Site icon nuga.co

Sensasi dari Kreatifitas Olahan Kopi

Memiliki kedai kopi berjejeran, terutama di Banda Aceh, tidak berarti lahirnya kreatifitas untuk mengembang rasa atau taste kopi yang memikat.

Berlainan dengan sebuah kedai kopi di Australia yang  menawarkan satu menu kopi yang dinamai The Asskicker.

Dari namanya saja pengunjung sudah dapat menerka bahwa kopi tersebut diciptakan untuk dapat menendang bokong orang-orang yang sedang tak bersemangat.

Dilansir dari The Daily Meal, Kamis, 08 September 2016,  kopi racikan kafe Viscous Coffee di Adelaide, Australia, itu disajikan dengan menggunakan takaran kafein lima puluh kali dari yang ada di kopi-kopi reguler.

Tepatnya, The Asskicker diramu dengan komposisi empat shot espresso, empat bongkahan es seduhan kopi yang dibekukan selama empat puluh delapan jam,  seratus dua puluh mililiter seduhan kopi yang sudah didinginkan selama sepuluh hari, dan ditutup dengan empat bongkahan es seduhan kopi lagi.

Kafe ini pun memberikan peringatan kepada pengunjungnya.

Bagi tamu yang memesan The Asskicker, sebaiknya tidak langsung menyeruput habis minuman ini.

Efek ‘mematikan’ pun dijamin bakal terasa.

Delapan ons kopi dengan lima gram kafein di dalamnya sudah seharusnya diminum perlahan, setidaknya selama empat jam.

Efek kopi ini pun dipastikan membuat Anda bersemangat selama delapan hingga dua belas jam ke depan.

“Sebagian orang menyukai menu ini, dan sebagian lainnya babak belur karena kopi ini. Tapi semua ini dibuat untuk kesenangan,” ujar pemilik Viscous Coffee, Steve Bennington

Begitu juga dengan sebuah kedai kopi di New York  yangi bisa menjadi inspirasi.

Sebuah kafe di kota yang mendapat julukan Big Apple ini tengah menjadi pembicaraan lantaran minuman kreasinya, sling antara kopi, susu dan pisang.

Mungkin terdengar aneh, namun barista asal Jepang, Fumio Tashiro, mengombinasikan ketiga bahan tersebut secara apik hingga menjadi daya tarik kafe miliknya, J+B Design and Cafe di Brooklyn, New York.

Semua berawal saat Tashiro membaca sebuah artikel tentang minuman berbahan pisang di Brasil.

Ia pun terinspirasi, lalu segera bereksperimen dengan kopi dan pisang.

Toshiro menggabungkan kopi dingin dengan susu, jus pisang dan sedikit sirup. Ia menghaluskan pisang matang, lalu mencampurnya dengan susu hingga tekstur buah tropis itu tak terlihat lagi.

Melansir Eater, rasa yang timbul tergolong unik.

Toshiro meredam rasa pisang yang kuat hingga tak terlalu mencolok namun tetap segar.

Rasa pisang yang samar tersebut sanggup mengimbangi keasaman kopi dingin di bawahnya.

Toshiro mengatakan minuman ini mirip milkshake.

Namun bila milkshake cenderung sangat manis dan berat dengan bubuhan es krim, maka minuman ini seringan latte dengan sensasi segar khas pisang dan asam kopi dingin.

Semula, diakui Toshiro, minuman ini kurang menarik minat pengunjung.

Namun beberapa bulan terakhir, ternyata minuman ini membuat kedai Toshiro dibicarakan banyak orang di Brooklyn.

“Saya pikir minuman ini terlalu aneh bagi kebanyakan orang. Namun begitu beberapa orang mencobanya, makin banyak orang datang untuk menikmati minuman ini,” kata Toshiro.

Kini, setidaknya ia menjual lima puluh gelas menu ini per pekan.

Pisang dan susu tergolong kombinasi yang belum banyak ditemukan seperti aneka racikan kopi. Namun beberapa kreasi antara pisang dan susu sudah ada.

Seperti Korea Selatan yang menciptakan pisang bercita rasa mirip susu.

Berapa jumlah kopi yang biasa Anda butuhkan setiap harinya?

Beberapa orang mungkin hanya sanggup satu cangkir, namun sebagian lainnya mampu lebih dari secangkir kopi per hari.

Ternyata banyaknya jumlah kopi yang diminum ini bukan hanya karena faktor kesukaan atau kebutuhan.

Kenyataannya, kebiasaan dan kesukaan minum kopi ternyata juga mengalir dalam darah seseorang.

Para ilmuwan baru-baru ini menemukan bahwa ternyata gen manusia berperan dalam kebiasaan minum kopi.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Scientific Reports, menemukan bahwa gen memainkan peran tertentu dalam keinginan menyesap kopi dan untuk mendapatkan kafein.

Penelitian ini menunjukkan orang dengan komposisi gen tertentu justru tidak membutuhkan banyak kopi seperti yang lain hanya untuk mendapatkan efek melek dari kafein.

Kondisi ini membuat keinginan mereka untuk minum kopi jadi lebih rendah.

Melansir Daily Mail, gen tersebut diberi nama PDSS2 oleh para ilmuwan. Gen dan variasinya ini membuat tubuh lebih lambat dalam mencerna kafein sehingga menyebabkan senyawa melek itu bertahan di tubuh lebih lama.

Sebaliknya, orang tanpa variasi gen tersebut memiliki metabolisme kafein lebih cepat. Hal ini menyebabkan orang tersebut punya keinginan lebih banyak untuk minum kopi.

Pengujian ini dilakukan oleh ilmuwan dari University of Edinburg dan Universitas Trieste, Italia. Dia mempelajari DNA dari sekitar tiga ribu peminum kopi di Belanda dan Italia.

Setelah meneliti secara genetika, para ilmuwan melengkapi penelitian dengan menanyakan kepada para responden tentang jumlah konsumsi kopi setiap harinya.

“Hasil penelitian kami menguatkan penelitian yang ada berupa adanya dorongan untuk minum kopi dalam gen.

Kami perlu melakukan penelitian lebih besar untuk mengonfirmasi hal ini dan memperjelas hubungan biologis antara PDSS2 dan konsumsi kopi,” kata Nicola Pirastu dari University of Edinburgh.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata orang di Italia dengan variasi DNA tertentu, mengonsumsi kurang dari satu cangkir kopi sehari dibandingkan mereka yang tak memiliki ‘DNA kopi’ ini.

Namun temuan ini sedikit berbeda dengan gen orang Belanda. Pada orang Belanda, perbedaan gen ini tidak terlalu berpengaruh nyata.

Para ahli percaya perbedaan temuan ini juga dipengaruhi oleh gaya minum kopi di masing-masing tempat.

Di Italia, orang lebih memilih cangkir kecil espresso dibandingkan orang Belanda yang memilih cangkir lebih besar dan berimplikasi pada jumlah kafein lebih banyak.

Exit mobile version