Site icon nuga.co

Tamat, Eksistensi MU di Liga Champions

Perjalanan Manchester United di Liga Champions musim ini tamat. Anak asuh Ole Gunnar Solskjaer itu angkat koper usai keok dua gol berbanding tiga gol dari RB Leipzig dan menempati posisi ketiga grup

Usai laga, manajer Setan Merah itu, Ole Gunnar Solskjaer, menyebut kekalahan anak asuhnya saat bertandang ke RB Leipzig sebagai momen mereka kehilangan kendali di Liga Champions musim ini.

Dengan kemenangan ini, klub Bundesliga itu berhak lolos ke fase selanjutnya. Di sisi lain, Man United dipastikan tersingkir dengan koleksi sembilan poin.

The Red Devils  menuju ke Jerman dengan ambisi lolos ke babak sistem gugur Liga Champions. Mereka harus menghindari kekalahan dari tim yang telah mereka hancurkan sekali dalam kompetisi.

Namun, segalanya dengan cepat berubah suram karena Marcus Rashford dan kawan-kawan menemukan diri mereka tertinggal dua gol dalam tiga belas menit dan tiga gol hanya dengan dua puluh menit tersisa dalam pertandingan.

United sempat mencetak dua gol secara berurutan melalui Bruno Fernandes dan Paul Pogba. Tapi, itu tidak cukup karena mereka gagal mengamankan poin penting yang diperlukan untuk lolos kualifikasi.

United tampaknya yakin lolos dari Grup H setelah mengalahkan Paris Saint-Germain dan Leipzig dalam dua pertandingan pembukaan mereka. Tapi, Solskjaer sempat berpikir kekalahan keika  melawan Basaksehir pada pertandingan hari ketiga menandai kehancuran mereka di Eropa musim ini.

“Kami tidak cukup bagus,” kata Solskjaer kepada BT Sport. “Dalam grup yang sulit. Kami memulai dengan sangat baik, tapi jelas titik balik besar atau kekalahan besar bagi kami adalah saat tandang ke Istanbul. Itu yang Anda lihat kembali dan pikirkan di situlah kami kehilangan poin di mana kami seharusnya punya.

“Hari ini kami nyaris, tapi kami tahu kami harus mempertahankan umpan silang, tahu kami harus mempertahankan bola di dalam kotak dan kami tidak bisa membersihkannya,” ujarnya.

Pada laga di Red Bull Arena ini, MU sudah tertinggal dua gol dari RB Leipzig di babak pertama. Skuad asuhan Julian Nagelsmann unggul berkat gol Angelino dan Amadou Haidara.

Leipzig kemudian memperbesar kemenangan melalui Justin Kluivert. Sedangkan, dua gol balasan Man United diciptakan oleh Bruno Fernandes dan Paul Pogba.

Di laga selanjutnya mereka juga trengginas ketika menggebuk kuda hitam RB Leipzig . Skor yang kala itu membuka mata pengkritik bahwa Man United tak bisa bicara banyak di Liga Champions.

Man United sempat kalah  ketika away ke Istanbul Basaksehir. Kekalahan ini sejatinya adalah bukti bahwa Man United punya penyakit kronis di lini pertahanan.

Di matchday keempat, Red Devils gantian menekuk Istanbul . Mereka seolah membuktikan masih mampu bisa beringas.

Sampai saat itu, Man United memimpin klasemen dengan sembilan poin. Peluang mereka lolos ke fase gugur r terbuka sangat lebar.

Man United hanya butuh satu poin alias imbang untuk mengamankan tiket enam belas besar.

Peluang lolos sejatinya terbuka di matchday terakhir ketika terbang ke Jerman menghadapi Leipzig, tim yang mereka bantai  sebelumnya.

Di Stadion Red Bull Arena, Marcus Rashford dan kolega tampil antiklimaks. Tak ada efektivitas yang di atas lapangan, khususnya di babak kedua.

Bahkan di 12 menit pertama, gawang David De Gea sudah kebobolan dua kali setelah Angelino dan Amadou Haidara mampu memanfaatkan kelengahan para bek Man United.

Justin Kluivert kemudian membuat Leipzig menjauh 3-0 di menit 62. Bau-bau balas dendam pembantaian tampaknya bakal terjadi. Beruntung Leipzig tak menambah gol.

Sementara Man United, setelah melakukan sejumlah pergantian pemain, sukses memperkecil skor menjadi 2-3 lewat penalti Fernandes dan sundulan Paul Pogba.

Skor tak berubah hingga akhir, sekaligus mengakhiri perjalanan Man United di Liga Champions.

Dengan tersingkirnya United dari Liga Champions musim ini kapasitas Solskjaer di kursi manajer Man United makin  dipertanyakan

Di awal musim ini, Solskjaer tak bisa membuat penampilan Man United konsisten. Man United loyo di Liga Inggris, tapi mantap di Liga Champions.

Posisi mereka di klasemen Liga Inggris  pun pasang surut. Bahkan Man United sempat sedikit lagi masuk zona degradasi.

Saat ini mereka di tempat keenam dari sepuluh laga, Man United menang enam kali, sekali seri, dan tiga kali kekalahan.

Satu yang membuat penampilan Man United tak konsisten terlihat pada formasi. Solskjaer kerap menggunakan formasi yang berbeda-beda.

Lihat saja tiga gol yang bersarang ke gawang De Gea, semua berawal dari umpan pemain Leipzig di sisi kanan dan kiri pertahanan Man United.

Umpan-umpan silang yang diarahkan ke kotak penalti tak mampu diantisipasi dengan baik Harry Maguire cs. Sementara Wan-Bissaka dan Telles tak juga bisa tampil baik di sayap.

Solskjaer juga tak memainkan beberapa pemain yang seharusnya dimainkan seperti Paul Pogba, Donny van de Beek, dan Eric Bailly.

Pogba dan Van de Beek baru diturunkan ketika Man United sudah tertinggal dua gol. Agak terlambat, karena Pogba misalnya bisa dimainkan sejak menit awal.

Pogba yang dalam beberapa pertandingan terakhir sedikit melempem, namun sebetulnya bisa berbuat banyak di lini tengah. Dia bisa bertahan dengan baik, tapi juga bagus dalam mengelola serangan.

Itu terlihat ketika Pogba masuk di babak kedua langsung memberikan dampak. Dia mencetak gol kedua Man United untuk memperkecil skor .

Meski bermain kurang lebih dua puluh sembilan menit, Pogba mampu tampil baik.

Nasi sudah menjadi bubur. Tak ada jalan putar balik. Man United harus tetap melangkah di sisa musim ini.

Sementara Solskjaer, waktunya sudah habis. Dengan kualitas ‘medioker’ yang dia tunjukkan, sudah saatnya ‘Baby Face Assassin’ harus jantan menyatakan mundur dan angkat kaki dari Old Trafford.

Namun jika tidak mau, manajemen Man United perlu mengambil langkah pemecatan dan membuka lowongan untuk kursi pelatih.

Exit mobile version