Site icon nuga.co

“The Spain” Bunuh Ambisi “Les Blues” di Stade de France

“The Spain” membunuh aroma magis Stade de France yang menakutkan setiap tim tandang  dengan membunuh ambisi “Les Blues” untuk  bertahan di puncak klasemen Grup I, Rabu dinihari WIB,   lewat gol tunggal pemain “nakal”nya Pedro di menit ke 58.

Kemenangan ini  membuat  “Espana” menaiki  puncak klasemen sementara dengan  menendang Perancis ke posisi “runner up.” Sebelum pertandingan kedua tim memiliki nilai sama, delapan, dan  “de France” unggul selisih gol.

Sebelum pertandingan Vicente de Bosque, pelatih terbaik versi FIFA yang telah mengantarkan “para matado”rnya menyabet “duo trofi prestise, Piala Dunia dan Piala Europa,  telah mengirim sinyal ke Deschamp, sang pelatih “Les Blues”  yang dikenal elegan itu, tentang akan datangnya para “maestro” akademi “Barca-Madrid”  untuk menggoyang Paris.

Spanyol memang menantang “de France” dengan segenap kekuatannya. Perlawanan tandang yang diberikan Sergio Ramos, Xavi dan Iniesta terhadap Ribery, Varane, Benzema dan Evra yang didukung tampik sorak Stade de France mereka anggap sebagai pemicu dari ultimatum panaklukan.

“Memang tidak mudah bertanding di Stade de France,” kata Bosque dengan gagap usai pertandingan. Bosque mengakui, “Les Blues” yang ditangani Didier Deschamp adalah sebuah fenomena tim modern yang memiliki semuanya. “Mereka merupakan perpaduan sebuah “orchestra” dengan Ribery dan Karim Benzema sebagai sumbu yang memutar arus permainan. Anda bisa saksikan bagaimana mereka melakukan “swing position” dan membuat sayap kanan kami patah,” kata Bosque dengan jujur terhadap serangan beruntun Ribery dari sektor kanan pertahanan Spanyol.

Bosque mengatakan, Deschamp telah membangun “de France’ dari puing-puing pesimisme dan kini menjadi tim “hantu” yang mampu memberi perlawanan terhadap setiap lawan. “Tidak mudah untuk menaklukkan mereka di Stade de France. Tapi kami mampu untuk itu,” ujar Bosque dalam pertemuan dengan media usai memenangkan pertandingan.

Deschamp, seperti biasanya, kalem, dan menjaga retorika tetap rendah hanya sedikit berkomentar. “Saya tahu siapa lawan yang kami hadapi. Kami sekaligus melawan dua klub besar dunia, Barca dan Madrid. Ada Sergio Ramos, Iniesta, Xavi dan Pique. Mengalahkan satu saja di antara dua tim itu sangat susah. Apalagi harus menghadapi dua-duanya,” kata Deschamp dengan kalem.

Tim Spanyol yang dihadapi Perancis memang gabungan pemain pilar dari Barcelona dan Real Madrid. Dua klub kaya dan memberi kontribusi besar bagi perkembangan sepakbola dunia.

Bertanding di Stade de France kedua tim, begitu peluit di tiup, langsung terlibat “perkelahian” keras. Saling “beli” serangan. Dan saling bayar tendangan. Serangan yang silih berganti itu, menjadi tontonan puncak dari seluruh pertandingan Pra Piala Dunia  yang dipagelarkan FIFA secara serempak di lima benua.

Perancis langsung menyerang dengan pengembangan pola 4-3-2-1 yang merupakan pengembangan dari polarisasi sepakbola menyerang yang menempatkan Karim Benzema sebagai “starter” dan Ribery sebagai pengaduk serangan.  France memang Nampak “super” walau pun sebuah serangan yang sangat terencana Spanyol hampir saja mencelakakan gawang Hugo Lioris.

Keuntungan bermain di kandang sendiri, memang sebuah keuntungan. Perancis mengambil inisiatif menyerang pada menit-menit awal yang membuat pertahanan Sergio Ramos harus bekerja keras.. Spanyol beberapa kali nyaris kebobolan dan kesulitan menciptakan balasan.

Tentu tidak mudah untuk menekuk Spanyol berlama-lama.Selepas menit ke-20, Spanyol mulai bisa mengimbangi permainan Perancis sekaligus memperbaiki kualitas serangan. Kedua kubu pun beberapa kali bertukar ancaman. Karim Benzema melepaskan tembakan yang terblok pada menit ke-20. Dua menit kemudian, Pedro melakukan eksekusi yang meleset dari sasaran.
Pada menit ke-35, David Villa mencoba peruntungannya, tetapi usahanya hanya membuahkan tendangan gawang. Perancis membalasnya dengan tembakan Franck Ribery pada menit ke-39, yang bisa diantisipasi Victor Valdes.
Perancis kembali lebih dulu menciptakan peluang pada babak kedua, yaitu melalui Benzema pada menit ke-51. Namun, tembakan Benzema meleset.

Peluang berikutnya diciptakan Spanyol melalui Andres Inesta pada menit ke-54. Namun, Lloris bisa mengantisipasinya Ancaman itu dibalas Perancis dengan sundulan Karim Benzema pada menit ke-57, yang melesat ke sisi kanan gawang. Semenit kemudian, Spanyol melancarkan serangan yang membuahkan gol Pedro.
Perancis berusaha memperkecil ketertinggalan. Namun, belum lagi berhasil, mereka kehilangan Paul Pogba pada menit ke-78. Pogba mendapatkan kartu kuning kedua karena dinilai melanggar Xavi.
Meski kalah jumlah, Perancis masih mampu melancarkan serangan-serangan berbahaya. Namun, Spanyol bisa mengatasi ancaman-ancaman itu dan, meski gagal menambah gol, berhasil mempertahankan keunggulan 1-0 hingga peluit berbunyi panjang.

Kekalahan ini memang amat menyakitkan bagi Perancis. Karena, dengan menduduki posisi “runner up” mereka tidak bisa langsung lolos ke  Brasil tahun depan. Mereka harus memainkan laga penyisihan lainnya untuk bisa mendapatkan tiket ke Rio de Janeiro.

Grup I zona Europa dimana Spanyol dan perancis berada bersama Finlandia merupakan zona maut yang sangat keras. Semua tim berambisi untuk lolos ke final piala dunia kelak.

Exit mobile version