Site icon nuga.co

“Trade Mark” Tarian Saman Adalah “Rancak”

Tari saman oleh banyak orang menamakannya dengan tarian tangan “seribu.”
Dan tarian ini sejak  satu dekade lalu, disepakati oleh unesco sebagai  warisan budaya dunia bukan benda
Dan,  dihari-hari mendatang, tepatnya, 24 November,  tarian ini berulang tahun. Ia menngenapkan hitungan kesembilan sebagai milik dunia.
Tari saman bukan sembarang tarian seperti umumnya joget melayu.
Selain bernilai estetika, tarian  ini menjadi portal kemanunggalan antara hamba dengan Sang Pencipta.
Di satu sisi, menjadi rambu-rambu pergaulan dalam kehidupan sehari-hari.
Syair-syair yang berasal dari kalam Ilahi diikuti pesan dakwah kerap diselipkan, lebih tepatnya wajib ada, di dalam tarian ini. Unsur spiritual atau konsep keagamaan yang ada di dalamnya membuat tarian ini sakral, bahkan dianggap mistis oleh sebagian orang.
Jika didengarkan dengan teliti, terdapat kalimat salam dan tahlil dalam larik yang diucapkan oleh para penari saman.
Cobalah simak guman serempak dari penarinya yang menyuarakan, “mmm uo lesa, mmm uo lesa, uooo lesa, uo lesa, lesalamaalaikum”, atau, “hemmm lailalaho, hemmm lailalaho, lahoyasare hala lemha hala lahoya hele lemha hele”.
Sebagai ekspresi komunal, tari saman memuat sistem simbol yang terorganisir dari sistem sosial masyarakat Gayo. Penyajiannya memberi kontribusi serta menjadi media alternatif dalam merekontruksi dinamika kehidupan sosial dan budaya.
Di dalam tarian tersebut terdapat syair, “ike manut peh ko gere kueten kerna geh peh aku ku uken gere cerakiko”. Artinya, kalaupun kamu hanyut, tidak saya angkat, karena, ketika saya datang ke udik dulu, tidak kamu tegur. Syair ini mengingatkan kembali pentingnya tidak bersifat sombong terhadap orang lain.
Kesombongan hanya akan membawa akibat berupa penderitaan pada diri sendiri. Dalam gerakannya yang cenderung terbatas dan sederhana, itu tari saman membawa penarinya dalam kondisi ekstase. Tak ubah tarian sufi yang dipraktikkan oleh ordo Dervish dan Mevlevi.
Lantas dari mana asal muasal tari saman ini?
Sampai kini belum ada naskah khusus yang merepresentasikan sejarah tari saman secara lengkap. Karena budaya tulis pada masa silam masih kurang, sejarah asal muasal tari saman lebih banyak disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut, yang dalam bahasa Gayo dikenal dengan “kéné bekéné”, artinya, konon kata orang.
Banyak pula yang yakin saman telah ada sebelum Belanda datang ke Aceh.
Alasannya, kata ‘saman’ tercantum dalam kamus Gayosche – Nederlandech Wooddenboek met Nederlandsch – Gajosch Register, Batavia : Landsrukkerij Hazeu, di permulaan abad lalu
Dalam penelitiannya mengenai tari saman, diungkapkan  kata ‘saman’ berasal dari salah seorang ulama Tarekat Sammaniyah.
Ulama ini terinspirasi dari tarian masyarakat Gayo yang dikenal dengan nama Pok Ane-Ane.
Gerakan tarian tersebut tidak jauh berbeda dengan gerakan tari saman pada saat ini. Pok Ane-Ane mengandalkan tepukan kedua belah tangan dan tepukan ke paha sembari melantunkan syair tertentu. Syekh Muhammad Saman memanfaatkan tarian sebagai medium dakwah di tanah Gayo.
Ia menanamkan unsur-unsur ketauhidan di dalam tarian yang baru diciptakannya itu. Sumber lain menyebutkan, tari saman berasal dari jazirah Arab.
Bahwa tarian ini awalnya dilakukan oleh delapan orang sehingga dinamai ‘saman’, tetapi, pendapat ini diragukan banyak pihak, karena nilai estetis saman malah terletak pada jumlah penarinya yang ganjil. Keharmonisannya tampak dari gerakan sarang-saring.
Gerakan ini merupakan gerakan bergantian, di mana penari bilangan ganjil bergerak ke atas, sedang bilangan genap ke bawah. Teknik Tari Saman Penari saman umumnya laki-laki.
Gerakan tari saman terpusat pada kesejajaran para penari dalam garis saf, yang duduk bersimpuh seperti orang sedang tasyahud dalam gerakan salat.
Kegiatan inti dalam tarian ini berupa gerakan tangan dan kepala diiringi syair. Ini berbeda dengan tari seudati, yakni tarian khusus laki-laki lainnya di Aceh, yang dilakukan dalam posisi berdiri. Saat menarikan saman, para penari duduk berjajar serta saling merapatkan bahu.
Kedua tangan berada di antara sela paha kiri dan kanan, di mana dada ditegakkan, serta pandangan mata lurus ke depan. Setiap penari punya tugas dan tanggung jawab masing-masing. Titik sentral dalam barisan saman disebut syekh atau penangkat, selaku orang yang menentukan gerak, level gerakan, serta syair.
Penari yang bertugas membantu penangkat adalah pengapit. Pengapit diperlukan jika sewaktu-sewaktu syekh luput atau lupa akan syairnya.
Penari yang bertugas mengikuti komando penangkat disebut penyepit. Terakhir, penopang, yang berperan sebagai pendukung serta yang menopang keutuhan posisi penari lain agar tetap rapat dan utuh. Kendati tampak tak terlalu penting, posisi ini malah terbilang sentral.
Dijuluki Penamat kerpe jejerun atau pemegang rumput, yang menjadi penopang ialah mereka yang dipercaya dapat menjaga kekokohan tarian seolah rumput yang terhujam dan mengakar kuat ke dasar bumi.
Koreografi tari saman antara lain, lengek, lingang, tungkuk, langak, gerutup, guncang, dan surang-saring. Berupa gerakan menggeleng, menunduk, membungkuk, menggoyang badan, menepuk dada, hingga menghempaskan tangan ke paha. Syair,
Mantera Syair yang dinyanyikan antara lain, pembukaan disebut rengum, diikuti penari disebut dering.
Kemudian terdapat syair singkat disebut redet, disusul nyanyian melengking disebut syek, dan saur, di mana seluruh penari bernyanyi secara kor.
Sebagai contoh, syair pembuka setelah salam yang disebut ulu ni lagu atau kepala lagu. Syair ini menyeru kepada orang-orang agar tidak melupakan kampung halamannya.
Merujuk kepada Gayo sebagai tanah kelahiran, syair kedua ini menyiratkan rindu yang mendalam. Baik bagi penutur maupun pendengarnya.
“Kalau rindu sama bulan ooo bulan. Sawahan ku bintang ooo bintang sampaikan ke bintang ooo bintang. Ike denem ken uyem deso kalau rindu sama pohon tusamlagu bersebuku bagaikan meratapi…,”
Baju yang dikenakan penari bermotif kerawang gayo. Jenis properti yang dipakai antara lain, bulang teleng atau kerawang bertajuk, ikotni rongok atau saputangan, sensim ketip, dada kupang atau kalung, tajuk kiping, dan gelang. Lazimnya, tari saman ditarikan oleh satu kelompok penari saja.
Namun, adakalanya dua kelompok penari dari sanggar atau kampung yang berbeda diadu, yang disebut dengan saman jalu. Dalam perkembangannya, tari saman lebih beragam dan memiliki variasi yang berbeda-beda, baik dari segi gerakan, lagu, hingga formalitasnya.
Antara lain, saman jejunten, njik, ngerje atau kumah sara, dan bejamu besaman atau saman jalu. Adapun saman jalu, dilakukan dengan dua cara. Jika dilakukan selama satu malam disebut saman sara ingi, jika dua hari dua malam disebut saman roa lo roa ingi.

