penyakit” Kesepian

Kesepian?

Ya, siapa yang nggak pernah kesepian

Hampir semua orang pernah merasa kesepian.

Bahkan jika Anda punya kesibukan segudang dan dikelilingi oleh banyak orang setiap hari, tak menutup kemungkinan Anda tetap bisa merasa kesepian.

Ini karena pasti akan ada saat-saat di mana Anda merasa hampa; tidak ada seorang pun yang bisa memahami, mendengarkan, menghargai, atau mendukung Anda.

Banyak yang berasumsi bahwa kesepian baru hanya bisa dirasakan oleh orang yang usianya sudah tua.

Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa puncaknya rasa kesepian justru paling rentan dirasakan oleh orang-orang muda.

Begitu kata Guy Winch, PhD, seorang psikolog sekaligus penulis buku berjudul Emotional First Aid: Healing Rejection, Guit, Failure, dan Other Everyday Hurts, lewat artikel tulisannya di Psycology Today.

Winch mengutip sebuah studi terbaru yang menunjukkan bahwa orang-orang dewasa muda di bawah usia tiga puluh tahun adalah kelompok orang yang paling rentan merasa kesepian dibanding kelompok usia lainnya.

Kemudian, studi lain yang dilakukan oleh Office for National Statistics  melaporkan bahwa sebanyak sepuluh persen orang Inggris berusia enam belas hingga dua puuh empat tahun merasakan kesepian tiga kali lebih parah daripada orang usia enam puluh lima tahun ke atas.

Rasa kesepian justru malah akan mulai menyusut ketika memasuki usia tiga puluh lima  tahun hingga delapan puluh tahun.

Anda mungkin selama ini menganggap bahwa lansia adalah orang-orang yang paling merasa kesepian karena memang fungsi otak dan gerak tubuh mereka yang makin terbatas.

Hal ini mungkin membuat mereka kekurangan waktu dan kesempatan untuk berkegiatan serta berinteraksi dengan orang lain. Beberapa di antaranya juga merasakan kehilangan pasangan hidup.

Faktor-faktor tersebut memang bisa meningkatkan rasa kesepian pada lansia. Namun pada usia tersebut, mereka jauh lebih kebal menghadapi kesepian karena sudah melewati berbagai asam garam kehidupan dan lebih ingin berkutat pada kesehatannya.

Sebaliknya, anak muda paling rentan mengalami dampak negatif dari rasa kesepian karena kemungkinan besar mereka belum tahu betul bagaimana cara mengatasi kondisi ini.

Terlebih, gaya hidup anak muda zaman sekarang yang serba individual membuat mereka merasa tidak memiliki hubungan dengan orang lain yang bisa membuat ia merasa dibutuhkan atau diinginkan.

Apabila Anda tidak terlalu akrab atau tidak punya ikatan yang kuat dengan orang-orang di sekitar, Anda bisa tetap merasa kesepian.

Apalagi jika ditambah anak muda tersebut kekurangan kasih sayang orangtua akibat perceraian, kehilangan orang yang disayangi, tidak percaya diri, serta terpengaruh dengan sosial media.

Keterbatasan akses untuk mencari tempat curhat serta efek trauma psikologis ini bisa membuat rasa kesepian akan semakin parah.

Pertimbangkan melakukan konsultasi pada psikolog, jika kesepian yang Anda rasakan tidak kunjung menghilang.

Semakin bertambah usia, orang akan semakin sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga lebih jarang berinteraksi dengan orang-orang terdekat yang juga sama-sama sibuk.

Banyak juga orang lanjut usia yang sudah tidak punya banyak kegiatan dan orang-orang di sekitarnya seperti anak dan cucu jarang datang berkunjung. Hal inilah yang mengundang munculnya rasa kesepian pada orang tua.

Meski begitu, kesepian tetap bisa menghantui setiap orang, terlepas dari berapa usianya. Hanya saja kesepian pada orang lanjut usia lebih mengkhawatirkan karena akan sangat berdampak pada kesehatan.

Lansia memang rentan mengalami berbagai keluhan soal kesehatan akibat proses penuaan. Bila dibumbui dengan kesepian, lansia mungkin semakin kesulitan menjaga pola hidup sehat.

Fakta tentang kesepian ini mungkin tidak Anda sangka. Ya, kesepian bisa “menular” dari satu orang ke orang lainnya seolah penyakit yang mewabah.

Susan Newman, Ph.D., seorang pakar psikologi klinis sekaligus penulis buku Parenting An Only Child mengatakan bahwa teman dan keluarga orang yang merasa kesepian punya peluang lima puluh dua persen lebih besar untuk juga mengalami kesepian.

Tahukah Anda bahwa orang yang kesepian rentan terkena penyakit?

Ya, beberapa penelitian telah menemukan bahwa rasa kesepian dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Sepertiga orang yang kesepian juga rentan memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang merasa bahagia karena dikelilingi teman atau keluarganya.

Ditemukan juga dugaan penelitian bahwa orang yang kesepian pada dasarnya memang sudah punya kondisi kesehatan yang kurang baik. Maka, tak jarang mereka malah menarik diri dari lingkungannya sehingga akhirnya semakin merasa kesepian.

Kesepian juga bisa membuat seseorang jadi lebih cuek terhadap kesehatan.

Misalnya Anda jadi sering begadang dan kurang tidur, makan sembarangan, kecanduan alkohol, lebih sering merokok, atau malas bergerak. Inilah yang akhirnya mengancam kesehatan masyarakat.

Meskipun kesepian bisa merugikan kesehatan fisik dan mental, hal ini bisa diatasi. Berbeda dengan penyakit mental seperti depresi atau gangguan bipolar, kesepian pada dasarnya bersifat sementara.

Kesepian justru bisa menjadi sinyal bagi diri Anda untuk mencari teman baru atau memperdalam hubungan Anda dengan orang-orang terdekat.

Exit mobile version