Site icon nuga.co

Wigan Juara Piala FA

Wigan Athletic, klub “paria,” yang dianggap “anak bawang” di Premier League, menorehkan catatan sejarah di Wembley dengan menjungkirbalikkan seluruh analisa pengamat sepakbola di Inggris, usai menaklukkan “raksasa” Manchester City di laga final Piala FA, Sabtu malam.

Pertandingan final  Piala FA, yang sangat emosional bagi klub yang disapa dengan “The Latic” itu,  benar-benar sangat menggugah. Mereka bertahan rapat, menyerang serempak, menyergap setiap aliran bola dan berkelahi mencari celah ruang kosong. Sebuah laga yang nyaris sempurna bagi Wigan untuk bisa mengangkat trofi FA untuk pertama kalinya dalam sejarah eksistensi klub.

Manchester City frustrasi menghadapi “perkelahian” ala “The Latic” ini. Mereka terpaksa melakukan “overlapping” strategi dengan membuka katup permainan menyerang yang lebih efisien. City melebarkan serangannya lewat sayap dan melakukan diagonal akselerasi kala bertahan.

Wigan tak peduli dengan cara Roberto Mancini melakukan pergantian strategi. Mereka ngotot. Mereka tak menghiraukan kelebihan semua yang dimiliki City. Mereka seperti terluka sebagai tim tanpa diunggulkan.

Manajer Wigan Roberto Martinez, seperti dikutip media, sebelumnya laga, mengatakan dengan sangat sentimental, pertandingan final Piala FA di Wembley adalah kesempatan sejarah yang sulit terulang. “Kami akan membawa piala lewat catatan sejarah pula,” katanya.

Di kamar ganti sebelum pertandingan Martinez dengan suara sengau melirik satu persatu pemainnya dan menyapanya dengan kalimat, “Jangan pernah takut. Kalian harus bermain dengan hati. Dengan kegembiraan. Ini pertandingan final yang telah kalian rancang. Bermainlah dengan kebebasan dan menangi laga ini.”

Pesan ini memang di camkan dengan mantap oleh pemainnya. Buktinya sebuah  gol  tunggal  Ben Watson menempatkan Wigan sebagai juara Piala FA. Wigan yang pada musim ini tampil cukup terseok-seok di Premier League hingga berada di zona degradasi, membuat City menangis.

Tidak hanya menangis, City di musim ini harus menerima kenyataan, hampa dari trofi. “Mereka boleh menjadi klub terkaya yang membelanjakan uangnya untuk menghadirkan pemain terbaik. Tapi mereka apes dari gelar,”  komentar “Sky Spor.”

City yang pada musim ini finis di posisi kedua Primer League, cukup mengalami serangan demi serangan dari Wigan. Hingga akhirnya, Watson berhasil menaklukkan Joe Hart. “Luar biasa. Para pemain Wigan tampil fantastis dan mereka pantas meraih apa yang diidamkannya.  Bermain dan bisa mencetak gol kemenangan di final FA Cup adalah sebuah mimpi,” ungkap Watson, seperti dilansir Sky Sports

Kemenangan Wigan ini sendiri  memupus mimpi The Citizens untuk menyamai rekor Newcastle United dan Blackburn yang telah memenangi trofi FA Cup untuk kali keenam. Sedangkan bagi Wigan sendiri, ini adalah trofi FA Cup yang pertama kali mereka dapat sejak berdirinya klub ini pada 81 tahun silam.

Wigan Athletic memastikan diri sebagai jawara FA Cup pada musim ini usai mengalahkan Manchester City di babak final lewat skor tipis 1-0. Pelatih Wigan, Roberto Martinez, menilai bahwa kemenangan tim ini bukan keberuntungan semata.

Martinez sendiri menilai bahwa timnya memang telah bermain dengan sangat apik dalam melakoni laga final ini. Ia juga menilai bahwa mimpi timnya dalam meraih gelar FA Cup untuk pertama kalinya menjadi pemacu semangat timnya.

“Di partai final, anda tak bisa melihat dan memprediksi hasilnya. Kami bermain dengan luar biasa dan tak menang dengan keberuntungan semata karena dari awal sampai akhir tim ini mampu menampilkan performa apik,” ujar Martinez, seperti dilansi BBC.

“FA Cup adalah sebuah turnamen spesial dan semua orang berhak merasa bangga saat ini. Setiap pihak memang meremehkan kami sebelum laga, tetapi itu tak menghentikan sebuah mimpi kami,” sambungnya.

Kemenangan Wigan ini sendiri berhasil memupus mimpi The Citizens untuk menyamai rekor Newcastle United dan Blackburn yang telah memenangi trofi FA Cup untuk kali keenam. Sedangkan bagi Wigan sendiri, ini adalah trofi FA Cup yang pertama kali mereka dapat sejak berdirinya klub ini pada 81 tahun silam.

Inilah jalannya pertandingan yang mendebarkan itu. City yang pada musim ini hanya berpeluang mengangkat trofi FA Cup, langsung tampil menggebrak sejak menit awal babak pertama. Lewat Sergio Aguero, City melakukan penetrasi hingga menghasil tendangan bebas saja pada menit ketiga.

Sementara itu, Wigan hanya memanfaatkan serangan balik saja dalam menekan kubu City. Skema yang diterapkan Wigan pada laga ini dengan menjaga kedalaman serta mengandalkan serangan cepat, cukup efektif walau barisan belakang City masih bisa mengatasinya.

Carlos Tevez nyaris memecahkan kebuntuan The Citizens pada menit ke-30 bila sepakan kakinya tak melambung ke atas gawang Wigan yang dikawal oleh Joel Robles. Sergio Aguero sendiri cukup mendapatkan pengawalan ketat dari bek Wigan.

The Latics kembali mendapatkan peluang pada menit ke-35, kali ini giliran Callum McManaman yang menjadi penciptanya. McManaman yang berhasil mengecoh Joe Hart yang terpaksa keluar dari areanya.

Sayang, sepakannya ke arah gawang City yang sudah tak terjaga oleh Hart malah mengenai Pablo Zabaleta yang sigap menjaga gawang City. Skor imbang 0-0 sendiri tetap bertahan hingga babak pertama usai.

Usai turun minum, City langsung mencoba lakukan hal yang sama seperti di babak pertama dengan menyerang daerah Wigan. Sayang, tak menghasilkan gol dan Wigan sendiri mencoba berbalik menekan lewat Maloney meskipun bisa digagalkan oleh Zabaleta.

Memasuki menit ke-58, laga mulai berjalan dengan tempo cepat dan tensi cukup tinggi. Para pemain City pun sempat melakukan protes dan mengklaim penalti kala Aguero beradu dengan Scharner, akan tetapi wasit tak melihat itu sebuah penalti.

McManaman menjadi salah satu pemain Wigan yang cukup membuat barisan belakang The Citizens cemas. Seperti yang dilakukannya pada menit ke-66, di mana penetrasi darinya nyaris berbuah gol bila saja tak digagalkan oleh Kompany.

Wigan kembali mendapatkan peluang lewat Maloney pada menit ke-76, tetapi tendangan bebasnya masih digagalkan oleh mistar gawang City yang dijaga oleh Hart. Terus diserang membuat barisan belakang City kewalahan hingga terpaksa menjurus ke permainan yang keras.

Hasilnya, Zabaleta pun membuat petaka bagi timnya pada menit ke-84 dengan menerima kartu kuning kedua usai melanggar McManaman dengan cukup keras. Unggul jumlah pemain, bisa dimanfaatkan dengan cukup baik oleh Roberto Martinez.

Exit mobile version