Tarian ini pada zaman dahulu bisa dilakukan oleh pria muda aja loh, tapi semenjak berkembangnya zaman tarian saman ini mulai banyak di tarikan sam kaum wanita.

Nah tari saman ini beranggota kan sepuluh orang atau lebih. Untuk anggota itu di di bagi menjadi beberapa formasi yang berbeda-beda dan rapih.

Untuk tarian saman sendiri kalian sering liatkan tentang busana mereka yang beragam, nah busana yang mereka pakai itu adalah pakaian adat khas Aceh yang terdiri dari bagian kepala berupa bulung teleng, di badan melekat baju kerawang, cela, dan kain sarung atau jarik.

Tari Saman ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat ya teman-teman. Tetapi sekarang tari saman bisa dilihat di berbagai acara tradisional jadi kalian ga perlu tuh repot-repot nyari pertunjukan tari saman.

Tarian ini memiliki keunikan melalui gerakan-gerakan dari tarian, keabsahan, serta mempunyai filosofi yang bersifat universal, dan memiliki kekuatan daya tular ke masyarakat. Oleh karena itu tarian ini jadikan salah satu tradisi bangsa Indonesia.

Tarian ini selalu menarik perhatian. Gerakan-gerakannya yang rancak dan teratur mengikuti irama musik yang harmonis membuat siapa pun yang menyaksikannya selalu dibuat berdecak kagum. Inilah tari saman, tari kebanggaan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam.

Tari saman memiliki keunikan tersendiri. Kekompakan para penari yang melakukan gerakan-gerakan menakjubkan membuat tarian ini terlihat begitu menghentak dan menimbulkan suasana penuh energi.

Ada dua unsur gerak yang menjadi dasar dalam tari saman, tepuk tangan dan tepuk dada. Tari yang berasal dari daerah Gayo ini termasuk salah satu tarian yang unik.

Selain menampilkan gerak tepuk tangan, ada juga gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, dan surang-saring (semua nama gerakan dalam bahasa Gayo).

Pada awalnya, tari saman hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu seperti saat Maulid Nabi Muhamad SAW. Tapi dalam perkembangannya, tari saman kini bisa digolongkan sebagai salah satu tari hiburan.

Tari ini sekarang ditampilkan pada setiap kesempatan yang sifatnya kegembiraan, seperti pesta pernikahan atau perayaan lainnya, dan tidak lagi terikat dengan peristiwa atau upacara tertentu.

Tari saman biasanya tampil dengan panduan seorang pemimpin yang lazimnya disebut “syekh”. Para penari saman dan “syekh” harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang selalu kompak dan harmonis.

Exit mobile version